Amalan Yang Terus Mengalir
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ
يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ
حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ
الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah
-yaitu Ibnu Sa’id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami
Isma’il -yaitu Ibnu Ja’far- dari Al ‘Ala’ dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga
perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak sholeh yang
selalu mendoakannya.” (HR Muslim 3084).
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal
di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini.
Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala
karena amal kita di masa silam.
Pahala Yang Terus Mengalir
Dari Anas r.a berkata bahawa terdapat tujuh (7) macam pahala
yang akan diterima oleh seseorang itu selepas dia mati.
1. Sesiapa yang mendirikan masjid, maka tetap pahalanya
selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.
2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai ke kebun-kebun, maka
pahala akan terus-terusan sampai kepadanya selagi ada orang yang mengunakan
terusan tersebut.
3. Sesiapa yang menulis mushaf (al-Quran) atau kitab, dia
akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4. Orang yang menggali perigi, selagi mana ada orang yang
menggunakan nya.
5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selama mana ada yang
memakannya baik dari manusia atau burung.
6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna, selama ia
diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh, lalu anak
tersebut mendoa kan kedua orang tuanya dan mereka beristighfar untuk kedua
ibubapanya itu. Ia ini anak yang selalu diajar ilmu al-Quran, maka orang yang
mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya
tanpa mengurangi pahala guru itu sendiri.
Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW telah bersabda:"Apabila
telah mati nya anak Adam itu, maka terhenti amalannya melainkan tiga (3) macam:
1. Sedekah jariah.
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang sentiasa mendoakan baginya.
Dosa Yang Terus Mengalir
Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang
sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya
telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun
dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang
membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa.
Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa
jariyah ini.
Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah
catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita
lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah
berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan
Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena
itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh
baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala
dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.
Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan
maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah
dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak
buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. wal’iyadzu
billah.., itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa
mengerikannya dosa ini.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai
dia terjebak melakukan dosa ini.
Sumber Dosa Jariyah
Diantara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Pertama, mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu
di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia
sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya.
Dalam hadis dari Jarir
bin Abdillahradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam
islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang
melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa
mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk
melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk
melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan
maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau
menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia
dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam
ini. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan
anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan
darah itu.”(HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).
Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok
mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru
banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun
mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru, dia
mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi
sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video parno atau
cerita seronok di internet, tak terkecuali media massa, kemudian ada orang yang
nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau zina
atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di internet akan mendapat aliran
dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan karenanya.
Termasuk juga para wanita yang membuka aurat di tempat umum,
sehingga memancing lawan jenis untuk menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa
membuka aurat, plus dosa setiap pandangan mata lelaki yang menikmatinya.
Meskipun dia tidak mengajak para lelaki untuk memandanginya.
Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa
jadi dia sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah
kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.
Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di
akhirat, bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap
orang yang mereka sesatkan,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ
Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari
kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui
sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25)
Imam Mujahid mengatakan,
يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا
Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain
yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena
dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).
Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa,
seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR.
Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).
Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan
aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk
menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi
dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di
atas.
Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor
kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama itu pula orang ini
turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah. Merekalah
para pemilik dosa jariyah. Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi
orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun
dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah
dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin…
Sumber : konsultasisyariah.com