Oleh: Umi Rizkyi
Allah menciptakan manusia lengkap dengan seperangkat aturannya. Tidak ada satupun persoalan yang terjadi, akan terjadi dan telah terjadi yang menimpa pada seorang hamba-Nya tanpa ada aturan dan solusinya. Semua ada dan langsung diatur oleh Allah. Baik langsung oleh Allah SWT melalui firman-Nya ataupun dari sabda Rosullah Saw.
Dari manusia sebelum dilahirkan hingga kelak ia dimatikan/dimakamkan. Sebelum seseorang dilahirkan di muka bumi pun ada hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang ibu/bapaknya. Telah dianjurkan bahwasanya orang tua selalu memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, belajar Islam kaffah, beramal solih, membaca, memahami dan mengamalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an serta mendakwahkan kepada umat dan sebagainya.
Setelah seseorang manusia lahirpun walau masih bayi, secara logika belum bisa apa-apa dan tak berdaya, ia pun wajib untuk selalu diperdengarkan, dicontohkan dan diajari hal-hal solih lainnya. Walaupun seseorang belum dikenai sebuah hukuman terhadap suatu amal perbuatan sehingga masa usianya memasuki usia baligh.
Namun demikian semenjak dini mungkin diajari dan diberikan contoh tauladan terbaik oleh orang tuanya. Baik dalam masalah ibadah, pergaulan, menutup aurat, berpuasa, beramal Solih lainnya dan sebagainya. Sehingga jika telah tiba waktu balighnya iapun telah siap dan sempurna untuk melakukan amal perbuatannya sesuai perintah Allah dan senantiasa meninggalkan segala larangan Allah SWT.
Setiap manusia memiliki sebuah pilihan. Apakah ia mau taat atau maksiat? mau bertakwa atau mau durhaka? mau beramal solih atau mau beramal sesuai hawa nafsunya sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang ia inginkan. Namun demikian, selayaknya setiap manusia berjalan dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.
Salah satu motivasi dan lecutan bagi setiap manusia untuk senantiasa beramal solih ialah ajal. Tak ada satupun orang yang mengetahui kapan, di mana dan dalam keadaan apa ia datang menghampirinya. Mau usia masih dikandung badan, anak-anak, dewasa atau sempat menikmati usia tuanya. Apakah dalam keadaan takwa atau durhaka? Mau dalam keadaan sedang melaksanakan perintah Allah atau justru dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya.
Ajal datang ketika sudah sukses? Masih berjuang? Kaya-raya atau miskin? Sampai menginjak usia tuanya? Dalam keadaan beribadah atau justru melakukan kekhilafan ketika ajal menghampirinya.
Tak sedikit manusia menghadapi ajal dalam ketaatan. Misalnya meninggal ketika bersujud dalam solatnya, sedang berdakwah menyampaikan Islam di depan umat, sedang dalam perjalanan ibadah haji, sedang berpuasa dan lain sebagainya.
Namun demikian banyak pula manusia menghadapi ajalnya ketika sedang bermaksiat. Misalnya mabuk, mencuri dikroyok masa hingga menemui ajalnya, berzina, durhaka kepada orang tua, berjudi dan lain-lain.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf[7]:34).
Seperti yang tersurat dalam ayat tersebut, bahwa ajal datang tiba-tiba. Tak ada satupun yang mengetahuinya. Apakah siang atau malam hari, di waktu taat atau maksiat, di usia muda atau tua. Semua tak ada yang mengetahuinya.
Ketika pun ajal datang tak ada satupun kekuatan manusia atau hal lain yang bisa untuk menolaknya. Ketika waktunya tiba tidak bisa ditunda, walau hanya sehari, sejam, semenit sekalipun sedetik. Dan sebaliknya tak ada satupun kekuatan seseorang atau lainnya yang dapat memajukannya.
Tidak sedikit orang yang sudah tak sanggup lagi menghadapi permasalahan hidupnya. Baik karena masalah ekonomi, keluarga, orang tua, pekerjaan dan sebagainya ingin mengakhiri hidupnya namun Allah berkehendak yang lainnya. Selalu menyelamatkannya. Inilah salah satu bukti bahwa ajal tak bisa dimajukan. Apapun usaha dan upayanya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”