Oeh: Titin Hanggasari
Rasulullah SAW bersabda:
“Surat al-zalzalah itu setara dengan separuh Alquran, surat al-ikhlas sama dengan sepertiga Alquran dan surat al-kafirun setara dengan seperempat Alquran” (HR Tirmidzi, dan al-Hakim berkata, ini Hadits Shahih al-Isnad, yang tidak dikeluarkan oleh asy-Syaikhani)
Surat Al Kafirun, surat ini dapat membebaskan dari kemusyrikan. Dikisahkan dari Faurah bin Naufal Mlu’wiyah Al Asyja'i dari bapaknya, ia bertanya, "wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku tentang apa yang aku baca ketika aku hendak ke tempat tidurku." beliau bersabda: "bacalah qul ya ayyuhal Kafirun, karena sesungguhnya surat tersebut terlepas diri dari syirik."
Ada beberapa pernyataan lain juga contoh dari Ibnu Umar berkata: "aku mengikuti Rasulullah SAW empat belas kali atau lima belas kali, dalam dua rakaat sebelum fajar dan dua rakaat sesudah Maghrib membaca alkafirun dan surat al-ikhlas" (HR. Ahmad)
Tafsir ayat surat al-Kafirun:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katakanlah:"orang-orang kafir"
Kata “Qul” menunjukkan bahwa perintah ini langsung dari Allah subhanahu wa ta'ala semata. Yang mengisyaratkan dengan tegas untuk ber-aqidah. Islam. Artinya perintah yang wajib dikerjakan. Khittab ini adalah perintah untuk bertauhid.
Namun ada yang menggelincirkan diri yakni terdapat pada kata al kafir secara bahasa berasal dari al kufr yang bermakna menutupi sesuatu. Bertolak dari makna tersebut, maka orang yang menyembunyikan kenikmatan atas imannya terhadap Alquran maka dia kafir dinyatakan pada makna menutupi mutlak dari kata al-kufr tersebut. Al-kufr yang ditujukan bagi semua orang di sepanjang zaman.
Pada ayat ke-2:
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
Ayat ini dijabarkan secara rinci oleh az-Zamakhsyari. Kata La a’budu (aku tidak menyembah), ya itu menunjukkan bahwa ibadah yang dilakukan sampai pada masa yang akan datang. “la” tidak termasuk kecuali mudhari’ kata kerja yang menunjukkan yang akan datang. “ma” adalah masa yang sedang terjadi. Kemudian pada kesimpulan arti: "Saya tidak akan mengerjakan dimasa datang apa yang kalian minta kepadaku untuk menyembah tuhan-tuhanmu".
Kemudian dilanjut pada ayat yang ketiga:
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
Menurut Wahbah Az Zuhaili, "kalian tidak akan menyembah di masa yang akan datang Tuhan yang aku sembah sekarang ini. Dialah Allah SWT."
Ayat selanjutnya:
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Ayat ini menurut sebagian mufassir merupakan bentuk at-tawkid dan pengulangan agar lebih memahamkan.
Ayat selanjutnya:
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
Dijelaskan oleh Ibnu hayyan, ayat ini memberikan kepastian mereka tidak pernah beriman selamanya.
Lalu diakhiri dengan ayat:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu, dan untukku agamaku (QS.Al-Kāfirūn : 6) menurut Al qurtubi dalam ayat ini berisi at-tahdid (ancaman).
Dari surat al-kafirun ini kita bisa ambil pelajaran sebagai berikut:
Dalam surat ini dinyatakan dengan jelas kafir, Siapa itu orang kafir yaitu orang yang menyembah bukan kepada Allah SWT. Orang-orang kafir menyembah selain Allah, seperti berhala, patung, tandingan dan sekutu-sekutu dari kalangan manusia, malaikat bintang-bintang, dan semua ajaran batil agama agama dan golongan lainnya (bisa dilihat penjelasan az-Zuhaili, tafsir Al Munir vol. 30, 444)
Pada ayat terakhir surat ini dengan tegas dinyatakan agama orang kafir adalah bukan Islam. Dan Rasulullah diutus untuk seluruh manusia, maka sejak diutusnya beliau seluruh manusia wajib mengikuti agama-Nya. Jika menolak ia kafir. Lalu tentang kafirnya mereka merupakan perkara yang jelas dan pasti sehingga tidak ada perbedaan pendapat. Namun ada saja yang mengakui kekufuran mereka dan meragukannya maka dinyatakan iya telah kafir.
Imam An-Nawawi berkata: "dan Sesungguhnya orang yang tidak mengkafirkan pemeluk agama selain Islam seperti Nasrani, atau ragu dalam mengkafirkan mereka, atau membenarkan mazhab mereka, maka dia kafir meskipun pada saat itu dia menampakan keislaman dan meyakininya." (An-Nawawi, Rawdhat ath-Thalibin wa Umdat al-Muftin, vol.3, 127)
Pelajaran penting berikutnya: kita muslim harus bersikap tegas dalam hal aqidah dan ibadah. Tidak Ela Elu dan tidak ada kompromi sedikitpun dalam urusan aqidah dan ibadah ini. Karena ancaman baginya sangat keras bila menyekutukan Allah SWT.
Pelajaran terpenting bagi kita semua adalah seorang muslim wajib berlepas diri dari semua kekufuran. Bahkan wajib mengajak diri dan yang lain untuk berhijrah menolak realitas yang menganggap semua agama benar. Seperti munculnya ide pluralisme yang dikembangkan oleh pengikutnya. Bukankah hal ini bertentangan dengan ayat terakhir surat Al Kafirun?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”