Type Here to Get Search Results !

DUA PILIHAN KETAATAN ATAU KEMAKSIATAN


Oleh: Titin Hanggasari.

Apakah sudah sampai berita tentang bumi, kelak diguncangkan dengan guncangan yang sangat dahsyat? Sehingga seluruh isi bumi yang terkandung di dalamnya dimuntahkan keluar, dan masih tetap menjadi pertanyaan saja, dan bertanya "Mengapa bumi menjadi begitu?" lalu masih memilih nikmatnya bermaksiat?

Silakan dijawab, Semoga dengan mendalami TQS. Az-Zalzalah ayat 1-8 berikut akan mengubah status 180 derajat dengan kecepatan maksimal menuju tarhib atas ketaatan, meninggalkan segala kemaksiatan.

Ayat 1, Allah berfirman:

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,( Az-Zalzalah : 1). Dijelaskan oleh Asy-Syaukani (apabila bumi digerakkan dengan gerakan yang amat keras), saking dahsyatnya sehingga akibat yang terjadi terdapat pada ayat kedua. Yang artinya dan bumi telah mengeluarkan beban beban berat yang dikandungnya. Termasuk orang-orang yang sudah mati.

Sang mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, "dan bumi mengeluarkan orang-orang yang sudah mati di dalam perut bumi dalam keadaan hidup. Mayat di dalam perut bumi adalah beban berat baginya, dan yang berada di atasnya adalah beban bebannya juga".

Firman Allah: Az-Zalzalah : 3

وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
dan, manusia bertanya, \"Apa yang terjadi pada bumi ini?\

Begitulah orang kafir masih bertanya-tanya. Imam al-Qurthubi berkata "alasan orang yang mengatakan itu hanya orang kafir karena yang membuat bumi berguncang pada hari kiamat, karena orang mukmin mengakuinya sehingga dia tidak bertanya tentang nya, sementara kafir yang mengingkarinya sehingga dia bertanya-tanya."

Menurut Ibnu Katsir "manusia itu memang merasa heran dengan keadaan bumi, setelah sebelumnya tenang dan kokoh, serta dia tinggal di atas permukaannya. Dengan kata lain, keadaan bumi menjadi berubah drastis ketika bumi bergerak dan berguncang. Telah datang perintah Allah SWT yang memerintahkannya untuk berguncang dengan hebatnya. Kemudian bumi mengeluarkan semua orang mati yang terkandung di dalam perutnya, mulai dari orang-orang yang terdahulu hingga yang kemudian. Saat itulah manusia merasa heran dengan keadaan bumi karena bumi telah berganti dengan bumi yang lain, begitu pula langitnya: lalu mereka digiring untuk menghadap kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."

Berita selanjutnya terdapat pada Firman Allah SWT yang ke-4 yang artinya "pada hari itu bumi menceritakan beritanya." Apakah berita itu itu? Menurut Ibnu Katsir bumi menceritakan tentang semua yang telah diperbuat oleh pelakunya yang menghuni di atasnya. Dari berbagai peristiwa, kebaikan maupun keburukan.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Apakah kamu mengetahui apa yang dikabarkan olehnya? Sabda beliau: sesungguhnya berita bumi adalah memberikan kesaksian atas setiap hamba laki-laki dan hamba perempuan, terhadap apa yang dikerjakan di atas bumi: Dengan mengatakan: ia telah melakukan perbuatan ini atau itu pada hari ini atau itu. Inilah pengertian Akhbaruha itu."(HR. Tirmidzi. menurutnya hadits ini Hasan Shahih gharib).

Pada ayat kelima surat Az-Zalzalah:

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya.

Sungguh pada ayat ini telah memberitakan bahwa aku bisa melakukan semua itu lantaran telah mendapatkan izin dan perintah Allah. Bumi saja dengan taat melaksanakan perintah-Nya dengan tidak membangkangnya. Ia tidak punya akal untuk menyangkal? Kemudian apakah manusia yang dikatagorikan makluk ciptaan-Nya yang paling sempurna dengan akalnya hanya diperuntukkan untuk menyangkal? Sungguh tidak beradab. Tiada masuk akal kenapa ia (manusia membuat UU untuk manusia) nyatanya ia sendiri yang menginkari. Di mana letak sila yang dibuatnya manusia itu makluk yang beradab?

Isi berita selanjutnya terdapat pada ayat keenam. Peristiwa yang terjadi pada hari kiamat dijelaskan Wahbah Az-Zuhaili, mereka keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, menurutnya mereka keluar menuju ke tempat Hisab. Sedang menurut Ibnu Katsir mereka kembali ke tempat tempat hisap atau perhitungan. Menyebutkan pula berbagai macam golongan ada yang celaka dan ada yang bahagia ada yang diperintahkan ke surga dan ada yang diperintahkan ke neraka.

Maka balasan perbuatan yang dilakukan terdapat dalam ke 7 yang artinya barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat Zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Sedemikian ringannya sehingga menurut al-Qurtubi itu sampai tidak memiliki berat. Begitu juga sebaliknya dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar Zarah pun niscaya dia akan melihat balasannya.(QS. Al Zalzalah: 7-8).

Pelajaran iman yang dapat diambil yaitu tidak sekedar mengimani tetapi menetapkan pilihan untuk berada dalam ketaatan bukan kemaksiatan. Karena mendengar dan membayangkan dahsyatnya hari kiamat pada hari yang diguncangkan, yang amat dahsyat itu semua yang diatasnya luluh lantak karenanya.

Pelajaran berikutnya manusia dikeluarkan dari kuburnya dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang telah dikerjakan di dunia.

Siapapun, seberapapun amal yang dilakukan semua mendapatkan balasan sesuai dengan amal yang dikerjakan.

Pada akhirnya manusia akan terpisah menjadi 2 golongan yang berbeda yaitu, satu golongan menuju surga dan golongan yang satunya menuju ke neraka. Keberadaan Golongan ini sangat ditentukan oleh perilaku selama mereka di dunia.

Berita cinta ini akan mendorong kuat, tarhib muyulnya melakukan perbuatan baik meskipun tampaknya kecil walau sekecil biji Zarah. Sehingga seorang muslim tersebut tampak sangat tamak terhadap pencapaian pahala terbaik. Iya akan segera merefleksikan diri. Rasulullah bersabda yang artinya: "jagalah kalian dari neraka sekalipun dengan bershodaqoh sebutir kurma barangsiapa yang tidak mendapatinya maka dengan perkataan yang baik" (HR Al Bukhari dari Adi bin Hatim).

Sabda Rasulullah berikutnya kepada Aisyah: "wahai Aisyah, tutuplah dirimu dari neraka walau dengan separuh kurma, karena separuh biji kurma dapat menghilangkan rasa lapar pada seseorang yang sedang lapar" (HR Ahmad dari Aisyah)

Dengan memahami dorongan tersebut makan akan bisa terjadi sebaliknya, meraih targhib diri untuk tidak melakukan perbuatan buruk meski terlihat kecil. Sehingga tidak sampai pada pencapaian targhib buruk yang seburuk-buruknya tempat di neraka. Dengan demikian seorang muslim tidak akan meremehkan kebaikan sehingga sangat antusias dan bersemangat mengerjakannya dan sedapat mungkin menjahui serta tidak menyepelekan kejahatan sehingga benar-benar menjauhinya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.