Oleh: Rohmawati
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِلَّا تَـنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَا نِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَا رِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَا حِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا ۚ فَاَ نْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَـتَهٗ عَلَيْهِ وَاَ يَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰى ۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, "Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah 9: Ayat 40)
Tenan! itulah sebuah kata yang aku rasakan manakala aku membaca firman Allah. Sebagaimana dalam ayat diatas, tanpa disadari air mata mengalir deras. Betapa indah ayat ini yang mampu menenangkan diri yang rapuh. Aku teringat dengan kisah pertamaku dalam hijrah. Bagaimana aku sulit untuk melangkah kakiku meninggalkan kebiasaanku, prasaan takut ini, takut itu seakan bercampur jadi satu dalam benak fikiranku. Ketika cahaya Islam belum membersamai. Berat rasanya aku mengatakan. "Kita berhenti sampai disini." kata yang aku lontar kepada seseorang yang senantiasa mewarnai hari-hariku yang sunyi. Kehidupan yang serba bebas tanpa aturan membuat aku terjebak dalam lembah hitam.
Dalam hijrah pastilah ada yang harus dikorbankan, ada hal yang semstinya diikhlaskan. Sebab itu adalah sunatullah kehidupan. Aku kehilangan banyak hal saat aku memilih jalan hijrah, dan dalam hijrah inipun aku mengalami banyak cobaan. Kerena memang sunatullahnya berhijrah tak selalu disambut dengan karpet merah. Masalah yang tak di ingini seakan datang silih berganti sebagai penguji keimanan dalam diri. Namun semua itu akan Allah ganti dengan indahnya surgawi. Sebab segala sesuatu yang dilakukan selama dibumi akan dihisab diakhirat nanti.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ سَيِّـئَـةً فَلَا يُجْزٰۤى اِلَّا مِثْلَهَا ۚ وَمَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُ ولٰٓئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَـنَّةَ يُرْزَقُوْنَ فِيْهَا بِغَيْرِ حِسَا بٍ
"Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga." (QS. Ghafir 40: Ayat 40)
Bahagia itu pilihan, namun ketenangan adalah prioritas utama yang diberikan Allah kepada hambanya. Dan segala ketenangan dalam hidup tidak mudah kita dapatkan. Sebab Allah tidak akan memberikan ketenangan itu kepada sebarangan orang. Allah hanya memberikannya kepada siapa yang Dia yang kehendaki. So, maka dari itu pertahankan apa-apa yang telah Allah anugrahkan terutama nikmat iman yang masih Allah berikan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Cilegon, 19 September 2021