Oleh: Iha Bunda Khansa
Setiap datang bulan Ramadhan, kaum muslimin mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat. Baik persiapan ibadah ataupun menu untuk berbuka. Nah, pastinya sahabat mengenal bukan buah kurma? Rasanya manis banyak kandungan gizinya biasanya untuk pembuka puasa. Akan tetapi tidak menunggu bulan ramadhan saja, buah kurma banyak tersedia dengan berbagai macam jenisnya, dan bisa dinikmati kapan saja.
Tanaman kurma biasanya tumbuh di wilayah Timur Tengah dan di dataran rendah kering (arid), namun sekarang sudah banyak tumbuh di wilayah Indonesia.
Sahabat, betapa besar karunia Allah yang diberikan untuk manusia, nikmat yang berlimpah ruah, berbagai macam tanaman diperuntukkan bagi manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْۤ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّا لنَّخْلَ وَا لزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَا لزَّيْتُوْنَ وَا لرُّمَّا نَ مُتَشَا بِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَا بِهٍ ۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۤ اِذَاۤ اَثْمَرَ وَاٰ تُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَا دِهٖ ۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
"Dan Dia-lah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan," (QS. Al-An'am 6: Ayat 141)
Itulah Karunia Allah, berbagai macam tanaman yang merambat, ataupun tidak, pohon kurma, zaitun , delima semuanya disediakan untuk manusia. Dan Allah mengingatkan agar jangan melupakan untuk membayar zakat dari buah-buahan yang tumbuh karena ada hak orang lain didalamnya.
Dalam tafsir Kemenag dijelaskan:
Kurma selain buahnya bisa dimakan langsung, bijinya dapat dijadikan makanan unta, batangnya, daunnya, pelepahnya dan seratnya dapat diambil manfaatnya.
Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia samalah pohon kurma itu dengan pohon kelapa. Allah menumbuhkan pula buah pohon zaitun dan delima. Ada yang serupa bentuknya namun memiliki rasa yang berbeda. Allah membolehkan hamba-Nya menikmati hasilnya dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia daripada-Nya.
Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Dialah yang menciptakan, Dialah yang memberi, maka Dia pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan-Nya. Kalau ada di antara hamba-Nya yang mengharamkan-Nya maka dia telah menganggap dirinya sama dengan Allah dan orang-orang yang menaatinya termasuk tindakan mempersekutukan Allah dan inilah syirik yang tidak dapat diragukan lagi. Yang dimaksudkan dengan mengharamkan memakan di sini ialah menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa.
Adapun melarang makanan karena dilarang dokter dan membahayakan kesehatan atau karena sebab-sebab lain yang membahayakan bukan termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk menjauhkan diri dari bahaya.
Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman ketika selesai panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia itu. Ibnu Munzir, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah berkata menafsirkan firman Allah: (al-An'am/6: 141) dengan, "berikan hak fakir miskin dari apa yang gugur dari tangkainya." Artinya gugur.
Adapun asbabun Nuzulnya:
Apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij: "Bahwa ayat ini (Al-Anam ayat 141) turun berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas yang menuai buah kurma, dan kemudian berpesta-pesta hingga pada petang harinya tak sebijipun buah kurma tersisa di rumahnya". (Al-An'am : 141)
Diakhir ayat dijelaskan bahwa:
"....dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Menurut Imam Ibnu Katsir:
"Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam makan, karena hal ini mengakibatkan mudarat (bahaya) terhadap akal dan tubuh". Perihalnya sama dengan pengertian yang ada dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
۞ يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al A'raf:31)
Didalam kitab Sahih Bukhari disebutkan sebuah hadis secara ta'liq, yaitu:
Makan, minum, dan berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak pula sombong.
Sahabat, begitu nikmat Allah yang sangat berlimpah, diperuntukkan bagi manusia, seharusnya manusia yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan diberikan akal, bersyukur dan semakin tunduk dan patuh pada seluruh perintah-Nya.
Nyatanya, Ayat-ayat Allah masih banyak diabaikan, beriman sebagian, namun mengingkari sebagian aturan yang lain.
Perkara ibadah masih dijalankan, namun untuk aturan yang berkaitan masalah ekonomi, sanksi, muamalah juga pemerintahan enggan menjalankan. Hal ini disebabkan masih bercokolnya sistem kapitalis sekuler buatan manusia.
Tiada jalan lain kita harus kembali berpegang pada syariat Islam secara kaffah, dan hidup dalam sistem Islam.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Cianjur, 22 Agustus 2021