Pendahuluan
Siapapun ingin menjadi hebat dan menguasai banyak keterampilan yang membuatnya dapat diakui dunia lalu beruntung di akhirat dan semua orang berlomba-lomba dalam meraihnya namun banyak yang bertanya bagai mana mendapatkan keterampilan, kehebatan, keberuntungan itu dan apa caranya agar menjadi pribadi yang hebat dan diakui apakah memang sudah takdir? ataukah itu adalah pilihan? berikut adalah ringkasan dari buku tulisan Ustad Felix Y Siauw yang berjudul "How to master your habits".
Habits
“syriah n khilfh adl hrg mati, kwjbn n janji Allah, sbh institusi yg mjamin dtrapkanny hkm Allah, n mlanjutkn khdpn Islam!”
Siapapun ingin menjadi hebat dan menguasai banyak keterampilan yang membuatnya dapat diakui dunia lalu beruntung di akhirat dan semua orang berlomba-lomba dalam meraihnya namun banyak yang bertanya bagai mana mendapatkan keterampilan, kehebatan, keberuntungan itu dan apa caranya agar menjadi pribadi yang hebat dan diakui apakah memang sudah takdir? ataukah itu adalah pilihan? berikut adalah ringkasan dari buku tulisan Ustad Felix Y Siauw yang berjudul "How to master your habits".
Habits
“syriah n khilfh adl hrg mati, kwjbn n janji Allah, sbh institusi yg mjamin dtrapkanny hkm Allah, n mlanjutkn khdpn Islam!”
Jangan bingung, kami tidak salah ketik kok. Ini memang
sebuah tes membaca.
Bila kamu bisa membacanya dengan baik dan mengerti artinya,
itu artinya kamu adalah orang yang sudah terbiasa ber-SMS ria. Dan bila kamu kesulitan membacanya, maka itu tanda bahwa mungkin kamu sudah berumur.
Seringkali kita menemui orang yang kita anggap istimewa,
karena ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dikuasai
oleh orang lainnya. Kita takjub melihat seseorang yang fasih dalam bahasa arab
dalam usia muda, walaupun dia tidak lahir di tanah arab. Kita terpesona tatkala
menyaksikan anak berusia 15 tahun dan hafalan 30 juz nya. Kita kagum saat
melihat seseorang berumur masih 20-an namun telah menulis lebih dari 8 buku
yang semuanya bermutu dan berisi.
Lalu kita bertanya-tanya, apakah bakat-bakat semacam itu
adalah takdir dari Allah, yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang khusus?
Apakah memang sudah takdirnya seperti itu? Dan biasanya pasangan pertanyaan ini
adalah legitimasi bahwa kita memang tak mampu melakukan demikian karena tak
berbakat. Lalu menyerah dan menerima diri apa adanya, jauh dari mampu.
Sebagai respon atas hal ini, muncul kemudian training
motivasi yang menjamur bak musim hujan. Training ini lalu membahas tentang “Why?”.
Merubah mindset seseorang dan berusaha menanamkan keyakinan pada setiap orang
bahwa mereka pasti bisa menguasai apapun.
Namun, motivasi ternyata gagal pula menciptakan kelanggengan
dalam menguasai suatu keahlian. Panas semangat yang membakar ternyata hanya
bertahan satu-dua hari, belum keahlian dikuasai, kebosanan sudah menanti.
Sebenarnya, rahasia dari menguasai keahlian apapun bukan
terletak pada motivasi, karena motivasi hanya kunci pembuka awalnya saja, tapi
ibu dari segala keahlian adalah pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah
latihan (practice). Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa
ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya
pembentukan kebiasaan (habits)
Dalam kenyataan sehari-hari, menguasai suatu keahlian secara
permanen lebih tergantung dari habits dibandingkan motivasi. Misalnya, setiap
pengemban dakwah tentulah ingin menguasai bahasa Arab, dan saya pikir motivasi
untuk itu tak kurang. Namun mengapa sedikit yang menguasainya? Karena tidak
terbiasa, tepat sekali. Sebaliknya, seorang bocah 2 tahun yang tinggal di Arab
tidak punya motivasi samasekali untuk menguasai bahasa Arab, namun dia
menguasainya. Tanpa disadarinya.
Coba perhatikan sekali lagi, ada orang yang sangat ingin
menguasai bahasa arab namun tidak dapat menguasai keahlian itu, namun ada orang
yang biasa-biasa saja, lalu menguasainya.
Nyata disitu bahwa suatu keahlian lebih banyak dipengaruhi
oleh practice (latihan) danrepetition (pengulangan), ayah dan
ibunya segala jenis keahlian.
