Siapakah sesungguhnya orang yang sabar? Siapakah
sesungguhnya orang yang pemberani? Dan siapakah sesungguhnya sahabat sejati?
Luqman Al Hakim memberitahu kita cara mengetahuinya.
“Tiga orang yang hanya bisa diketahui pada tiga kondisi;
orang sabar hanya bisa diketahui saat marah, pemberani hanya bisa diketahui
dalam perang saat bertemu lawan-lawan sepadan, dan sahabat sejati hanya bisa
diketahui saat kau memerlukannya.”
Orang sabar
Orang sabar hanya bisa diketahui saat marah. Seberapa
tingkat kesabarannya, karena perkara apa ia marah, bagaimana dirinya
mengendalikan diri saat marah, apakah kata-katanya masih benar atau berubah
penuh makian, apakah saat tersulut marah ia tetap mengedepankan akhlak mulia
atau menjadi orang yang bengis dan zalim.
Marah yang dengannya sabar teruji bukan sekedar marah kepada
manusia. Tetapi juga marah menghadapi keadaan. Pernah seorang wanita meratap
meraung-raung di pemakaman Baqi karena anaknya meninggal. Saat Rasulullah
mengingatkannya, ia justru menghardik beliau. Setelah diberitahu bahwa orang
yang dihardiknya adalah Rasulullah, ia pun meminta maaf. Rasulullah pun
kemudian mensabdakan, “sabar itu ada pada benturan pertama.”
Dalam hadits yang lain beliau mensabdakan bahwa orang yang
kuat bukanlah ahli gulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengendalikan diri saat marah.
Setiap orang pasti bisa marah. Apalagi jika agamanya dihina.
Namun bagaimana ia bersikap, apakah kata-kata dan tindakannya tetap terkontrol,
di sanalah ia bisa dilihat benar-benar sabar atau belum.
Orang pemberani
Kadang dijumpai ada orang yang kata-katanya meledak-ledak,
suka tantangan dan bahkan suka menantang. Ada juga orang yang sering
mengeluarkan pernyataan bernada invasif. Namun itu semua bukan jaminan
keberanian.
Pemberani hanya bisa diketahui dalam perang saat bertemu
lawan-lawan sepadan. Para sahabat Nabi dan mujahidin telah membuktikan hal itu.
Kita? Sebelum ada perang, agaknya sulit menguji apakah benar-benar pemberani
atau justru menjadi orang yang pertama lari saat panggilan jihad berkumandang.
Sahabat sejati
Luqman Hakim mengistilahkannya dengan saudara sejati. Mereka
baru bisa diketahui saat kita membutuhkannya.
Jika kita sedang berada, sedang berkuasa, mereka yang
mendekat belum tentu sahabat. Mereka yang menyertai belum tentu saudara sejati.
Namun jika kita sedang membutuhkan, mereka yang hadir dan membantu kita, mereka
itulah sahabat sejati. Mereka itulah saudara sejati. Bukan orang yang menjauh
setelah tahu kita jatuh dan butuh.
By Muchlisin BK
Sumber: Bersamadakwah