Saya yakin, banyak laki-laki di dunia ini yang amat sangat
mementingkan kecantikan calon istrinya. Gadis cantik sudah biasa dikejar-kejar
laki-laki dimana-mana. Apakah itu normal? Saya yakin, banyak yang menjawab
normal. Justru tidak normal kalau laki-laki tidak tertarik gadis cantik. Namun,
apakah “cantik” itu memang penting sekali bagi laki-laki? Kalau memang penting,
seberapa penting?
Tidak perlu bohong, masa muda saya pun dalam kondisi
demikian, normal. Ingin punya istri yang secantik-cantiknya. Kira-kira yang
secantik Angie Chiu atau Idy Chan lah. Mungkin karena waktu itu idolanya masih
import dari budaya asing. Selain itu, keinginan “normal” ini juga banyak
dipropagandakan dalam film-film, sinetron, dan lagu-lagu cinta yang tanpa bisa
kita bendung, telah menginvasi alam pikiran dan perasaan generasi Islam.
Tidak percaya? Coba saja sekarang bertanya kepada anak muda
(juga boleh lah bertanya kepada orang yang sudah tua). Calon istri seperti
apakah yang ia inginkan? Adakah yang menjawab ingin mempunyai istri yang
seperti Khadijah RA, atau seperti Aisyah RA? Kalau ada, pasti langka.
Sebagai generasi Islam tentu kita jangan ikut terbawa arus
budaya asing yang tidak benar. Islam punya aturan tersendiri dalam menentukan
kriteria calon istri yang baik.
Calon Istri Idaman Sesuai Tuntunan Islam
Kalau kita mengaku Islam, tentu harus total. Jangan hanya
mengaku Islam tapi idola saja masih import. Memangnya Islam tidak punya sosok
yang patut diidolakan?
Rasulullah SAW bersabda :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena
hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
dan karena agamanya. Utamakanlah karena agamanya, niscaya engkau
akan beruntung.”
(Muttafaq ‘alayhi)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah menasihatkan kepada kita
untuk mengutamakan faktor agama, dalam kata lain, agama adalah nomor satu.
Agama yang dimaksud di sini tentu bukan sekedar “mengaku Islam” tapi adalah
keterikatannya terhadap syariah Islam. Faktor-faktor lain selain agama adalah
pertimbangan berikutnya setelah faktor agama.
Indikasi seseorang terikat atau tidak dengan syariah Islam
itu bisa dicari. Dari yang mudah nampak sampai yang kurang begitu nampak
sehingga perlu “penyelidikan” terlebih dahulu. Salah satu yang nampak dan mudah
diketahui adalah apakah perempuan tersebut berbusana muslimah atau tidak. Jika
seorang perempuan tidak berkerudung, tidak berjilbab, maka bisa kita pastikan
bahwa perempuan itu tingkat keterikatannya terhadap syariah rendah, sehingga
tentu sebaiknya jangan dipilih.
Dalam hadits lain disebutkan :
Diriwayatkan dari Jâbir bahwa Nabi SAW pernah bersabda
kepadanya:
“Wahai Jabir, engkau mengawini seorang gadis atau janda?”
Jabir menjawab, “Janda.” Nabi SAW lantas bersabda: “Mengapa engkau tidak
mengawini wanita yang masih gadis agar engkau bisa bermain-main dengannya
dan ia pun dapat bermain-main denganmu?”
(Muttafaq ‘alayhi)
Dalam hadits tersebut Rasulullah memerintahkan kita untuk
menikahi perempuan yang masih gadis, bukan janda. Oleh karena itu, lebih utama
jika kita menikahi perempuan yang masih gadis, walaupun menikahi janda bukan
berarti haram.
Ma‘qil ibn Yasâr menuturkan:
“Seorang laki-laki pernah datang menghadap Nabi SAW, lalu ia
berkata: “Aku berniat untuk mengawini
seorang wanita berketurunan baik lagi cantik, tetapi ia
mandul. Bolehkah aku mengawininya?” Nabi SAW menjawab:
“Tidak.” Lalu ia datang untuk kedua kalinya, dan beliau tetap melarangnya.
Kemudian ia datang untuk ketiga kalinya, lantas Nabi SAW bersabda: “Kawinilah
oleh kalian wanita penyayang lagi subur,
karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian.” (HR Abû
Dâwud).
Dalam hadist tersebut Rasulullah memerintahkan kita untuk
menikahi perempuan yang subur/bisa berketurunan. Bukan perempuan yang mandul,
walaupun cantik.
Dengan demikian, perempuan yang baik untuk kita nikahi
adalah perempuan yang :
- Baik agamanya.
- Gadis/perawan (bukan janda).
- Subur (bisa berketurunan).
- Cantik, sehingga dapat memelihara kita dari dosa.
- Bergaris keturunan yang baik (berlatar belakang keluarga yang memiliki pangkal keutamaan, ketakwaan, dan kemuliaan).
Walau demikian, kelima hal yang disebutkan di atas bukanlah
sebuah kewajiban. Tetapi merupakan anjuran, yang tentu baik bagi kita.
Setelah kita baca uraian di atas, kita menjadi paham bahwa
kecantikan bukanlah segala-galanya. Kecantikan hanya salah satu faktor yang
memang perlu diperhatikan, tetapi itu bukan faktor utama. Kecantikan hanyalah
faktor pendukung saja.
Oleh karena itu, jangan mudah terpesona gara-gara melihat
perempuan cantik. Nilai dulu agamanya. Pahami, resapi, dan klik-kan dengan
“jiwa” kita. Sampai pada level kita “tidak tertarik” dengan perempuan yang
secantik apapun jika agamanya tidak baik. Ingat ya, sampai level tidak
tertarik.
Saya pun mencoba untuk melakukannya. Memang awalnya tentu
tidak mudah. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan berbagai situasi yang
mendukung (lingkungan ke-Islaman yang baik), itu pasti bisa. Sampai saya
sendiri pun akhirnya lupa bahwa saya pernah punya keinginan punya istri yang
secantik Angie Chiu. Sekarang, entah mengapa, saya mendadak ingat. Dan setelah
saya pikir-pikir, Loh, istriku ternyata memang mirip Angie Chiu yah? Tapi
jilbaban ;) He he he…
Materi Bersambung...
Penulis: Farid Ma’ruf
Sumber: www.faridmaruf.wordpress.com