Oleh: Najma Karimah
Dunia dengan segala perhiasannya memang amatlah menggiurkan. Perkara dunia akan dapat dengan mudah melenakan manusia. Seolah kehidupan di dunia akan berlangsung selamanya. Seolah kehidupan akhirat itu tidak benar-benar nyata.
Perkara-perkara dunia semakin dikejar memang akan semakin terasa kurang. Belum punya tempat tinggal, ingin punya tempat tinggal. Sudah punya satu rumah, terasa kurang jika tidak punya beberapa. Kalau perlu ada di tiap kota yang pernah mereka singgahi. Tidak pas pula jika tidak megah. Sudah memiliki satu mobil, terasa kurang kalau belum ada yang mewah. Kurang trendy pula bila tidak punya keluaran terbaru dari merk mobil ternama. Jadilah mobil sebagai barang koleksi mengabaikan fungsi utamanya sebagai alat transportasi.
Siapa saja yang mengejar dunia serupa orang yang minum air di lautan. Bukannya menghilangkan rasa haus. Tapi, semakin diminum, justru semakin terasa dahaga.
Ketika dunia terlalu disukai, lambat laun akan membuat manusia gelap mata. Tidak peduli bagaimana cara memperoleh, yang penting hawa nafsu dan hasrat dapat dipenuhi. Mengambil harta yang bukan haknya akhirnya dilakoni. Tanpa memandang situasi, di tengah suasana duka dan bencana, tidak sedikit yang tega mengambil harta yang bukan miliknya. Berlagak sebagai pahlawan, padahal memakan harta orang-orang yang menjadi korban.
Tidak cukup sampai di situ. Entah dengan motif untuk melindungi prilaku buruknya atau karena memang kezaliman yang memuncak karena gelapnya hati, orang-orang yang mencintai dunia terdepan dalam menghalangi manusia ke jalan Tuhannya. Mereka tidak senang jika dengan ketaatan banyak manusia, kesenangannya terusik. Mereka tidak rela jika dengan kekokohan iman banyak orang, kuasanya tergeser.
Oleh sebab itu, mereka merasa wajib untuk menghalangi manusia dari ketaatan totalitas pada Robbnya. Mereka merasa harus menghalangi manusia dari jalan yang lurus. Mereka menyeru manusia berbelok menuju jalan yang bengkok. Yang benar akan dikatakan salah dan yang salah akan disebut benar. Yang dusta akan dicintai dan yang jujur akan dicaci.
Allah katakan dalam Al-Quran al-Karim bahwa orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang tersesat dengan kesesatan yang jauh.
Simaklah Al-Quran Surat Ibrahim Ayat Ketiga berikut.
ۨالَّذِيْنَ يَسْتَحِبُّوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا عَلَى الْاٰخِرَةِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍۢ بَعِيْدٍ
"(yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh."
Sungguh, tersesat dalam hal mencari alamat rumah saja bukanlah hal yang menyenangkan. Tersesat dari jalan Allah sungguh adalah musibah terbesar dalam hidup.
Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi siapa saja yang telah jauh tersesat dari jalan yang lurus agar bersegera kembali. Cukuplah dunia ada di genggaman, tidak perlu disimpan di hati. Carilah dunia seperlunya sebagai wasilah untuk memperoleh pahala. Yang kelak akan menjadi bekal di kehidupan akhirat. Serulah manusia ke jalan yang lurus. Jangan menjadi penghalang manusia untuk menjadi hamba yang taat dengan ketaatan yang kaaffah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Pangkalpinang, 29 Agustus 2021