Momen yang paling sering diingat kaum Muslim pada bulan Rajab adalah perjalanan Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Dalam kitab-kitab Sirah para ulama selalu mencantumkan peristiwa penting tersebut karena di dalamnya banyak hikmah dan pelajaran.
Isra’ dan Mi’raj mengajarkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Betapa dengan mudahnya Allah SWT memperjalankan hamba-Nya pada jarak yang begitu jauh, tetapi ditempuh dalam waktu amat singkat. Kemudian Allah SWT menunjukkan berbagai tanda-tanda kebesaran lainnya selama perjalanan Baginda Nabi saw. hingga pulang kembali ke Makkah.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al- Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepada dia sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (TQS Al-Isra’ [17]: 1).
Imam Para Nabi
Salah satu momen monumental bagi Rasulullah saw. dan kaum Muslim adalah ketika beliau diizinkan Allah SWT mengimami para nabi dan rasul dalam satu shalat berjamaah. Mengenai peristiwa ini Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh telah diperlihatkan kepadaku jemaah para nabi. Ada Musa sedang berdiri salat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan ia termasuk suku Sanu’ah. Ada Isa bin Maryam as. sedang berdiri salat. Manusia yang paling mirip dengan dia adalah ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Adapula Ibrahim as. sedang berdiri salat. Lantas aku mengimami mereka…” (HR Muslim).
Inilah salah satu kemukjizatan yang Allah SWT berikan kepada beliau. Allahlah satu-satunya yang mewafatkan seluruh manusia. Dia pula yang sanggup membangkitkan mereka. Karena itu semestinya tak ada keraguan sedikit pun dalam benak seorang Muslim melainkan meyakini peristiwa agung ini.
Keunggulan yang Allah SWT limpahkan kepada Rasulullah saw. dengan mengimami para nabi dan rasul adalah ketetapan yang agung. Demikianlah, Allah SWT telah mengutamakan sebagian nabi atas sebagian nabi yang lain (QS al-Baqarah [2]: 253).
Kepemimpinan Rasulullah saw. sebagai imam para nabi bukan sekadar dalam shalat pada saat Isra’ dan Mi’raj, tetapi berlangsung hingga Hari Akhir. Ketetapan ini disampaikan dalam firman Allah SWT:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
(Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh mengimani dan menolong dia." Allah berfirman, "Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku atas yang demikian?" Mereka menjawab, "Kami mengakui." Allah berfirman, "Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian." (TQS Ali Imran [3]: 81).
Imam as-Sa’di menjelaskan ayat di atas: “Dengan demikian setiap nabi, andai bertemu dengan Nabi Muhammad saw., niscaya diwajibkan mengimani, mengikuti sekaligus menolong beliau. Beliau adalah imam mereka, yang membimbing mereka dan panutan mereka. Dengan demikian ayat yang mulia ini bagian dari keagungan petunjuk atas keluhuran martabat beliau, dan menunjukkan bahwa Rasulullah saw. adalah nabi yang paling utama serta pemimpin bagi mereka.” (As-Sa’di, Taysir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan, 1/136).
Kabar ini pula yang disampaikan Rasulullah saw. kepada Umar bin al-Khaththab ra. pada saat beliau menegur Umar yang membawa lembaran-lembaran Taurat:
لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، و َلَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلا اتِّبَاعِي
Sungguh aku datang kepada kalian membawa (wahyu) yang putih bersih. Andai Musa masih hidup, tidaklah ia melakukan apa-apa selain mengikutiku (HR Ahmad).
Karena itulah kelak pada Hari Akhir semua manusia akan berkumpul di bawah kepemimpinan Rasulullah saw., di bawah naungan Liwa al-Hamd. Rasulullah saw. bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِيْ لِوَاءُ اْلحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آَدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَاءِيْ
Akulah pemimpin anak Adam pada Hari Kiamat dan bukannya sombong. Di tanganku Bendera al-Hamd dan bukannya sombong. Tidak ada seorang nabi pun, tidak pula Adam, juga yang lainnya ketika itu, kecuali semua di bawah benderaku (HR at-Tirmidzi).
Hadis ini menunjukkan keutamaan dan kekhususan Nabi Muhamad saw. atas semua manusia. Tentang hal ini Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahulLah berkata: “Muhammad saw. adalah imam para nabi dan juru bicara mereka serta pemberi syafaat mereka. Umatnya adalah umat terbaik dan para sahabatnya adalah para sahabat terbaik para nabi.” (Ibnu Qudamah, Lum’ah al-I’tiqad, 1/28).
