Assalamu’alaikum!
Apa kabar akhwat fillah! Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan
sepanjang hari ini. Semoga Allah juga menjauhkan ukhti fillah dari berbagai
perbuatan keji baik yang disadari maupun yang tak disadari.
Ada alasan mengapa kalimat terakhir saya tuliskan, karena sebagai insan amat
mungkin bagi kita khususnya Anda kaum Hawa mengerjakan satu perbuatan
yang tak pernah disadari mendorong diri sendiri dan orang lain ke tepi jurang
perbuatan dosa. Salah satunya tanpa sadar banyak perempuan yang memainkan peran
sebagai penggoda suami orang.
Bila itu dilakukan dengan kesadaran maka itu patut dimintai istighfar
sebanyak-banyaknya. Itu berarti Anda, ukhti fillah, sudah menjadi agen syetan
yang senang melihat terpisahnya pasangan suami istri di dunia ini. Sebagaimana
tutur kata Nabi saw.:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut)[1] kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (orang yang ia goda -pent) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat engkau” [HR Muslim IV/2167 no 2813].
Berhati-hatilah dalam pergaulan dengan kaum lelaki. Karena kerusakan sosial
banyak terjadi di area hubungan pria dan wanita. Apalagi di zaman sekarang, era
sekulerisme-liberalisme, dimana dalam area publik mudah terjadi ikhtilat
(campur baur) pria dan wanita dengan disertai interaksi di antara mereka. Di
pasar, di kantor, di kampus, bahkan hingga ke majlis talim dan jejaring sosial.
Ada beberapa tanda yang bila Anda, akhwat fillah, melakukan hal ini bisa jadi
tergolong sedang ‘menggoda’ dengan tanda disadari, di antaranya:
- Bila bertemu dengan ikhwan/pria itu disadari atau tidak Anda kerap melakukan flirting, meliriknya diiringi dengan senyuman.
- Dengan alasan konsultasi pekerjaan atau mungkin masalah agama Anda kerap mengirim pesan kepadanya via jejaring sosial. Padahal urusan pekerjaan itu bisa Anda tanyakan pada orang lain sesama muslimah. Atau jawaban dari ikhwan tersebut sebenarnya sudah jelas tinggal Anda move on tapi Anda terus saja mengirim pesan padanya.
- Setiap ada momen spesial tentang pria itu, Anda ada di barisan orang pertama yang mengucapkan selamat, atau malah memberi gift padanya. Wah, wah, wah.
- Entah disadari atau tidak setiap Anda tahu ada kesempatan bertemu dengan pria itu, Anda berdandan lebih cantik, menarik perhatian.
- Anda tidak merasa malu mengambil momen bersama seperti makan siang bersama, tugas kantor bersama atau foto bersama.
- Sama sekali tidak ada perasaan risih kalau Anda mengatakan ‘say’ atau ‘beib’ kepadanya apakah dalam pembicaraan langsung atau ketika ber-sms, dsb.
- Ketika ada momen berbicara dengannya Anda merasa emosi bisa lepas, bisa tertawa, dan gembira. Iffah atau sikap menjaga diri Anda mendadak luntur bila bertemu dengannya.
Sekarang cobalah jujur pada diri sendiri; apakah Anda memang menyimpan perasaan
suka pada pria itu? Bila ‘iya’, maka berhati-hatilah. Sebagai seorang muslimah
sudah semestinya menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridhoi Allah SWT.
Apalagi bila sampai merusak rumah tangga orang lain atau menimbulkan gunjingan
dari orang-orang di sekitar Anda berdua.
Mulailah menghiasi kepribadian Anda dengan takwa. Munculkan rasa takut dan malu
kepada Allah SWT. Bayangkan bila Anda sudah berumah tangga lalu suami Anda
menghadapi kondisi seperti itu. Bukankah sebagai istri Andapun akan merasa
sedih dan marah? Begitupula perempuan lain pun akan merasakan hal yang serupa.
Maka, pagarilah diri dan lingkungan dengan hukum-hukum Allah.
Memang, perempuan akan jauh lebih dimuliakan dan dijaga kehormatannya, lebih
banyak terlindung dari dosa jika mereka hidup dalam naungan Syariat Islam. Di
luar kehidupan Islam, tabir yang memuliakan wanita justru terkoyak-koyak.
Penulis: Iwan Januar
Sumber: iwanjanuar.com