Disintegrasi Indonesia bukan lagi sebuah wacana dan isapan jempol belaka. Ini sebuah kenyataan yang harus disikapi dan diantisipasi. Aceh dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-nya pernah melancarkan gerakan bersenjata selama bertahun-tahun untuk tujuan tersebut. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) boleh jadi terus bergerak untuk mewujudkan tujuannya. Bahkan Timor Timur, melalui referendum, berhasil lepas dari Indonesia sejak tahun 1999. Kini, Papua kembali bergolak. Sebagian warganya menginginkan kemerdekaan. Belakangan mereka melancarkan aksi unjuk rasa di berbagai kesempatan menuntut referendum demi memisahkan diri dari Indonesia.
Alhasil, benih-benih distintegrasi di negeri ini seperti 'bara dalam sekam'. Sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kilatan api yang tidak dapat dipadamkan.
Disintegrasi Haram
Kaum kafir penjajah akan terus berusaha menghancurkan kesatuan suatu negara. Salah satunya adalah melalui upaya pecah-belah (disintegrasi).
Sebelum disintegrasi terjadi, kaum kafir penjajah biasanya senantiasa menanamkan pemahaman baru dalam rangka brain washing (cuci otak) terhadap nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat. Pemikiran-pemikiran yang menonjol dalam hal ini adalah nasionalisme, patriotisme, kedaerahan, dan kesukuan. Penanaman pemikiran itu, misalnya kepada masyarakat Papua, dikatakan akan lebih baik berdiri sendiri karena secara fisik dan sejarah sangat berbeda dengan saudara-saudaranya di wilayah lain di Indonesia. Kepada rakyat Timor Timur dulu ditanamkan semangat membebaskan diri dan pemahaman bahwa integrasi Timtim dengan Indonesia merupakan rekayasa Indonesia. Lalu kepada rakyat Indonesia ditanamkan pemikiran yang menekankan pentingnya Timtim dilepas dari Indonesia karena hanya menjadi 'duri dalam daging' dan terus membebani Indonesia karena Timtim propinsi yang miskin.
Proses serupa pernah dilakukan Barat ketika ingin memecah-belah Daulah Khilafah Ustmaniyah yang berpusat di Turki. Akhir abad 19 Barat penjajah mengagitasi pemuda Turki dengan mempropagandakan bahwa Turki memikul beban berat bangsa-bangsa yang bukan bangsa Turki. Turki harus membebaskan diri dari bangsa-bangsa yang bukan Turki. Sebaliknya, slogan-slogan nasionalisme Arab juga disebarkan ke kalangan pemuda Arab, seperti: "Turki adalah negara penjajah", "Kinilah saatnya bagi bangsa Arab untuk membebaskan diri dari penjajahan Turki", dll. Untuk tujuan itu kemudian orang-orang Arab membuat partai politik sendiri. Pemecahbelahan pun terjadi. Daulah Khilafah Islamiyah akhirnya hancur berkeping-keping. Terpecah-menjadi puluhan negara hingga kini.
Selanjutnya, secara politik Barat akan langsung melakukan intervensi. Saat Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus melancarkan berbagai serangan kendati secara sporadis, upaya menumpas pemberontakan tersebut terus disorot oleh Barat dan dianggap melanggar HAM. Akhirnya, konflik tak kunjung usai. Bahkan beberapa tahun lalu, dua anggota Kongres AS, Eni Fa'aua'a Hunkin Faleomavaega asal Samoa dan Donald Milford Payne asal Newark, New Jersey, berhasil menggolkan RUU mengenai Papua Barat yang isinya mempertanyakan keabsahan proses masuknya Papua ke Indonesia. Ini membuktikan bahwa pihak asing seperti AS memiliki kepentingan dengan Papua.
Adanya indikasi campur tangan asing untuk membantu kelompok separatisme Papua sudah tampak paling tidak sejak kehadiran Sekretaris I Kedubes Amerika pada Kongres Papua serta kehadiran utusan Australia, Inggris dan negara-negara asing lainnya yang menghadiri kongres itu. Kongres Rakyat Papua pernah berlangsung tanggal 29 Mei-4 Juni 2000. Kongres menggugat penyatuan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilakukan Pemerintah Belanda, Indonesia dan PBB pada masa Presiden Soekarno. Menurut Kongres, bangsa Papua telah berdaulat sebagai sebuah bangsa dan negara sejak 1 Desember 1961. Selanjutnya Kongres meminta dukungan internasional untuk kemerdekaan Papua (Kompas, 05/06/2000).
Keberhasilan kafir penjajah memecah-belah Indonesia yang paling nyata adalah lepasnya Timtim. Begitu Timor Timur merdeka, wilayah itu langsung jatuh ke tangan Australia, satelit AS di kawasan Asia Pasifik. Hal yang sama bisa terjadi atas Papua.