Dengan demikian setelah Nabi Muhammad saw. diutus membawa Islam, semua agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya telah gugur masa berlakunya, terhapus ajarannya, dan semua umat manusia wajib memeluk Islam dan menjalankan syariah beliau. Rasulullah saw. bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Demi Zat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani, mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak mengimani agama yang aku bawa, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka (HR Muslim).
Kewajiban Memimpin Dunia
Sejumlah kemuliaan yang dilimpahkan kepada Rasulullah saw. membawa konsekuensi, yakni Islam dan umatnya wajib memimpin dunia. Pasalnya, semua nabi dan rasul telah menyerahkan umat mereka kepada Nabi Muhammad saw., juga menundukkan agama mereka pada agama Islam.
Sayang, realita hari ini menunjukkan bahwa umat Muslim justru dipimpin oleh sistem selain Islam. Bahkan tak sedikit umat yang membelakangi dan menyelisihi ajaran nabi mereka sendiri. Padahal Allah SWT telah menetapkan bahwa Islam akan terus memimpin umat manusia dan mengalahkan semua agama dan sistem lain yang batil (QS ash-Shaf [61]: 9).
Oleh karena itu ada beberapa hal yang wajib dilakukan: Pertama, kaum Muslim wajib meneguhkan keimanan mereka bahwa hanya Islam sebagai sebagai satu-satu agama yang agung dan mengalahkan semua agama serta ajaran yang lain. Tak ada yang lebih tinggi dibandingkan Islam.
اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى عليه
Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya (HR ad-Daruquthni).
Kedua, kaum Muslim wajib mengikatkan diri dengan syariah Islam dan tidak melepaskan ketaatan sejengkal pun dari agama Allah ini. Sungguh kemunduran umat hari ini diakibatkan mereka melepaskan diri dari simpul Islam.
Kemunduran umat hari ini di segala bidang yang berdampak pada munculnya berbagai kerusakan bukanlah karena ajaran Islam, tetapi justru karena umat telah melepaskan diri dari ajaran Islam.
Ketiga, umat Islam wajib berjuang menegakkan kembali kepemimpinan Islam atas dunia ini sebagaimana dulu Rasulullah saw. telah memimpin dunia. Kepemimpinan Rasulullah saw. ini dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelah mereka. Umat Muslim memimpin dunia dan mengayomi mereka karena kepemimpinan Islam atas dunia bukanlah kepemimpinan berdarah-darah, melainkan kepemimpinan di atas landasan tauhid dan keagungan syariah Allah SWT yang mendatangkan rahmat bagi umat manusia.
Banyak catatan sejarah yang menunjukkan dunia menaruh harapan dan bantuan pada kepemimpinan Islam (Khilafah Islam). Bangsa Irlandia Utara, misalnya, pernah mendapatkan bantuan saat tertimpa Great Hunger pada tahun 1845-1852 M yang menewaskan lebih dari sejuta warga Irlandia. Kala itu Sultan Ottoman Turki Abdul Majid I mengirimkan bantuan sebesar 10.000 sterling dan tiga kapal penuh bahan makanan demi membantu para petani Irlandia. Padahal Ratu Victoria hanya meminta Sultan untuk mengirimkan 1.000 sterling saja.
Khilafah Utsmaniyah juga pernah menyelamatkan 1500 bangsa Yahudi dari pembantaian umat Kristiani Spanyol dalam peristiwa Inkuisisi pada Juli 1492. Saat itu Sultan Bayezid II mengirimkan Angkatan Laut dari negeri Ottoman di bawah komando Laksamana Kemal Reis ke Spanyol untuk mengevakuasi mereka dengan selamat ke Tanah Ottoman (sekarang Turki).
Itu hanya secuil kisah kepemimpinan Khilafah Islam yang mengayomi dunia, Muslim maupun non-Muslim.
Bandingkan dengan saat ini. Umat Muslim dibantai di berbagai belahan dunia tanpa ada satu pun yang membela.
Karena itu renungkanlah peristiwa Isra’ dan Mi’raj kala semua nabi dan rasul menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Rasulullah saw. Semua bermakmum kepada beliau. Lalu mengapa hari ini kaum Muslim justru bermakmum kepada umat lain? Apa pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Baginda Nabi saw.?
Hikmah:
Rasulullah saw. bersabda:
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ
Ikatan Islam akan terlepas satu demi satu. Setiap kali satu ikatan terlepas, manusia akan bergantung pada ikatan berikutnya. Yang pertama kali akan terlepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat (HR Ahmad dan Ibnu Hibban).
Kaffah - Edisi 133