Sholat adalah kewajiban setiap muslim dan juga merupakan rukun Islam yang ke dua, namun tidak dapat kita pungkiri bahwasanya dalam pelaksanaannya masih banyak diantara kita yang tidak merapatkan shaf dalam sholatnya.
Lihatlah dan contohlah Dai dunia tatkala sedang melaksanakan sholat yg di imami oleh Syaikh Mishary Rasyid Al-Afasy ini, seperti ustadz husein yee,Ustadz zakir naik,syeikh muhammad shalah, ustadz Yusuf estes yg selalu merapatkan shaf-shaf mereka.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan untuk meluruskan shaf dan memperingatkan dari tidak mematuhi perintahnya. Karena hal ini akan memicu perselisihan, sebagaimana di dalam hadits :
“Luruskan shaf-shaf kalian. Dan demi Allah, luruskanlah shaf-shaf kalian, atau jika tidak niscaya Allah akan menjadikan hati kalian saling berseteru.” (Shahîh Sunan Abu Dâwud : 616)
Anas bin Malik berkata:
“Dulu, salah seorang di antara kami menempelkan bahunya dengan bahu teman di sampingnya serta kakinya dengan kaki temannya. Andaikan engkau lakukan hal itu pada hari ini, niscaya engkau akan melihat mereka seperti bagal yang liar”.(HR.Al-Bukhori 725)
Apa yang dikatakan oleh Anas -radhiallahu Ta’ala ‘anhu- adalah benar.
Andaikan kita terapkan petunjuk Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya dalam merapatkan shaf, niscaya kita akan melihat orang di samping kita bagaikan cacing kepanasan, tidak rela jika kakinya ditempeli oleh kaki saudaranya, bahkan marah dan buruk sangka kepada hamba Allah yang taat. Alangkah buruknya orang jenis ini, semoga Allah tidak memperbanyak jumlahnya.
Busyair bin Yasar Al-Anshory pernah berkata, “Tatkala Anas datang ke Madinah, maka ada yang bertanya kepadanya: “Apakah yang anda ingkari pada kami sejak hari engkau mengenal Rasulullah-shollallahu alaihi wasallam-?”. Maka beliau berkata: [“Aku tak mengingkari (kalian), kecuali karena kalian tidak menegakkan shaf”]”.(HR.Al-Bukhori (724)
Syaikh Masyhur Hasan Salman -hafizhohullah- berkata dalam mengomentari atsar di atas, “Demikianlah kondisi kebanyakan orang di zaman kita ini. Andaikan hal itu dilakukan di hadapan mereka, maka mereka akan lari laksana keledai liar. Sunnah ini di sisi mereka berubah seakan-akan menjadi suatu bid’ah (ajaran baru) -na’udzu billah-. Semoga Allah menunjuki mereka dan membuat mereka merasakan manisnya sunnah”. (Lihat Al-Qoul Al-Mubin fi Akhtho’ Al-Mushollin, hal.207)
“Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam keluar menemui kami dan berkata :
مَالِيْ أَرَاكُمْ رَافِعِي أَيْدِيْكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابَ خَيْلِ شُمُسٍ, أُسْكُنُوا فِيْ الصَّلاَةِ
“Aku tidak pernah melihat kalian mengangkat-angkat tangan kalian, seakan-akan seperti ekor kuda liar saja. Tenanglah kalian di dalam sholat (jangan bergerak).”
Jâbir berkata kembali : kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam keluar menemui kami (pada lain waktu) dan melihat kami sedang bergerombol, lantas beliau bersabda :
مَالِيْ أَرَاكُمْ عَزِيْنَ
“Aku tidak pernah melihat kalian bergerombol?!”
Jâbir melanjutkan : kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam keluar menemui kami sembari mengatakan :
أَلاَ تَصُفُّوْنَ كَمَا تَصُفُّ المَلاَئِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا
“Kenapa kalian tidak berbaris sebagaimana para malaikat berbaris di hadapan Rabb mereka?”
Kami berkata : “Wahai Rasulullah, bagaimanakah berbarisnya Malaikat di hadapan Rabb mereka?”
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam menjawab :
يَتُمُّوْنَ الصُّفُوْفَ الأَوَّلِ وَيَتَرَاصَّوْنَ فِيْ الصَّفِّ
“Mereka menyempurnakan shaf/barisan yang paling awal sembari merapatkan barisannya.” (HR Muslim : 430)
Karenanya marilah kita kembali memeriksa shaf kita ketika sholat dan menyebarkan apa yang telah kita pelajari hari ini, semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan selalu mau belajar tentang Islam, Aminn.