Pemuda adalah harapan masa depan umat. Berkualitas pemuda hari ini, penuh ketaatan, cerahlah masa depan suatu kaum. Buruk kondisi kaum muda hari ini, suramlah nasib bangsa tersebut di kemudian hari.
Karena itulah Nabi saw. mengingatkan kaum Muslim untuk menjaga masa muda mereka sebaik-baiknya:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ…
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu...” (HR al-Baihaqi).
Sejarah emas Islam mencatat banyak pemuda yang harum namanya karena memuliakan Islam. Sejak Generasi Sahabat hingga Sultan Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel yang menjadi gerbang tersebarnya Islam ke Eropa. Kejayaan Islam banyak digerakkan oleh barisan kaum muda.
Para ulama salafush-shalih mendidik kaum tunas muda ini agar kelak muncul generasi penerus umat. Mereka paham, menyia-nyiakan pembinaan kaum muda sama artinya dengan merencanakan kehancuran suatu bangsa.
Krisis Moral Pemuda
Sepatutnya umat hari ini merasa prihatin melihat kondisi para remaja dan pemuda hari ini. Banyak anak muda kita terpapar krisis moral. Su’ul adab dan senang melakukan kekerasan adalah salah satu penyakit akhlak yang kini menjangkiti sebagian remaja di Tanah Air. Data UNICEF tahun 2016 menunjukkan bahwa kekerasan kepada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50%. Sebut saja kekerasan oleh gang motor, tawuran dan saling bully yang masih mendominasi perilaku remaja dan pelajar. Khusus untuk gang motor, menurut Polda Jabar, 50% pelakunya adalah pelajar.
Kekerasan itu bukan saja dilakukan kepada sesama remaja, tetapi juga kepada orangtua bahkan guru. Beberapa kali netizen dikejutkan dengan viralnya video siswa melakukan tindakan tak terpuji kepada guru mereka. Dari mulai mem-bully guru, merokok di kelas, menantang berkelahi sampai memaki-maki guru dan memukuli penjaga sekolah. Bahkan seorang guru satu SMA di Madura dianiaya seorang muridnya di sekolah hingga tewas.
Selain kekerasan, remaja kita juga rawan terjerat seks bebas. Data yang dikeluarkan oleh sebuah aplikasi penyedia layanan kesehatan memperlihatkan 68% pertanyaan yang diajukan oleh user berkutat pada pembahasan mengenai seks. Mirisnya lagi, mayoritas user yang bertanya mengenai hal serupa merupakan kelompok remaja antara 16-25 tahun.
Perilaku seks bebas remaja dan pelajar biasanya meningkat pada perayaan Hari Valentine. Sejumlah media massa memberitakan bahwa pada malam Valentine penjualan kondom justru meningkat. Ironisnya, pembelinya kebanyakan adalah remaja tanggung.
Perbuatan bejat ini berdampak pada meningkatnya kehamilan tak diinginkan (KTD) dan aborsi oleh remaja. Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Sri Purwaningsih, tingkat remaja yang hamil dan melakukan upaya aborsi mencapai 58%.
Perayaan Valentine semakin marak karena banyak pihak yang mensponsorinya. Televisi swasta, tempat-tempat hiburan, hotel dan mal menggelar berbagai Perayaan Valentine. Mereka menyediakan berbagai voucher hadiah, termasuk menginap bagi pasangan muda-mudi, tak peduli status pernikahan mereka.
Tanggung Jawab Semua Pihak
Menyikapi kekerasan pelajar terhadap guru, Mendiknas Muhadjir Effendie justru meminta guru untuk melakukan introspeksi. "Gurunya juga harus introspeksi supaya bisa tampil berwibawa, disegani oleh siswa. Itu juga mutlak. Guru itu harus jadi teladan, harus jadi contoh…," katanya kepada wartawan.
Padahal tak hanya guru. Semua pihak harus introspeksi diri dan berbenah. Pasalnya, banyak pihak yang terlibat dalam pendidikan remaja. Pertama, orangtua adalah pihak pertama dan paling utama dalam pendidikan anak. Faktanya, hari ini banyak orangtua abai dalam menanamkan keimanan dan adab-adab islami kepada anak-anak. Orangtua lebih menekankan prestasi belajar ketimbang pembentukan kepribadian Islam. Mereka luput mengajarkan anak soal halal-haram dan adab. Terbukti banyak remaja Muslim yang pacaran, bahkan terjerumus ke dalam seks bebas, tindak kekerasan, dan cacat moral lainnya.
