Begini, fenomena di dunia ini sedikitnya ada 3 macam: yang
langsung terindera dengan indera kita sendiri (misalnya batu), yang jadi
terindera dengan bantuan alat (misalnya gelombang radio), dan yang hanya
diketahui dengan bantuan riwayat (misal peristiwa sejarah di masa lampau).
Pertanyaannya sekarang, di mana posisi pembuktian eksistensi
Tuhan? Jelas kita tidak bisa melihat atau mendengar Tuhan. Tidak ada juga alat
yang dapat mendeteksi Tuhan secara objektif. Sedangkan cerita orang-orang yang
pernah bertemu Tuhan, apakah bisa divalidasi? Tidak bisa. Kalau bertahan pada
metode logika ini, maka profesor atheis tadi benar.
Tetapi, ternyata dengan semakin mendalami fenomena alam ini,
kita akan menemukan bahwa bumi yang kita diami ini amat ajaib. Jaraknya dari
matahari, kecepatan rotasinya, kemiringan sumbunya, ada bulan yang mendampingi,
bagaimana dengan kerapatan udara, bagaimana dengan adanya gunung berapi, dsb.,
terlalu rumit untuk mengatakan ini kebetulan hasil proses evolusi.
Hukum termodinamika-II menyebutkan bahwa entropi alam ini
terus meningkat. Artinya, ketidakteraturannya semakin tinggi. Kalau kita
menyebar seratus huruf secara acak, berapa kemungkinannya akan membentuk
kalimat yang memiliki arti? Bagaimana kalau yang disebar itu bukan seratus
huruf, tetapi seratus ribu-juta-milyar-trilyun-trilyun-trilyun huruf? Teramat
kecil! Apakah itu mungkin? Ya, tapi dalam berapa ribu-juta-milyar-trilyun
tahun?
Sedangkan astrofisika semakin membuktikan bahwa usia alam
semesta ini ternyata terbatas. Kira-kira 'baru" 14 Milyar tahun. Ini
diukur dari jarak objek langit terjauh yang dapat diamati. Apakah mungkin masih
banyak objek langit yang belum dapat diamati? Tidak mungkin! Andaikata usia
alam semesta ini tidak terbatas, maka sudah tidak terbatas waktu yang telah
diberikan agar semua sinyal (cahaya atau gelombang elektromagnetik) dari semua
objek langit itu mencapai bumi. Artinya, mestinya kita sudah bisa mendeteksi
seluruh objek langit yang ada. Tetapi bahwa kita hanya menyaksikan jarak
terjauh itu 14 Milyar tahun cahaya, maka berarti memang usia alam itu hanya 14
Milyar tahun!
Maka memang tidak aneh, bahwa dalam diri manusia itu sudah
built-in kesadaran, bahwa ada "sesuatu behind being", sesuatu di luar
sana yang tidak termasuk alam semesta, tetapi bertanggungjawab pada kejadian di
alam semesta. Dan itu disebut Tuhan.
Memang di masa lalu, Tuhan dianggap bertanggungjawab pada
hal-hal yang manusia belum mampu merasionalkan dengan logika. Apakah itu
sekedar fenomena magnetis, reaksi kimia atau letusan vulkanik. Kemudian mereka
mengembangkan berbagai ritual agar Tuhan mengasihi mereka. Timbullah berbagai
agama dan kepercayaan, yang berbeda-beda sesuai dengan fenomena yang akrab bagi
suatu bangsa. Mereka yang tinggal di pesisir akan memuja Tuhan Lautan (Neptunus
atau Nyi Loro Kidul). Mereka yang tinggal di dekat gunung berapi akan memuja
Tuhan Gunung (Vulcan atau Mbah Petruk). Dan muncul para pendeta yang mengaku
dapat berkomunikasi dengan Tuhan, lalu menetapkan berbagai ritual yang harus
dilakukan.
Semua fenomena ini ada di setiap bangsa sepanjang sejarah.
Apakah ini hasil indoktrinasi? Atau ini adalah sesuatu yang built-in dalam diri
manusia? Saya cenderung bahwa ini memang built-in. Ini seperti naluri
mempertahankan diri, atau naluri mencintai lawan jenis. Jadi naluri
mengkuduskan sesuatu, mencari Tuhan, itu sangat alamiah.
Persoalannya adalah, Tuhan itu seperti apa? karena Dia
ghaib, di luar alam semesta, maka memang mesti ada mediator yang dapat
menghubungkan. Dan mediator itu mesti membawa sesuatu yang supra-natural secara
absolut. Orang itulah yang disebut Nabi.
Dalam Islam, sesuatu yang supra-natural itu adalah
al-Qur'an. Nabi Muhammad membawa banyak mukjizat sepanjang hidupnya. Tetapi
yang tertinggal hingga sekarang tinggal al-Qur'an. Al-Qur'an supranatural baik
dari sisi logika, etika maupun estetika. Pada sisi estetika ini, bahasa yang
digunakan al-Qur'an telah memukau bangsa Arab. Cuma ada 3 kemungkinan: itu
karangan Muhammad sendiri, dibuatkan oleh orang Arab lain, atau dari Allah
seperti yang diklaim oleh Muhammad.
Kemungkinan Qur'an dikarang Muhammad sendiri terbantahkan,
karena gaya bahasa Muhammad seperti dalam hadits sangat berbeda. Dibuatkan
orang Arab lain: belum pernah terbukti. Siapa? Belum ada yang berhasil membuat
satu surat saja yang sarat makna seperti surat pendek di dalam al-Qur'an. Jadi
tinggal kemungkinan ke-3: Allah sendiri yang membuatnya. Maka Qur'an ini adalah
bukti bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasululllah.
Sumber: syariahpublications.com