Perbuatan maksiat adalah semua perbuatan yang melanggar
hukum syara’. Sebagai pelanggaran, pelakunya akan mendapatkan dosa.
Semakin banyak dosa, semakin berat pula timbangan keburukan. Ketika itu
terjadi, maka peluang masuk ke dalam neraka bagi pelakunya pun semakin besar.
Selain dosa, perbuatan maksiat juga memberikan dampak buruk lainnya kepada pelakunya. Di antaranya dapat membutakan hati pelakunya.
Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka ditorehkan ke dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, maka hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (melakukan kesalahan), maka (akan) ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan dengan sebutan “al-Rân” yang Allah sebutkan:
Selain dosa, perbuatan maksiat juga memberikan dampak buruk lainnya kepada pelakunya. Di antaranya dapat membutakan hati pelakunya.
Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka ditorehkan ke dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, maka hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (melakukan kesalahan), maka (akan) ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan dengan sebutan “al-Rân” yang Allah sebutkan:
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
المطففين:١٤
المطففين:١٤
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka (QS al-Muthaffifîn [83]: 14).” (HR al-Tirmidzi Tirmidzi
dari Abu Hurairah).
Bakar bin Abdullah berkata, “Sesungguhnya hamba, jika berbuat dosa, maka terdapat di hatinya seperti tertusuk jarum. Kemudian dia berbuat dosa lagi, maka hatinya akan seperti itu lagi. Hingga ketika telah banyak dosa, hatinya seperti ayakan atau saringan yang tidak memahami kebaikan dan tidak ada lagi kebaikan di dalamnya.” (al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, vol. 19, 261).
Dampak lain dijelaskan oleh Sayyidina Ali ra. Beliau berkata, “Dampak maksiat adalah lemah dalam berbadah, kesulitan hidup, berkurangnya nikmat” Ketika beliau ditanya, “Seperti apa berkurangnya nikmat?” Beliau jawab, “Tidak akan mendapatkan dorongan pada perkara yang halal, kecuali membuatnya gelisah” (al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, h144).
Bakar bin Abdullah berkata, “Sesungguhnya hamba, jika berbuat dosa, maka terdapat di hatinya seperti tertusuk jarum. Kemudian dia berbuat dosa lagi, maka hatinya akan seperti itu lagi. Hingga ketika telah banyak dosa, hatinya seperti ayakan atau saringan yang tidak memahami kebaikan dan tidak ada lagi kebaikan di dalamnya.” (al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, vol. 19, 261).
Dampak lain dijelaskan oleh Sayyidina Ali ra. Beliau berkata, “Dampak maksiat adalah lemah dalam berbadah, kesulitan hidup, berkurangnya nikmat” Ketika beliau ditanya, “Seperti apa berkurangnya nikmat?” Beliau jawab, “Tidak akan mendapatkan dorongan pada perkara yang halal, kecuali membuatnya gelisah” (al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, h144).
Oleh: Ust Rokhmat S. Labib, M.E.I.