Umat Muslim pernah memiliki peradaban luhur dan memimpin dunia. Tidak ada satu pun negeri yang penduduknya menerima dakwah Islam, melainkan masyarakatnya akan berbondong-bondong memeluk Islam. Sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam kaum Muslim pernah memimpin dua pertiga dunia; dari Afrika hingga sebagian Eropa. Kaum Muslim, dengan Khilafahnya, pernah menciptakan keadilan dan kemakmuran. Khilafah melebur umat manusia tanpa perbedaan suku bangsa, jenis kelamin, ras dan bahasa. Umat non-Muslim pun mendapatkan keadilan dan perlindungan.
Gambaran sejarah di atas kontras dengan keadaan umat hari ini. Kaum Muslim terpuruk. Tidak mandiri dan didikte bangsa lain. Meskipun mengklaim merdeka, realitanya mereka tidak bisa menjalankan syariahnya sendiri secara kaffah karena di bawah kendali asing.
Dari Kegelapan Menuju Cahaya
Kehidupan umat manusia sebelum kedatangan Islam adalah kegelapan. Ada penyembahan berhala, praktik ekonomi ribawi dan kecurangan dalam perdagangan. Ada tradisi anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup oleh ayah mereka. Kaum perempuan pun dihinakan. Pada saat yang sama, Kerajaan Romawi dan Persia berkuasa dan menindas negeri-negeri yang mereka jajah.
Kedatangan Islam membawa perubahan besar. Islam memuliakan manusia dan mengeluarkan mereka dari era jahiliah menuju peradaban mulia yang gemilang. Allah SWT berfirman:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (iman). Sebaliknya, orang-orang kafir, para pelindung mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya (TQS al-Baqarah [2]: 257).
Di dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menguraikan ayat ini, “Allah SWT mengabarkan bahwa Dialah Yang menunjukkan kepada siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya jalan-jalan keselamatan. Ia mengeluarkan hamba-hamba-Nya yang beriman dari kegelapan kekufuran, keraguan dan kebimbangan menuju cahaya kebenaran yang terang, gamblang mudah dan bercahaya.”
Cahaya Islam menghapus budaya penyembahan manusia kepada makhluk, baik berupa berhala maupun sesama manusia seperti para raja. Islam menghapus kekuasaan yang zalim lalu menggantikannya dengan keadilan yang menciptakan rasa aman. Menghukum para pelaku kejahatan dengan seadil-adilnya. Memberikan perlindungan dan kedudukan terhormat untuk kaum perempuan. Islam bahkan menyuruh anak lelaki untuk memuliakan ibu kandungnya.
Islam berhasil mengubah bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya yang memeluk Islam menjadi umat manusia yang unggul. Dengan melaksanakan syariah Islam di bawah naungan Khilafah, umat Islam menebarkan rahmat dan memberikan banyak sumbangan untuk peradaban dunia. Banyak karya ilmuwan Muslim dari berbagai disiplin ilmu seperti matematika, kedokteran, kimia, farmasi, teknik, menjadi dasar ilmu pengetahuan modern.
Khilafah juga berkontribusi bagi kemanusiaan. Pada tahun 1847 kaum Muslim dan Khilafah Utsmaniyah pernah mengirimkan bantuan sebesar £ 10.000 atau sekitar USD 1,3 juta saat ini, serta tiga kapal berisi makanan dan obat-obatan untuk membantu rakyat Irlandia yang dilanda kelaparan. Rakyat Amerika Serikat pada tahun 1889 juga pernah mendapatkan USD 1.000 sebagai bantuan dari Khilafah dan umat Muslim untuk korban banjir di Pennsylvania barat daya. Lalu pada tahun 1894 kembali Khilafah mengirimkan bantuan sebesar 300 lira untuk korban kebakaran di negara bagian Wisconsin dan Minnesota.
Di Nusantara, saat Perang Aceh, Khilafah Utsmaniyah mengirimkan 17 kapal perang beserta prajurit dan persenjataan untuk membantu pejuang Aceh melawan kolonial Belanda. Khilafah juga mengirim bantuan untuk Batavia saat dihantam banjir di tahun 1916 sebesar 25 ribu kurush (koin emas).
Kunci Kebangkitan
Hari ini negeri-negeri Muslim justru tertindas. Kekayaan alamnya dijarah. Sumberdaya manusianya kalah dengan bangsa lain. Beberapa negeri Islam terjerat utang ribawi yang besar. Padahal kekayaan alamnya berlimpah. Hukum-hukum Allah SWT pun terbengkalai tanpa ada yang melaksanakannya secara kaffah. Meskipun secara fisik merdeka, kenyataannya umat dipaksa tunduk pada kehendak dan aturan asing.
Karena itu umat harus bersegera menyongsong kebangkitan agar dapat menjalankan kehidupan Islam. Untuk bangkit tidak ada jalan lain kecuali dengan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan generasi awal kaum Muslim. Bukan dengan mengikuti aturan yang disodorkan pihak asing. Imam Malik bin Anas rahimahulLah menyatakan:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا
Tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat ini kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini.
