“Islam Nusantara adalah islam yang ramah, tidak radikal,
inklusif & toleran” tutur Jokowi berbangga. Islam pada dasarnya memang
ramah, parawisatawan, turis-turis mancanegara bahkan mengaminkan keramah ini.
Jokowi hendak membawa bangsa endonesia ke era masyarakat primitif
pasalnya beliau pak ustadz cabutan tidak menghendaki perubahan, maju dalam
berfikir & bertindak, akhirnya bangsa endonesia gaptek terhadap gadget
keluaran terbaru, atau malah terbentuk masyarakat konsumtif yang tidak mengerti
cara penggunaanya, memanfaatannya, tidak mau menciptakan sesuatu hal,
perubahan, hal baru, mengekang masyarakat supaya tidak berfikir maju, tidak mau
melihat dunia diluar endonesia. Sedangkan anggota DPRnya belajar membuat
undang-undang keluar negeri sungguh (tidak radikal).
Perbedaan itu fitrah motor tidak sama dengan mobil & sebaliknya,
motor bisa melaju, beroda 2, berpenumpang 2 adapun lebih dari itu disebut freestyle. Mobil diizinkan masuk jalur tol, motor masuk jalur tol disebut PM Penolong Macet,
memilik keseimbangan dari segi roda 4 tanpa standar, penumpang lebih dari 2
bisa 9 sekalipun lebih sesak tuh nafas. Jelasnya inklusif mampu belajar
menghargai perbedaan, menghormati perbedaan & mewajibkan akal bisa menerima
hal, bahwa kebaikan untuk masyarakat itu baik dari yang terbaik.
Islam itu toleransi bersifat, bersikap
menenggang, menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb. Kisah kasih hidup dalam dunia Islam
(Negara Islam = Khilafah) sudah lebih dari cukup didengungkan. Dengan adanya Islam nusantara ini menegaskan Hindu, Budha, Kristen nusantara artinya mereka
tidak dihargai, tidak dibolehkan, tidak dipandang. Secara Eksplisit yang lain
dilarang, berlainan dengan Islam yang toleran. Yang mana mau hidup dalam
Syariah Islam.
Dibalik Islam
Penulis: Jaunk