Pendahuluan
Dalam keseharian kita tidak lepas dari pentingnya ilmu kedokteran yang membantu kita dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan, ilmu kedokteran juga sudah banyak mencegah dan mengurangi korban kematian akibat masalah kesehatan yang tidak mendapatkan perlakuan medis, dalam bidang ini khususnya pada ilmu kedokteran dibidang pembedahan atau oprasi bedah sangat bermanfaat bagi wanita yang mengalami kesulitan atau kendala dalam melahirkan dengan solusi oprasi caesar ataupun oprasi untuk pengangkatan tumor dan masalah kesehatan lainnya.
Bedah atau pembedahan (Bahasa
Inggris: surgery, Bahasa
Yunani: cheirourgia "pekerjaan tangan") adalah
spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan
operasi manual dan instrumen. Ahli bedah (surgeon) dapat merupakan dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan yang memiliki spesialisasi dalam
bidang ilmu bedah.
Bedah sesar (bahasa
Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam
Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc)
adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk
mengeluarkan bayi.
Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal tidak
memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur
persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang
beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.
Penemu Oprasi Bedah
Dalam sejarahnya ilmu kedokteran dibidang ini telah banyak mengalami kemajuan dan mengecilkan resiko yang dapat ditimbulkan dari kegiatan ini, dan dalam sejarahnya keilmuan di bidang bedah berkembang dan terpelopori itu tidak lepas dari kejayaan peradaban Khilafah pada masanya lalu dalam penemuan teknik bedah itu sendiri pertama kali ditemukan oleh ilmuan muslim bernama Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau
Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم) dikenal di Barat sebagai Abulcasis,
adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan.
Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30
jilid.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di
kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi".
Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari
kekhalifahan Umayyah.
Al-Tasrif
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran,
termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan
ke bahasa
Latin oleh Gerardo dari Cremona pada
abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber
utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu,
Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi,
opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga
mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang
kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna
rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal
menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak
muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari
berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi
tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di
puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan
pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan
pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan
untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang
terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang
pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya
untuk meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan
sembarang orang. Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak
melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki
keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat
saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern
ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang
ahli bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah
kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang
ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada
abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi
rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa
selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter
serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah
Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali.
Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya
era Renaissance. Hingga abad ke 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis , Jaques Delechamps (1513
M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada
tahun 1013 M dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba
kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan
menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat
rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi
cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
Sumber: id.wikipedia.org