Maknanya, umat Muslim dulu bisa menjadi baik dan bangkit dengan Islam. Karena itu sekarang pun mereka hanya bisa baik dan bangkit dengan Islam.
Kunci kebangkitan yang dibawa Rasulullah saw. pada umat manusia adalah membebaskan mereka dari penghambaan sesama menuju penghambaan hanya pada Allah SWT. Itulah yang disampaikan Nabi saw. dalam surat yang ditujukan pada kaum Nasrani Najran:
فَإِنِّي أَدْعُوكُمْ إِلىَ عِبَادَةِ اللهِ مِن عِبَادَةِ الْعِبَاد، وَأَدْعُوكُم إِلىَ وِلاَيَةِ الله مِن وِلاَيَةِ الْعِبَادِ
Sungguh aku menyeru kalian agar menghambakan diri hanya kepada Allah dengan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian untuk berada dalam kekuasaan Allah dan tidak berada dalam kekuasaan sesama hamba (manusia) (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, 5/553).
Islam berhasil menciptakan manusia merdeka dan bangkit, yakni mereka yang tunduk dan menghambakan diri hanya pada Allah SWT, Pencipta segenap makhluk dan alam semesta, Tuhan yang layak disembah.
Meskipun kaum kuffar mengerahkan segenap kemampuan untuk menimpakan bahaya kepada Rasulullah saw. dan kaum Muslim, mereka tidak sanggup melakukan itu. Sebabnya, Rasulullah saw. hanya mencari perlindungan kepada Allah SWT sampai akhirnya turun pertolongan yang mengantarkan beliau pada tampuk kekuasaan.
Kekuasaan inilah yang mengantarkan kaum Muslim pada kemerdekaan dan kebangkitan lebih luas lagi. Dengan kekuasaan tersebut umat leluasa menjalankan hukum-hukum Allah SWT dan terbebas dari tekanan dan paksaan manusia. Mereka mengabdikan hidup dan mati sepenuhnya hanya untuk Allah SWT (Lihat: QS al-An’am [6]: 162).
Tolok Ukur Kebangkitan
Tolok ukur kebangkitan yang sahih bukanlah keberlimpahan materi seperti kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan atau pesatnya pembangunan infrastruktur. Kebangkitan sahih bagi umat adalah kemerdekaan untuk menjalankan syariah Allah SWT secara total di semua bidang kehidupan. Hanya dengan cara inilah umat akan mendapatkan kemajuan di segala bidang sebagaimana yang diraih pada masa lampau.
Tidak ada artinya kemajuan materi, sementara manusia masih menghambakan diri mereka kepada sesama manusia dan memperturutkan hawa nafsu. Ini bukanlah kebangkitan, tetapi justru ‘hukuman’ dari Allah SWT karena hal itu membuat derita pada diri sendiri. Imam Ibnu Qayyim mengingatkan, “Mereka lari dari penghambaan (kepada Allah SWT), sementara mereka diciptakan untuk itu, lalu mereka dihukum dengan penghambaan kepada hawa nafsu dan setan.”
Bukankah terbukti bahwa ideologi selain Islam seperti sosialisme-komunisme, kapitalisme dan demokrasi malah menciptakan penghambaan kepada sesama manusia dan menciptakan kerusakan? Dalam demokrasi manusia dipaksa untuk mengikuti aturan yang dibuat oleh manusia dengan mengatasnamakan kedaulatan rakyat. Ironinya, produk undang-undang yang dibuat malah sering menyusahkan rakyat yang telah memilih mereka sebagai penguasa dan wakil mereka.
Lebih ironi lagi, umat malah menolak syariah Islam untuk dijadikan landasan dan aturan kehidupan. Lalu mereka malah ikut-ikutan memberikan stigma pada syariah Islam dengan sebutan radikalisme. Mereka menciptakan islamofobia agar umat takut pada agamanya sendiri. Seolah-olah Islam adalah pangkal persoalan dan kerusakan hari ini. Lalu ketika umat telah tersesat dan sengsara, mereka malah menepuk dada dan merasa telah menjadi penyelamat dan berbuat kebaikan. Padahal Allah SWT telah mengingatkan:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami memberitahu kalian tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (Mereka itulah) orang-orang yang sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.” (TQS al-Kahfi [18]: 103-104).
Karena itu hendaklah kita semua bersegera kembali pada syariah Islam. Tentu dengan mengamalkan dan menerapkan syariah Islam sebagai satu-satunya asas dan aturan kehidupan. Hanya dengan syariah Islamlah kita akan diantarkan pada kebangkitan dan kemerdekaan hakiki. Bebas dari jerat penghambaan sesama manusia menuju penghambaan sejati, yakni menghamba hanya pada Allah SWT.
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah (Muhammad), “Duhai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau memberikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (TQS Ali Imran [3]: 26). []
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Kaffah - Edisi 207