Kesombongan, berasal dari kata sombong (bahasa Inggris: arrogant; bahasa Arab: فخر, fakhar), juga angkuh, takabur, arogan, atau congkak merupakan suatu perasaan atau emosi dalam hati yang dimana seseorang merasa lebih dari orang yang lain.
Salah satu sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah SAW. dan banyak menjangkiti manusia adalah sifat sombong. Sombong adalah menganggap diri lebih tinggi dan lebih benar dari pada orang lain. Sehingga, pemiliknya sulit menerima kebenaran yang datang dari orang lain, dan selalu merendahkan orang lain. Tentang hal ini terdapat sebuah hadits :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim)
Makna sombong yang dimaksud, diterangkan pada kelanjutan hadis, saat seorang sahabat bertanya kepada Nabi,
إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً
“Bagaimana jika seorang suka bajunya bagus, sendalnya bagus…?”
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sungguh Allah itu Maha Indah, dan mencintai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain.” (HR. Muslim)
Saat telah tampak jelas kebenaran dalam pandangannya, ayatnya jelas, hadisnya jelas, namun dia tetap saja enggan mengalahkan egonya, untuk tunduk pada kebenaran, inilah sombong.
Saat seorang memandang dirinya berada di atas orang lain, lebih mulia dari orang lain, lebih sempurna dari yang lain, kemudian memandang selainnya rendah dan hina, itulah sombong.
Siapa yang dalam hatinya ada sedikit saja sifat ini, maka tidak masuk surga.
Pada dasarnya, sifat sombong dibagi menjadi dua, yaitu Sombong kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya serta sombong kepada manusia.
Sombong Terhadap Allah dan Rasulnya
Yang dimaksud sombong kepada Allah SWT. adalah keengganan atau mengabaikan perintah Allah SWT. dan atau melanggar larangan-Nya bahkan ketika dijelaskan perkara yang benar dan salah dengan dalil syari dari Al-Qur'an ataupun Hadits Shahih maka ia berpaling, mendebat bahkan menentangnya dengan beragam macam dalih agar penerapan Syariah Islam sesuai keinginannya dan sesuai perasaannya yang ia pandang baik.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Qs. Al-Ahzab : 36).
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? (Qs. At-TIn : 8)
Selain dari sombong karena menolak hukum Allah SWT. ada pula manusia sombong yang mengaku tuhan dan diabadikan dalam Al-Qur'an :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (Al-Qasas : 38)
فَحَشَرَ فَنَادَىٰ
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Al-Nazi'at : 23)
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (Al-Nazi'at : 24)
فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَىٰ
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (Al-Nazi'at : 25)
Sombong Kepada Manusia
Orang yang sombong pada sesama manusia telah banyak diceritakan di dalam Al Qur’an. Salah satunya adalah Karun, yang dengan hartanya, ia telah mengganggap dirinya lebih mulia. Dengan hartanya ia lalai dan merasa bahwa kedudukan dan harta yang dia peroleh semata-mata karena usaha dan ilmunya sendiri, bukan karena bantuan orang lain, apalagi Allah SWT. Maka, Allah SWT. menjadikan Karun sebagai bahan pembelajaran dan mengabadikannya dalam Al-Qur'an :
۞ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (Qs. Al-Qasas : 76)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qs. Al-Qasas : 77)
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Qs. Al-Qasas : 78)
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (Qs. Al-Qasas : 79)
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (Qs. Al-Qasas : 80)
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Qs. Luqman : 18)
Karena sifat sombong sangat tidak disukai oleh Allah SWT dan manusia, maka sudah seharusnya kita menghindari kesombongan.
Cara Menghilangkan Sifat Sombong
Menghilangkan sifat sombong tidaklah mudah apalagi jika sudah menjadi keseharian kita dalam beraktifitas, namun demikian perlu kita fahami bahwa segala sesuatu akan berubah itulah yang harus kita usahakan agar perubahan itu berjalan ke arah yang lebih baik.
