Oleh: Mutiara Aini
Setiap manusia pasti ingin bahagia dan sukses. Sementara pemilik kebahagiaan dan kesuksesan adalah Allah SWT. Maka, dapatkah seseorang merengkuh kebahagiaan sejati dengan menjauh dan berpaling dari Allah rabbu’l ‘alamin?
Al-Quran bukan hanya sebatas kitab yang diturunkan untuk dibaca secara lafadz, tapi juga untuk dipelajari isinya, direnungkan dan diamalkan menjadi pedoman hidup.
Hal yang menyebabkan kesengsaraan seseorang di dunia dan adzab di akhirat adalah berpalingnya dia dari Allah dan keengganannya dalam menyembah-Nya serta penolakannya untuk tunduk kepada-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Ta-Ha 20: Ayat 124)
Ayat di atas menjelaskan penderitaan kehidupan manusia yang jauh dari dzikrullah (mengingat Allah) dan menjauh dari ajaran-Nya.
Orang yang berpaling dari peringatan Allah adalah orang yang tidak mengindahkan Al Quran, cenderung mengabaikan aturan-aturan Allah dalam kitab suci-Nya dan menuruti hawa nafsunya dalam prilaku hidup sehari-hari. Prilaku seperti ini diancam dengan dua konsekuensi yaitu, maisyatan dhonka (kehidupan yang sempit) dan a'ma fi yaumil qiyamah (buta pada hari kiamat).
Makna Berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah), dalam ayat di atas, Allah mengancam orang-orang yang meninggalkan dari mengingat-Nya dengan kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Maka hal utama yang akan mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat adalah kepasrahan kepada Allah dan komitmen dalam memegang syariat-Nya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Palembang 20 Agustus 2021