Karena itu jelas, disintegrasi adalah salah satu jalan yang memungkinkan kafir penjajah untuk menguasai kita. Hal ini haram berdasarkan firman Allah SWT:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً
Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada kaum kafir untuk memusnahkan kaum Mukmin (QS an-Nisa [4]: 141).
Disintegrasi Berbahaya
Salah satu upaya untuk melemahkan dan menguasai Indonesia adalah dengan strategi pecah-belah dan disintegrasi. Dulu umat Islam bersatu dalam satu negara besar dan kuat, yakni Daulah Khilafah Islam. Namun, sejak Barat berhasil meruntuhkan Khilafah pada tahun 1924, wilayahnya kemudian dipecah-belah. Sejak itu hingga kini Dunia Islam terpecah menjadi lebih dari 50 negara. Bahkan negara yang kecil-kecil itu dipecah-belah juga dengan disintegrasi. Indonesia pun kini sedang diarahkan menuju proses disintegrasi tersebut. Tujuannya agar negeri Muslim terbesar ini semakin remuk dan hancur berkeping-keping. Jelas ini adalah kondisi yang amat berbahaya bagi negeri ini.
Belakangan ini bendera Bintang Kejora sering dikibarkan di Papua. Sejak awal, pengibaran Bintang Kejora ini telah dilarang oleh Pemerintah Indonesia. Larangan itu mengakibatkan meletusnya pemberontakan bersenjata pertama di Manokwari (26 Juli 1965) yang dimotori oleh Mandatjan dan Awom bersaudara dengan dukungan politikus senior John Ariks. Penyerangan terhadap kompleks TNI di Manokwari yang dilanjutkan dengan menjalarnya pemberontakan bersenjata ke seluruh wilayah Kepala Burung itulah yang dinyatakan sebagai hari lahirnya Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Papua Barat. Organisasi ini oleh Pemerintah Indonesia dan Aparat Keamanan sering disebut sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Demikianlah sampai hari ini pengibaran Bintang Kejora masih terjadi di berbagai tempat di Papua.
Kini tuntutan untuk melepaskan Papua dari Indonesia mencuat kembali. Peristiwa ini tampak tidak dapat dilepaskan dari upaya pihak asing, khususnya AS, yang membantu separatisme dan disintegrasi jika menguntungkan mereka.
Selalu Waspada
Karena itu seluruh komponen bangsa, khususnya umat Islam di negeri ini, harus selalu waspada terhadap makar pihak asing yang ingin memecah-belah negeri kita. Hendaknya kita bersatu menghadapi makar mereka sekaligus berjuang mempertahankan kesatuan negeri kita. Kita harus sadar, disintegrasi hanya akan semakin memperlemah negeri Muslim terbesar ini. Kelemahan itulah yang diinginkan oleh kafir penjajah.
Karena itu pula para elit politik, khususnya kepada para jenderal dan prajurit Muslim serta para polisi Muslim, hendaknya bangkit dengan kekuatan yang ada untuk tak ragu menjaga setiap jengkal negeri kita agar tidak lepas dari tangan kekuasaan kita. Janganlah negeri ini diserahkan kepada musuh-musuh kita, yakni konspirasi kafir internasional dan antek-anteknya yang telah nyata-nyata akan memisahkan sebagian negeri kita dari kesatuan wilayah negeri kita. Alih-alih memecah-belah, sejatinya negeri-negeri Muslim disatukan. Karena itu hendaklah kita selalu berupaya sekuat tenaga menjaga perbatasan negeri kita dengan niatan yang ikhlas karena Allah, niscaya kita akan jaya, sebagaimana Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung (TQS Ali Imran [3]: 200).
Hendaklah semua komponen kaum Muslim, baik sipil maupun militer, tidak memberikan kesempatan kepada penguasa seperti dulu mereka telah melepaskan Timor Timur dari negeri kita. Ingatlah, segala keputusan dan sikap perbuatan kita hari ini akan berdampak di masa depan, di dunia maupun di akhirat kelak. Telah tampak di mata kita, tangan-tangan asing dan keterpecahbelahan umat. Semua itu akibat kita tidak berpegang teguh pada tali Allah SWT yang kokoh, yaitu Islam.
Janganlah kita membiarkan diri kita semakin tercabik-cabik. Jagalah keutuhan kita. Pertahankan kesatuan yang masih ada. Berjuanglah terus untuk menyatukan seluruh negeri-negeri kaum Muslim! Allahu akbar!
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah atas kalian saat dulu kalian saling bermusuhan, lalu Allah menyatukan kalbu-kalbu kalian. Dengan nikmat itu kalian menjadi bersaudara. (Ingat pula) saat kalian ada di tepi jurang neraka. Lalu Allah menyelamatkan kalian. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya agar kalian mendapatkan petunjuk. (TQS Ali Imran [3]: 103).
Kaffah - Edisi 105