Oleh: Ulfa Novitamala
Selama hidup di dunia tentu kita ingin memperbanyak amal shaleh. Dan menginginkan amal kita di dunia tidak sia-sia. Namun, ada yang amalnya di dunia sia-sia, seperti Firman Allah:
ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَزْنًا ﴿١٠٥﴾
"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat".(QS. Al-kahfi [18]: 104-105)
Ayat ini, menjelaskan orang-orang yang rugi dalam perbuatannya. Mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya di dunia, tapi ternyata amal perbuatannya sia-sia. Karena amal-amal mereka batil, bukan pada jalan yang diperintahkan oleh syariat. Amal yang tidak diridai dan tidak diterima.
Mereka mengira bahwa dirinya berpegang pada sesuatu dan bahwa amal mereka diterima lagi disukai.
Mereka itulah orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat Allah ketika di dunia, dan ingkar juga kepada bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya serta kebenaran rasul-rasul-Nya, dan ingkar pula kepada adanya hari akhirat.
Di akhirat kelak, Allah tidak akan memberatkan neraca amal kebaikan mereka karena kosong dari kebaikan.
Ayat ini, tentu jadi sindiran keras bagi orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Merasa hidup selama-lamanya di dunia. Melupakan hari akhirat. Melakukan amalan-amalan yang bathil dan tidak ada tuntunannya.
Dari Ali bin Abi Thalib, ketika ia ditanya tentang firman Allah ta’ala yang artinya "Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Beliau menjawab: “mereka adalah orang-orang kafir dari kalangan Ahlul Kitab. Awalnya mereka di atas kebenaran, lalu mereka berbuat syirik terhadap Rabb mereka. Dan mereka membuat kebid’ahan-kebid’ahan, yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh dalam kebatilan. Dan mereka menganggap amalan mereka itu benar. Sehingga mereka pun bersungguh-sungguh dalam kesesatan dan menganggap diri mereka di atas petunjuk. Maka sesatlah mereka dalam kehidupan dunia dan mereka mengira diri mereka sedang melakukan kebaikan”" (Tafsir Ath Thabari).
Hadits di atas dengan tegas menjelaskan bahwa semua amal orang kafir tertolak. Meskipun mereka mengira telah melakukan kebaikan.
Ketika hendak beramal, sebagai seorang muslim maka harus diperhatikan, apakah amal kita ikhlas niatnya hanya karena Allah semata dan sesuai dengan yang di contohkan Rasul. Inilah kunci amal yang terbaik dari kacamata Allah.
Terkait ihsanul amal ada 2 syarat yang harus terpenuhi yakni niat ikhlas karena Allah semata dan caranya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah. Ketika dua syarat ini terpenuhi, barulah amal kita menjadi amal yang terbaik dan amal kita diterima. Ketika hanya salah satu syarat terpenuhi, maka sia-sialah amalnya.
Contoh, seseorang ikhlas membantu orang yang kesusahan, tapi caranya dengan korupsi/mencuri. Maka amalnya tertolak.
Seseorang terlihat alim, rajin shalat jamaah, puasa Sunnah, zakat dan bersedekah. Tapi niatnya riya ingin dipuji orang lain. Maka amalnya tertolak.
Seseorang ikhlas ingin menerapkan Islam secara Kaffah. Tapi jalan yang ditempuh melalui sistem kufur. Maka amalnya sia-sia. Sebab Islam hanya bisa diterapkan dalam sistem Islam. Dan banyak lagi contoh lainnya.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam beramal. Jangan sampai kita merasa amal kita benar padahal tidak ihsanul amal. Sehingga amal kita menjadi sia-sia dan tertolak.
Marilah evaluasi diri kita, apakah selama ini kita beramal dengan benar?
Apakah tujuan kita hanya duniawi saja hingga lupa akan akhirat?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Jakarta, 31 Agustus 2021