Oleh: Emmy Emmalya
Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) 2021 mengusulkan supaya Rancangan Undang-Undang (RUU) Larangan Minuman Beralkohol (Minol) lebih menggunakan basis kesehatan dan kriminalitas. Usulan ini berdasarkan hasil pembahasan yang disepakati dalam Komisi Bahtsul Masail Qanuniyyah ( Republika,co.id 26/9/21)
Kemudian, Kiai Sarmidi mengatakan, NU sebagai ormas Islam yang moderat telah memilih jalan yang moderat yaitu sepakat minuman beralkohol perlu diatur di dalam perundang-undangan. Dalam Islam, minol memang dilarang dan NU memandangnya sebagai barang najis.
"Tapi Munas NU menyatakan itu najis dan haram dikonsumsi sehingga kami setuju diatur. Tetapi, meski ada argumen keagamaan Islam, kami mengusulkan diksi atau redaksi dalam larangan minol ini tidak perlu menggunakan bahasa keagamaan tertentu, karena UU ini memayungi berbagai macam agama," ucapnya.
Indonesia merupakan negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, maka mengapa harus menampikkan aturan Islam dalam mengatur urusan minol, bukankah NU sebagai ormas terbesar di Indonesia?
Mengapa harus memakai jalan moderat, bukankah Islam itu agama yang rahmatan lil'aalamiin? Artinya ketika ajarannya di terapkan maka akan membawa kebaikan tidak hanya bagi umat Islam juga untuk umat yang lain.
Ketika Islam megharamkan khamr alias minol maka umat diluar Islam pun akan merasakan manfaatnya. Musibah besar jika organisasi Islam terbesar di Indonesia malah mengambil Islam moderat daripada Islam kaffah.
Semoga umat Islam terlindung dari makar-makar jahat dan propaganda dari orang-orang kafir dan munafik yang tidak menyukai Islam diterapkan di atas muka bumi ini.
Cukuplah Allah sebagai pelindung bagi kaum muslim dari kejahatan mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 64 berikut:
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّٰهُ وَ مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
"Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu."
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
