Berikut adalah gambaran "Bahaya" bila mengikuti
Hizbut Tahrir Indonesia menurut Profesor Dr. Ing. H. Fahmi Amhar yang
merupakan Peneliti Senior pada Bakorsurtanal.
Mungkin dari kita ada yang sudah mengenal apa itu HTI? Tapi
ada juga mungkin yang belum tahu apakah HTI itu? HTI adalah gerakan Hizbut
Tahrir Indonesia yang mengajak anggotanya menegakkan kembali syari’ah dalam
kehidupan pribadinya dan melanjutkan kehidupan Islam di masyarakat secara
kultural (opini publik) dan struktural (melalui transformasi negara menjadi
Daulah Khilafah). Namun, jangan sampai Anda terjebak untuk ikut-ikutan.
Berikut 10 alasan mengapa kita jangan sampai ikutan HTI:
1. Jadi kritis, tidak mau ikut-ikutan dalam soal aqidah atau
ibadah, semua jadi ditanya dalil aqli dan naqlinya. Sepertinya seakan-akan
nenek moyang kita pada sesat semua.
2. Jadi dikit-dikit hukum syara'. Mau apa saja tanya hukum
syara'nya gimana, halal-haramnya gimana, jadi terikat gini, ribet banget.
Kenapa gak yang penting manfaatnya, happynya, soal halal-haram ntar saja... ?
3. Jadi gak boleh pacaran. Katanya pacaran itu haram karena
mendekati zina, dan kalau masih juga pacaran pasti kena sanksi, minimal tidak
diizinkan ikut dalam pembinaan intensif lagi.
4. Jadi gak boleh ambil KPR, KKKB atau kredit berbunga
lainnya karena itu riba. Katanya yang dosa itu pembayar riba, penikmat riba,
pencatatnya dan saksinya. Penikmat riba 1 dirham dosanya setara dengan 30 kali
berzina. Wah pasti jadi susah punya rumah, kendaraan ataupun bisnis.
5. Jadi gak boleh menyuap petugas, apakah itu dalam urusan
administrasi ataupun mendapatkan proyek. Alamat segala urusan bakal lamaaa.
6. Jadi mawas politik. Setiap peristiwa politik selalu
disoroti secara Islam. Masak Islam dibawa-bawa terus dalam memikirkan politik.
Penggadaian Sumber Daya Alam ke asing disorot secara Islam. Aktivitas intelijen
asing disorot secara Islam. Darurat narkoba disorot secara Islam. Bahkan
gerakan separatis seperti di Papua pun disorot secara Islam. Islam koq
kemana-mana.
7. Jadi enggan dijadikan pejabat . Padahal jadi pejabat
seperti Bupati, Gubernur atau Menteri itu pasti enak. Tapi koq aneh, katanya
gak boleh menjadi hukkam alias penguasa jika hukum yang wajib diterapkannya ada
yang bertentangan dengan Islam, sementara dia tak bisa apa-apa.
8. Jadi wajib nambah ilmu. Kalau ikut HT katanya tiap minggu
harus ikut kajian Islam intensif minimal 2 jam, terus ada dirosah fardhiyah
setiap hari, termasuk baca al-Qur'an dan buku-buku bermutu lainnya. Jadi kapan
nonton sinetronnya ? atau nggossip selebritinya ?.
9. Jadi wajib berdakwah, mengontak orang, dan menjelaskan
segala sesuatu tentang Islam (aqidah, syariah, khilafah), termasuk menjadi
contoh hidup penegak syariah bagi mad'u di sekitarnya. Wah tentunya capek
sekali, jadi jarang ada waktu untuk santai, ngerumpi atau main game
banyak-banyak, padahal masih muda.
10. Jadi sering dianggap asing. Pengemban dakwah harus lebih
pandai bersyukur dan bersabar, bila sering dimusuhi oleh kaum sekuler-liberal,
termasuk juga pemerintah yang berhaluan sekuler, baik yang demokratis maupun
diktator. Pengemban dakwah juga sering difitnah sebagai teroris-radikal, atau
disalahpahami oleh sesama aktivis dakwah sebagai menggembosi suara untuk
partainya. Sementara itu, jika ada yang mau menyumbang ke HTI, anggota HTI
harus tanya dulu ke pimpinan pusat, boleh tidak menerima sumbangan itu, dan
seringnya dijawab tidak boleh. Jadi memang repot betul dakwah model HTI ini.
(** terinspirasi dari 10 alasan jangan ikutan ODOJ **)
Sumber: www.liputan6islam.com