Oleh: Umi Rizkyi
Hidup di dunia ini hanya sementara. Ibarat kita dalam perjalanan, hanya mampir untuk minum saja. Jelas, ketika hanya sekedar mampir maka waktu itu begitu singkat. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan dengan tujuan awalnya.
Sama halnya hidup ini. Tujuan seorang muslim ialah kehidupan abadi kelak di akhirat. Di dunia hanya sebagai tempat persinggahan sementara. Tempat mencari bekal kehidupan di akhirat. Sebanyak mungkin. Seluas mungkin.
Adapun bekal untuk kehidupan di akhirat ialah keimanan terhadap Allah SWT dan berbuat kebajikan. Selalu takwa dan taat kepada seluruh aturan Allah SWT. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Orang-orang beriman telah jelas Allah memberikan panggilan itu kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh mengimaninya. Panggilan itu khusus untuk mereka yang senantiasa taat dan menjalankan perintah-Nya. Sekuat mungkin dengan segala daya dan upaya untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya.
Beriman tidak hanya cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja. Namun lebih dari itu, menuntut para penganut agama Islam tanpa terkecuali untuk taat dan tunduk hanya kepada aturan Allah SWT.
Oleh karena itu, maka beriman harus sepenuh hati. Diucapkan oleh lisan, diyakini dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatannya. Ketiganya ini merupakan serangkaian keamanan seseorang dalam Islam. Tidak bisa salah satunya saja. Hanya diucapkan oleh lisan saja, diyakini dalam hati saja atau diamalkan dengan amal perbuatan saja. Semua harus ada.
Tidak dikatakan seseorang beriman, jika hanya mengucapkan adanya Allah SWT dengan lisannya. Misalnya ada orang telah bersyahadat sehingga masuk Islam. Namun tidak mau solat, zakat, puasa, masih makan riba, masih mencuri dan lain-lain.
Ada lagi, ketika sudah mengucapkan lewat lisan dan mempercayai dalam hati namun tidak mengamalkan dalam amal perbuatan. Maka ia pun belum bisa dikatakan beriman. Misalnya banyak umat Islam saat ini yang mengakui dan menyakini adanya Allah namun enggan menggunakan aturan Allah. Ketika yakin adanya Allah dan Allah memerintahkan setiap muslimah untuk menutup aurat ketika keluar rumah, maka harus menutup aurat. Namun, faktanya saat ini banyak muslimah yang tidak menghiraukan aturan ini. Bahkan ada yang lalai. Maka, dari fakta ini. Maka meskipun seorang muslimah telah menyakini adanya Allah namun tidak mau menutup aurat, maka belum bisa dia dikatakan beriman.
Jadi ketiga hal ini harus jalan bersamaan. Tidak boleh salah satunya saja. Agar predikat dan panggilan orang-orang beriman bisa ia raih dan dicapainya.
Adapun tujuan hidup sejati kaum muslim kelak di akhirat hanya ada dua tempat. Yaitu surga dan neraka. Kehidupan yang hakiki dan paling banyak didambakan kaum muslim ialah kehidupan di surga.
Tak ada satupun orang yang mengharapkan kehidupan yang buruk, pedih, sengsara dan celaka di akhirat sehingga masuk neraka.
Pastinya surga ialah kehidupan yang indah dan menyenangkan yang banyak orang dambakan. namun demikian, sudah cukupkah bekal untuk mendapatkan surga-Nya?
layakkah kita menempati surga-Nya?
dan mampukah kita beramal hingga mendapatkan surga-Nya?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّلُؤْلُؤًاۗ وَلِبَاسُهُمْ فِيْهَا حَرِيْرٌ
"Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di sana mereka diberi perhiasan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakaian mereka dari sutera." (QS. Al-Hajj[22]:23).
Inilah jawaban, untuk siapakah surga itu. Hanya orang orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Sekecil apa pun amal perbuatannya. Walau hanya sekedar dalam urusan saling menasehati dalam kebaikan menurut Allah.
Semoga kita semuanya, pantas dan layak untuk mendapatkan predikat orang-orang yang beriman. Kita juga senantiasa mengerjakan kebajikan. Sehingga surga sebagai persinggahan abadi kelak di akhirat. Aamiin
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”