Oleh: Rohmawati
Dari Anas bin Malik dan Abu Hurairah radiyallahu ‘anhuma- dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya Azza wa Jalla dia berfirman:
“Jika seseorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil.” ( HR. Bukhari )
Hadis ini merupakan salah satu dari ribuan janji Allah kepada manusia yang mau kembali kepadanya. kabar gembira yang Allah kirimkan kepada manusia yang beriman yang dimana seharusnya menjadi penenang bagi setiap insan untuk tidak takut akan kesendirian. Terlebih saat memilih jalan ketaatan. Sebab Allah tidak akan meninggalkan hamba-hambanya yang beriman sebagaiman yang dijelaskan dalam hadist di atas. Dan Allah juga melarang manusia berputus asa akan rahmat tuhannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (Qs. Az-Zumar : 53-54)
Sungguh indah kallamnya dan betapa besar kasih Allah kepada semua hambanya, yang selalu membuka pintu maafnya untuk mereka yang telah menyakitinya. Dia Allah Maha Pengampun Maha penyayang sebesar apapun kesalahan yang telah dilakukan hamba-hambanya. Dan dialah satu-satunya Dzat yang tidak pernah menilai hambanya dari berapa besar kesalahan masa lalunya. Sebab Dia Allah hanya menilai seorang hamba dari keimanannya. Inilah salah satu dari ribuan yang menjadi pembeda antara mausia dengan Sang Pencipta. Yang seringkali diingkari oleh sebagian manusia. Dimana sebagian mereka melupakan segala nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Dan sering kali penilaian manusia menjadi lebih berarti dibandingkan dengan penilaian Allah sang pencipta bumi. Padahal penilaian manusia akan selalu menyakiti sanubari.
Manusia memang tidak pernah luput dari salah dan dosa, sebagaimana fitrahnya seorang insan yang Allah berikan kelemahan dan keterbatasan dalam dirinya. Kesempuran yang selalu diinginkan tak akan pernah bisa kita dapatkan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Kesaalahan yang kita dilakukan dimasa lalu memang selalu menjadi benalu dikehidupan kita yang baru. Yang terkadang membuat kita sulit memahami kehendak sang ilahi. Dan sering kali tidak mempercayai bahwa Allah Maha Mengampuni.
Adapun kekecewaan yang selalu kita dapati dari seorang manusia adalah akibat kita terlalu berharap kepada manusia untuk selalu menyukai dengan apa yang kita lakukan yang sejatinya tidak akan mungkin terjadi dalam kehidupan. Sebab disetiap kehidupan akan selalu ada hal yang disukai dan tidak disukai. Mengharapkan penilaian manusia untuk menyukai segala apa yang kita lakukan bagikan bulan merindukan penggungnya yang tidak akan pernah kita dapatkan. Sebagaimana dalam yang dituturkan oleh seorang sahabat Nabi yang harus diingat oleh para generasi.
“Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak akan percaya itu” (Ali Bin Abi Thalib)
Maka dari itu penilaian manusia jangan dijadikan sebagai sesuatu yang utama dalam kehidupan. Karena penciptaan seorang insan didunia hanyalah untuk beribadah kepadanya dan ridho Allah yang semestinya menjadi satu-satunya yang semstinya diprioritaskan dalam kehidupan seorang yang beriman.
Berhijrah memang bukanlah jalan yang mudah, dan tidak pula selalu berjalan dengan indah. Ujian dan cobaan akan terus datang tanpa jeda. baik dari luar maupun dari dalam, dimana dalam hijrah memang selalu butuh perjuangan. Ditinggalkan dan meninggalkan harus kita terima dengan lapang dada. Tapi percayalah bahwa ujianmu dalam hijrah adalah salah satu pengujian keimanan yang akan Allah balas dengan kenikmatan surga yang telah Allah tetapkan untukmu yang bersabar dalam ketaatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 7)
So, masihkan kamu takut untuk berjalan dijalannya dan engan untuk menaati perintahnya?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”