Kedua, negara wajib menyelenggarakan pendidikan berbasis agama (Islam). Bukan seperti saat ini, sistem pendidikan cenderung sekular. Islam dipisahkan dari dunia pendidikan. Berulang negara malah mencurigai remaja dan pelajar yang mendalami Islam dengan tudingan terpapar paham Islam radikal dan Khilafah. Bahkan sempat muncul tudingan bahwa rohis sekolah menjadi bibit-bibit kemunculan terorisme. Sekolah dan kampus lalu dijadikan sasaran program deradikalisasi ajaran Islam. Akhirnya, Islam makin dijauhkan dari dunia pendidikan.
Ketiga, aturan sosial dan hukum yang berlaku banyak mengabaikan perlindungan pada moral remaja. Tak ada pencegahan dan sanksi bagi remaja yang melakukan hubungan seks bebas atau melakukan aborsi. Belakangan sedang digodog RUU Perlindungan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang justru berpotensi melegalkan seks bebas dan aborsi.
Remaja pelaku kekerasan juga kerap lolos dari jerat hukum karena dianggap masih di bawah umur. Karena itu mereka hanya dikenakan pembinaan sekalipun melakukan tindak kejahatan pembunuhan.
Bila keadaan ini yang terus terjadi, bagaimana remaja Muslim di Tanah Air bisa menjadi generasi terbaik?
Jadilah Pemuda Terbaik!
Para remaja dan pemuda Muslim sudah saatnya sadar bahwa di pundak mereka kelak akan diletakkan amanah memimpin umat dan membangun negeri. Masa muda bukanlah masa untuk menceburkan diri dalam suasana hedonisme, bersenang-senang tanpa batas halal dan haram, sambil berpikir bahwa umur masih panjang. Nabi saw. telah mengingatkan:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِك، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, keadaan kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum saat sibukmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR al-Baihaqi).
Masa muda hanya sekali dan waktu tak bisa diputar kembali. Bila masa muda habis untuk memuaskan hawa nafsu, kelak akan datang penyesalan pada hari tua. Bahkan tak sedikit manusia yang telah rusak jiwa dan raganya pada usia muda. Imam Hasan al-Bashri pernah berpesan, "Wahai kaum pemuda. Kadang tanaman yang masih muda pun bisa rusak dan mati karena terkena hama sehingga ia tidak bisa sampai ke masa panen."
Para pemuda yang bisa mengendalikan dirinya dari hawa nafsu mendapatkan pujian dari Allah SWT. Sabda Nabi saw.:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Sungguh Allah ‘Azza wa Jalla benar-benar kagum terhadap pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR Ahmad).
Mereka adalah kaum muda yang meninggalkan hawa nafsunya yang negatif dan berbuat baik dalam agama. Para pemuda semacam inilah yang akan Allah SWT beri kedudukan istimewa kelak pada Hari Akhir. Sabda Nabi saw.:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ :... وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya:… pemuda yang tumbuh dalam suasana ibadah (ketaatan) kepada Tuhannya.” (HR al-Bukhari).
Yang Harus Dilakukan Para Pemuda
Untuk itu para pemuda harus melakukan sejumlah hal: Pertama, hujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna; mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual. Tak ada agama serta sistem kehidupan yang terbaik kecuali hanya Islam (Lihat: QS Ali Imran [3]: 85).
Kedua, kaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Mereka wajib terikat dengan syariah Islam. Dengan terikat pada syariah Islam, pemuda Muslim akan menilai baik-buruk berdasarkan ajaran Islam. Mulai dari pergaulan dengan lawan jenis, adab kepada orangtua dan guru sampai memilih pemimpin akan dilandasi dengan nilai-nilai Islam.
Ketiga, senantiasa memiliki sikap berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi oportunis demi mencari keuntungan duniawi. Banyak remaja dan pemuda Muslim hari ini yang hidup bak pucuk pohon ditiup angin. Ke mana angin bertiup ke sanalah mereka terbawa. Pemuda Muslim harus memiliki keteguhan pada Islam hingga akhir hayat.
Keempat, terlibat dalam dakwah Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah Islam. Sungguh kemuliaan Islam hanya bisa tampak bila umat, khususnya kaum muda, senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. Al-Quran telah merekam keteguhan iman dan kesungguhan perjuangan para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan Allah SWT (Lihat: QS Kahfi [18]: 13-14).
Hikmah:
Nabi saw. bersabda:
لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلاَ تَظْلِمُوا
“Jangan kalian menjadi imma’ah! Kalian berkata, ‘Jika manusia berbuat baik, kami pun akan berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, kami juga akan berbuat zalim.’ Akan tetapi, kokohkan diri kalian. Jika manusia berbuat baik, kalian juga berbuat baik. Jika mereka berbuat buruk, jangan kalian berlaku zalim.” (HR at-Tirmidzi).
Kaffah - Edisi 078