Berikut ini tips agar kita selalu rendah hati dan menjauhi kesombongan :
Pertama, kita harus menjawab pertanyaan mendasar darimana asal kita, untuk apa kita di dunia lalu akan kemana setelah kita mati. Dengan mempelajari dan pemperkuat Aqidah kita maka kita akan mengetahui tujuan kita dan tidak akan kehilangan arah, ada buku yang membahas Aqidah Islam rekomendasi dari penulis yaitu "Materi Dasar Islam (MDI)" atau dapat dilihat di menu Materi Dasar di web ini untuk bisa melihat pembahasan seputar aqidah.
Berikut ini tips agar kita selalu rendah hati dan menjauhi kesombongan :
Pertama, kita harus menjawab pertanyaan mendasar darimana asal kita, untuk apa kita di dunia lalu akan kemana setelah kita mati. Dengan mempelajari dan pemperkuat Aqidah kita maka kita akan mengetahui tujuan kita dan tidak akan kehilangan arah, ada buku yang membahas Aqidah Islam rekomendasi dari penulis yaitu "Materi Dasar Islam (MDI)" atau dapat dilihat di menu Materi Dasar di web ini untuk bisa melihat pembahasan seputar aqidah.
Kedua, kita harus mengingat kembali asal penciptaan manusia. Tentang hal ini, Allah SWT berfirman :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Qs. Ay-Tariq : 5).
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, (Qs. Ay-Tariq : 6).
يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. (Qs. Ay-Tariq : 7).
إِنَّهُ عَلَىٰ رَجْعِهِ لَقَادِرٌ
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). (Qs. Ay-Tariq : 8).
Dengan mengingat bahwa kita hanyalah seorang mahluk yang di ciptakan maka seharusnya kita sadar diri bahwa tiada daya dan upaya kecuali semua atas seizin Allah SWT. dan semua yang kita miliki adalah titipan-Nya agar dipergunakan dengan bijak untuk meraih ridho-Nya.
Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)
Ketiga, senantiasa mengingat kematian karena kedatangannya pasti mau ataupun tidak, siap ataupun tidak menghadapinya. Tentang hal ini Allah SWT berfirman :
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Al-Jumu'ah : 8).
Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa dengan memperbanyak mengingat mati, kita menjadi sadar tentang segala hal yang kita sombongkan di dunia. Padahal, semuanya akan kita tinggalkan, dan kita kembali kepada Allah SWT. Hanya kain kafan penutup badan, yang akhirnya hancur dan dimakan cacing.
Keempat, rutin membaca Al-Quran, berpuasa, sholat malam, berdo'a dan bergaullah dengan orang-orang sholeh karena dengan bersamanya kita akan senantiasa mengingat Allah SWT. hingga benih-benih kesombongan dalam diri kita dapat kita rasakan sehingga sulit untuk berkembang.
Ibrâhim al-Khawwâsh rahimahullah berkata:
دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ
Penawar hati itu ada lima : membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen), qiyâmul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih”. (Al-Adzkar karya Al-Imam an-Nawawi, hal. 107; Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth)
Namun hal ini bukan berarti kita tidak boleh mengenal semua orang. Mengenal semua orang dibolehkan, namun kita jangan menjadikan kawan dekat kecuali orang-orang yang shalih atau shalihah. Kita harus memilih kawan-kawan yang baik untuk keselamatan kita. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu mengikuti din (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat. (HR. Abu Dâwud, no.4833;Tirmidzi, no.2378. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Silsilah ash-Shahîhah no. 927)
Demikianlah uraian singkat tentang Cara Menghilangkan Sifat Sombong Dalam Diri Seorang Muslim. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kapada kita untuk menjauhi maupun membuang sifat sombong yang berada di dalam hati.
Oleh : Much. Zaenuri Nur dan Darul Al-Fatih