Sama seperti kasus membaca SMS diatas, ketika kita telah
terbiasa (berlatih dan berulang-ulang) membaca SMS, maka memahami teks SMS yang
disingkat-singkat menjadi sesuatu yang otomatis kita lakukan, tanpa perlu
berpikir, semuanya terjadi otomatis, autopilot.
Jadi pembiasaan pada intinya adalah menjadikan suatu hal
yang tadinya dilakukan secara sadar dan diupayakan menjadi otomatis dan tanpa
upaya, melalui latihan dan pengulangan secara terus menerus.
Bayangkan nikmatnya melakukan kebaikan-kebaikan secara
otomatis. Bayangkan nikmatnya membaca kitab berbahasa arab gundul sama
otomatisnya seperti membaca SMS yang disingkat. Bayangkan nikmatnya berdakwah
yang materinya mengalir secara otomatis. Bayangkan menulis tanpa upaya dan
otomatis dilakukan. Itulah hasil daripada pembiasaan (habits).
Bayangkan Anda ingin menembus hutan perawan. Pertama-tama
harus ada upaya yang sangat luar biasa untuk membabat hutan, memotong pohon dan
semak, menyeruak rumput dan menebas penghalang untuk meniti setapak jalan.
Kedua kalinya Anda melewati jalan itu, tentu tak sesulit awalnya. Keesokan
harinya anda mungkin melapisi jalan tanah dengan batu sehingga lebih nyaman
dilewati. Dan satu hari jalan itu mungkin diaspal hinggal lebih cepat dilewati.
Begitulah proses pembentukan keahlian melalui pembiasaan.
Karena itulah, Al-Qur’an pun telah memuat firman Allah yang
membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),
وَكَذَٰلِكَ أَنزَلْنَٰهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ ٱلْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا
"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab,
dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari
ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran
bagi mereka" (TQS Thahaa [20]: 113)
Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, namun
seketika habits itu sudah terbentuk dengan kokoh, maka sulit pula untuk
menghentikan habits baik itu. Sama dengan habits buruk yang sulit pula menghentikannya
apabila sudah kokoh. Bedanya, habits baik sulit dibentuk, namun akan memudahkan
kita di sisa hidup kita. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di
sisa hidup kita.
Sayangnya, tidak banyak pengemban dakwah yang menyengajai pembentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Dan lebih sayangnya lagi, manusia
ibarat sebidang tanah kosong, yang apabila kita tidak menanamnya dengan sesuatu
yang baik; maka secara otomatis tanaman yang tumbuh adalah yang tidak baik.
Bila kita tidak menyengajai membentuk habits yang baik, bukan berarti tubuh kita
tidak memiliki habits, tapi mungkin penuh dengan habits yang buruk. Keburukan
yang otomatis terjadi, seperti malas, enggan, futur, gugup saat menyampaikan
Islam, tidak runut dalam pembahasan dan lainnya.
Jadi hanya satu sebab ketika kita belum menguasai sesuatu
hal yang benar-benar kita inginkan: “Kita belum cukup banyak mengulang dan
melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang
motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.
Bicara tentang berpikir, binatang tidak memiliki akal, namun
mereka bisa menguasai keahlian yang bahkan manusia merasa aneh menyaksikannya.
Kita pernah melihat burung berhitung matematika di sirkus, monyet melakukan
tendangan putar sempurna taekwondo, atau lumba-lumba yang melompati gelang api.
Semua itu mereka lakukan karena mereka tidak banyak pikir, hanya melakukan dan
melakukan. Terus berlatih dan mengulangi.
Mungkin itulah kelemahan kita selama ini, yang membuat kita
miskin keahlian apapun. Karena kita terlalu banyak membahas motivasi tapi
kurang aksi. Banyak pikir cemerlang tapi tak berlatih mengulang.
Logikanya, bila binatang yang tak memiliki akal saja bisa, seharusnya manusia
yang punya akal lebih bisa.
Mungkin pula lebih tepat apabila ketika ingin menguasai satu
keahlian, tak perlu banyak berpikir dan motivasi, lakukan saja. Semakin sering
kita melakukan, maka semakin sering pula latihan dan pengulangannya. Maka kita
pasti akan menguasai keahlian apapun yang kita inginkan.
Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan
membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits
membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2
jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih
lemah. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar. Habits
dulu baru hebats!
Terakhir, mari kita dengarkan ungkapan Imam Syafi’i “Wahai
saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang
akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan
memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!”
Jadi, wahai pengemban dakwah Islami, bersabarlah untuk
menjadi ahli. Terus berlatih dan mengulangi. Pastilah bisa kita kuasai entah itu menjadi pribadi sukses, hebat, tangguh, cerdas dan diakui hanya perlu membiasakannya yang itu dibarengi dengan tindakan dan berusaha lalu konsisten.
Penulis: Felix Y Siauw
Sumber: felixsiauw.com