Oleh: Muslihah Saiful
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗ قَا لَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَـنَا مِثْلَ مَاۤ اُوْتِيَ قَا رُوْنُ ۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, "Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 79)
Demikianlah Qarun. Ia adalah salah satu kaum Nabi Musa, yang kepadanya Allah karuniakan kekayaan melimpah. Hingga seorang lelaki dewasa tidak mampu memikul anak kunci gudangnya. Jika anak kunci itu disatukan, saking banyaknya. Tak heran jika orang kebanyakan akan melongo melihat kemegahan yang dipamerkannya.
Namun sayangnya, kekayaan melimpah itu menjadikan ia terlena. Ia menjadi congkak tidak mau beriman kepada Nabi Musa as. Ia menganggap dengan kekayaan bisa menyelesaikan semua kesulitannya. Hingga Allah menenggelamkan semua harta yang dimiliki dengan sebuah likuifaksi. Qarun dan semua harta habis tidak tersisa.
Seharusnya kisah Qarun dijadikan pelajaran oleh orang di masa sesudahnya. Termasuk orang-orang di zaman ini. Sayangnya tidak demikian. Banyak orang yang tergiur dengan kemewahan harta dunia. Hingga ia bersedia dengan senang hati meninggalkan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Memberikan pinjaman dengan bunga adalah cara mudah meraih harta berlipat ganda.
Seorang rentenir akan bermanis muka saat ada orang yang membutuhkan uang tunai. Ia seakan menjadi dewa penolong bagi orang yang kesulitan. Ia dengan lembut akan menawarkan bantuan, memberikan pinjaman dengan bunga tertentu. Orang yang dalam posisi sulit dan terjepit, bisa menjadi gelap mata, kemudian menerima pinjaman berbunga itu. Ia tak menyadari jika masuk ke perangkap biawak.
Sayangnya muka manis sang rentenir hanya saat melemparkan umpamanya. Ketika jatuh tempo membayar sedangkan orang yang hutang belum punya uang, muncullah wajah aslinya. Ia menjadi naik pitam, bahkan tidak segan mengusir orang dari rumahnya dengan alasan untuk bayar hutang. Karena memang itulah yang ia mau sejak awal.
Meski awalnya ia hanya memberi pinjaman sebesar sepuluh juta. Ia berani mengambil rumah orang yang punya hutang, yang berharga seratus juta dengan alasan waktu hutang yang cukup lama. Sebab setiap bulan hutangnya terus berbunga jika sudah melewati jatuh tempo. Praktek semacam ini banyak ditemukan baik di desa maupun di kota.
Ada juga orang yang keblinger meraih harta dengan menjual diri, demi kekayaan. Kehormatan yang harus dijaga diumbar kepada para pemuja demi mengais rupiah. Bahkan ada yang lebih parah, menjual orang lain demi keuntungan pribadi. Tidak peduli orang lain tersakiti, yang penting ia dapat upeti. Bermodal wajah cantik dan bodi seksi karunia Ilahi, yang seharusnya ia syukuri dengan taat kepada Allah Sang Maha Pemberi. Apapun ia lakukan demi mengais harta dunia yang menyilaukan.
Ada orang yang keblinger dengan kekayaan hingga ia mencuri atau korupsi. Jabatan yang ia miliki mestinya untuk meraih ridlo Ilahi dengan mengurus rakyat sepenuh hati. Akan tetapi nominal uang yang cukup menggiurkan tidak mampu ia tolak sebab nafsu duniawi menguasai.
Orang tidak beriman menganggap harta dunia adalah segalanya. Sebab dengan kekayaan ia akan bisa membeli apapun yang ia inginkan. Ia lupa bahwa ada yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun. Misal kesehatan, ia bisa saja berobat ke mana saja bahkan ke luar negeri. Akan tetapi sehat itu pemberian Ilahi. Selama Allah tidak berkenan mengkaruniai, maka ia tidak akan mendapati kesembuhan yang diingini.
Sungguh orang-orang seperti itu tertipu. Kelak mereka akan menyesal saat menyadari kehidupan dunia cuma sementara. Ada kehidupan akhirat yang kekal abadi, yang mestinya diperjuangkan dengan semua kemampuan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَ مَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗ وَلَـلدَّا رُ الْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ لِّـلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (QS. Al-An'am 6: Ayat 32)
Harta dunia pada hakekatnya adalah titipan Allah agar manusia memanfaatkan untuk beribadah mendekatkan diri kepada-Nya. Untuk zakat, sedekah, haji dan sekedar kebutuhan hidup. Bukan bermegahan hingga melupakan tujuan hidup sesungguhnya. Yaitu ibadah demi meraih ridlo Allah Sang Pencipta alam semesta.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Mojokerto, 3 September 2021