Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَ مَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗ وَلَـلدَّا رُ الْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ لِّـلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (QS. Al-An'am 6: Ayat 32)
Tafsir Jalalain (Dan tiadalah kehidupan dunia ini) artinya kesibukannya (selain dari main-main dan senda-gurau) adapun mengenai amal taat dan hal-hal yang menjadi sarananya maka hal itu termasuk perkara-perkara akhirat. (Dan sungguh kampung akhirat itu) di dalam suatu qiraat yang dimaksud dengan kampung akhirat itu ialah surga (lebih baik bagi orang-orang yang takwa) yang takut berbuat kemusyrikan. (Maka tidakkah kamu memahaminya?) dengan memakai ya dan ta; hal itu kemudian mendorong kamu untuk beriman.
Tidak jarang manusia lupa jika hidup di dunia tidak selamanya. Hidup di dunia hanya sekedar mampir minum, dalam sebuah perjalanan hidup yang panjang. Sebab akan ada kehidupan akhirat yang jauh lebih lama bahkan kekal selamanya.
Seorang pedagang di pasar, menjual dagangannya dengan ramah. Namum di balik sikap ramahnya tersimpan sifat curang. Ia menyiasati timbangan. Hingga pelanggan melihat ia menimbang seperempat kilogram, tapi faktanya hanya 200 gram. Apa sebenarnya yang diharapkan? Tentu laba yang lebih banyak dari pada memilih jujur. Maka sungguh yang demikian ini ia memilih kehidupan dunia yang sementara.
Jika ia mau berdagang dengan jujur, rezekinya tidak akan berkurang, bahkan menjadi berkah. Karena sesungguhnya rezeki setiap manusia sudah ditentukan kadarnya oleh Allah. Di sisi lain ia akan mendapatkan kehidupan akhirat yang bahagia. Sebab pedagang yang jujur akan berdampingan dengan Rasulullah kelak di surga.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti).”
Banyak terjadi di kalangan ibu-ibu yang suka bergunjing. Ia menunjukkan kepintaran, menyampaikan kehebatan dirinya hingga orang yang mendengar terpesona. Ia tidak segan menjelekkan orang lain. Jika perlu ia melakukan fitnah terhadap orang lain. Hal ini bertujuan agar dirinya terlihat berkilau.
Buat apa coba ia melakukan semua itu? Bukankah hanya untuk pencitraan diri saja? Sedang kebusukan yang ditutupi hanya Allah yang tahu. Bukankah dengan demikian ia telah mencampakkan kehidupan akhirat yang abadi? Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَا بَزُوْا بِا لْاَ لْقَا بِ ۗ بِئْسَ الِا سْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِ يْمَا نِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11)
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Mojokerto, 21 Agustus 2021