Oleh: Mutiara Aini
Terkadang kita secara sadar atau tidak telah terpedaya oleh berbagai makar dan perangkap setan yang selalu berupaya menjerumuskan kita ke dalam kesesatan. Dimana kita dijadikannya seperti sebuah patung atau manusia yang terlelap dalam tidurnya.
Bagaimana tidak, terkadang kita menganggap suatu hal yang lumrah di saat kita menyaksikan atau mendengar orang yang memperolok-olok agama dengan gurauannya atau candanya atau bahkan menebarkannya ibarat menebarkan benih di sawah lantas kita terdiam melihatnya, terkesima bahkan ikut tertawa mengaminkan pelecehan agama tersebut. Seperti terjadi dalam lawakan, film, sinetron, obrolan.
Karena itu kita dilarang mengejek atau memperolok-olok Sunnah, karena itu berarti mengejek ajaran Islam dan Allah SWT. Memperolok-olokan sesuatu yang berasal dari agama adalah merupakan kekufuran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama alias murtad menurut kesepakatan para ulama.
Ucapan, sikap, dan perbuatan kaum musyrik itu bukanlah hal baru, karena demikian pula-lah yang telah diperbuat oleh orang kafir sebelum mereka. Mereka selalu mencari-cari alasan untuk menolak tuntunan Allah yang disampaikan oleh para rasul. Bukankah kewajiban para rasul itu hanya menyampaikan amanat dan tuntunan Allah dengan jelas kepada kaumnya'.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَاَ صَا بَهُمْ سَيِّاٰتُ مَا عَمِلُوْا وَحَا قَ بِهِمْ مَّا كَا نُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
"Maka mereka ditimpa azab (akibat) perbuatan mereka dan diliputi oleh azab yang dulu selalu mereka perolok-olokkan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 34)
Ayat ini merupakan ancaman keras kepada mereka dengan maksud agar mereka beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta segera meninggalkan kebatilan dan kembali kepada kebenaran sebelum datang malapetaka seperti yang pernah menimpa orang-orang sebelum mereka.
Menurut Syekh Abdurrahman As Sadi dalam Tafsir As-Sa'diy menyatakan bahwa orang yang mengolok-olok perkara agama, ayat-ayat Alquran dan Rasulullah bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Sebab menurutnya agama dibangun di atas pengagungan pada Allah SWT, agama, dan rasul-Nya.
Di akhirat, mereka pun akan merasakan sesuatu yang lebih mengerikan lagi yaitu pada saat mereka telah diputuskan untuk memasuki pintu-pintu Jahanam yang tidak dapat mereka hindari.
Oleh karena itu, banyaknya musibah harus menjadi momentum untuk memperbanyak istighfar dan tobat kepada Allah Yang Maha Pengampun. Semoga musibah yang menimpa warga bangsa ini dapat merekatkan persaudaraan, solidaritas sosial, dan persatuan bangsa.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Palembang 18 Agustus 2021