Oleh: Titin Hanggasari
Berhati-hatilah pengaruh terhadap jejak setelah kematian. Tentang kematian, adalah bukan sebuah akhir dari perjalanan hidup manusia. Ada kehidupan selanjutnya setelah itu. Kehidupan yang berbeda alam. Percaya atau tidak manusia dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia. Ini masalah keimanan.
Diberitakan dalam surat Yasin tentang orang-orang yang membandel dari peringatan Rasulullah SAW. Walaupun peringatan sudah sempurna disampaikan, namun mereka itu sama saja, diberi peringatan atau tidak. Tetap pada sifatnya. Membandel. Sedangkan Rasulullah dengan Ma'rufnya sebagai utusan Allah diutus hanya memberikan peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti dan takut kepada-Nya.
Sungguh kehidupan setelah mati itu ada, panggilan untuk kaum beriman ini tercatat dengan jelas pada firman Allah sebagai berikut:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz). (Qs. 36 Yasin: 12)
Tafsir pada Inna nahnu nuhyil mawut. Terdapat pengulangan dhomir nahnu di sana yang memberikan makna pembatasan atau pengukuhan. Yaitu hanya allah sajalah yang benar-benar bisa menghidupkan kembali seluruh manusia yang sudah mati (Nuhyial-mawta). Ini sebuah kepastian yang pasti terjadinya. Pengukuhannya terdapat di beberapa surat seperti all hajj: 26, Asyura: 9, attaghabun: 7 annahl: 38 Al Mukminun: 16 dan lain-lain.
Setelah semua dihidupkan, bangkit kembali pada hari kiamat, manusia dihidupkan kembali dari tulang belulang manusia yang sudah mati. Hal ini sangatlah mudah bagi Allah. Bukankah ini buktinya apa bahwa Allah Maha berkuasa? Subhanallah, Maha Benar Allah dengan segala firmannya.
Berikutnya, Wanaktubu maakodamu wa aatsarahum. Dan kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Semua perbuatan itu ditunjukkan pada kata ma qaddamu. Yaitu nasib mereka ditentukan oleh amal perbuatannya. Semua amal perbuatannya dicatat dengan sangat teliti (Q.S. al-Mujadilah:6) ini adalah peringatan.
Bukan hanya amal perbuatan saja yang dicatat, namun seluruh (atsarahum) yaitu pengaruh, dampak atau peninggalan mereka. Sebagian para mufassir mengartikan, bekas itu bermakna jejak dan langkah kaki baik yang yang taat maupun yang maksiat.
Menurut al-Syaukani dan al-Alusi yang dimaksud atsar adalah semua kepada kebaikan atau keburukan yang tetap ada setelah ditinggal mati pelakunya.
Lalu bagaimana terhadap orang yang yang menyesatkan orang lain? Dia juga harus menanggung dosa orang yang disesatkan itu. Tetapi sebaliknya bila mengajak orang pada suatu Kebaikan dia pun mendapatkan pahala semisal dari orang tersebut.
Wahbah Az Zuhaili juga menyebutkan Hadits Muslim Dari Abu Hurairah bahwa setelah Bani Adam meninggal, ada tiga amal yang tidak terputus yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya.
Pada akhir ayat, wa Kullu syai'in ahshaiynahu fii imami mubin. Artinya dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab yang jelas. Kitab yang termaktub adalah kitab Lauh Mahfudz.
Yang menjadi catatan penting dari ayat ini adalah adanya kepastian hisab dan balasan terhadap amal di dunia. Yang menyatakan kehidupan dunia bukan merupakan tujuan akhir hidup manusia. Karena akan berlanjut kepada kehidupan lain yang mana akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatan yang telah dikerjakan selama di dunia.
Di sini manusia benar-benar diadili pada mahkamah pengadilan yang benar-benar adil. Keadilan hukum yang sama sekali tidak sama dengan penegakan hukum di dunia yang bisa di rekayasa, Tidak ada manusia yang dirugikan, semua mendapatkan balasan keadilan dari perbuatan yang dilakukan. Seluruh perbuatan dicatat oleh malaikat Allah dengan teliti dan tidak ada yang terlewatkan sedikitpun. Termasuk semua pengaruh yang ditinggalkan, yang baik maupun yang buruk.
Realitas ini harus diyakini oleh semua manusia sehingga orang akan berhati-hati terhadap amal yang dikerjakan, jangan sampai mengerjakan amal yang memberikan pengaruh buruk. Karena pahala maupun dosa akan terus mengalir dari pengaruhnya itu. Apa contoh amal di antara pengaruh kebaikan yang bisa mengalir pahalanya? Yaitu mengajarkan ilmu yang bermanfaat, berdakwah, dan melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar.
Jadi tidak salah jika ada kritik terhadap penguasa yang melampaui batas kekuasaannya, melanggar syariat Allah. Sehingga tugas amar ma'ruf tersebut dilaksanakan dan ditegakkan. Agar kezaliman tidak terjadi yang akan berpengaruh buruk kepada seluruh rakyat di negaranya. Dan bagaimana dengan penguasa itu sendiri? Jika kebijakannya benar akan berpengaruh kepada rakyatnya dan disitu juga berpengaruh pada amalnya. Jika kebijakan tersebut berdampak buruk bagi rakyatnya maka ia juga menanggung dosa dari seluruh rakyat tersebut.
Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam beramal. Menerapkan Sistem Syariah akan berpengaruh kepada amal-amal Saleh dan meninggalkan jejak yang baik setelah kematian. Maka sudah bisa dibayangkan bagaimana jika yang dijalankan bukan sistem Islam dan bukan kepemimpinan khalifah dalam bingkai Khilafah. Tinggal memilih amal jariyah buruk apa yang sudah tersedia di gerbong kemaksiatan yang juga ada kemungkaran disana.
Takut menegakkan sistem pemerintahan Islam, Khilafah, berarti berani memilih keburukkan yang akan ditinggalkan setelah kematian. Maka siapkan pertanggungjawaban mulai dari sekarang, sebelum kematian datangpun sudah banyak balasan berupa huru hara dan segala penderitaan di dunia yang menemani setiap saat sebagai gambaran keimanan apalagi nanti hari pembalasan kelak di pengadilan Agung nan adil.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”