Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Luqman 31: Ayat 14)
Allah Rabbul alam. Peenguasa seluruh jagad raya, bumi dan seisinya termasuk manusia. Karena itu Allah yang paling tahu kecenderungan, kesulitan dan aktualisasi manusia. Kata Rabb selain berarti Tuhan, ia jugab berarti Pendidik. Sebagaimana kata tarbiyah yang berarti pendidikan adalah satu akaar kata dengan RABB.
Allah pun mendidik manusia agar berbuat baik terhadap orang tua. Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar mereka manusia berbuat baik kepada keluarga orang tuanya. Ini adalah pendidikan maka langsung dari Allah. Mengingat betapa beratnya beban seorang ibu saat mengandung. Ia harus muntah-muntah pada tiga bulan pertama. Bahkan ada seorang ibu yang selama hamil sampai bulan ke sembilan tidak mau makan nasi. Bahkan mencium aroma nasi saja sudah mual.
Maka praktis hampir sepanjang masa hamil sampai ia melahirkan tidak mengkonsumsi nasi. Ada juga orang yang hamil tidak mau disentuh suaminya. Membau keringat sang suami menjadikan ia mual muntah. Padahal ia ingin bermanja kepada sang suami. Jadi bukan hanya calon ayah yang sedih karena tidak bisa dekat dengan sang istri, tapi calon ibu juga sedih selain merasa sakit, mual muntah.
Semakin hari semakin besar perut sang calon ibu, maka semakin berat beban yang ia rasakan. Dalam keadaan demikian sang ibu selalu mendahulukan keselamatan sang anak yang masih ada dalam perutnya. Andaikata ia tahu akan jatuh, maka bisa dipastikan ia akan berusaha melindungi perutnya agar selalu aman. Janinnya selamat.
Aku pernah mengenal seorang wanita yang hamil dan mengalami perdarahan. Beliau harus bed rest selama kehamilannya. Sebab sedikit saja ia bergerak turun dari ranjangnya darah akan keluar dengan deras. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan sang ibu.
Rasulullah mengatakan bahwa dua rakaat salatnya ibu hamil itu jauh lebih baik dibandingkan dengan 80 rakaat salat yang dilakukan oleh perempuan yang tidak hamil. Masya Allah.
Keistimewaan tersebut diberikan karena perempuan yang mengandung tersebut membawa janin dalam perutnya. Dengan begitu, tentu saja sang Janin ikut serta saat Mama menunaikan ibadah salat, mendengarkan bacaan-bacaan salat, serta ikut sujud bersama ketika beribadah kepada Allah. Subhanallah.
Belum lagi sakit yang dirasakan menjelang persalinan. Memang ada ibu yang kuat menjelang persalinan masih bisa mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Tapi tidak sedikit yang kesakitan saat menjelang persalinan. Mulai pembukaan satu sampai pembukaan penuh adalah menahan rasa sakit yang tidak terkatakan. Hanya Allah saja yang tahu betapa sakit orang yang hendak melahirkan.
Bahkan usai melahirkan ia kehilangan seluruh tenaganya. Meski rasa sakit yang berangsur-angsur berkurang, namun kekuatan tubuh tidak bisa kembali dalam tempo singkat. Dalam keadaan demikian seorang ibu tidak boleh hanya menikmati tidur. Akan tetapi kewajiban menyusui, mengganti popok saat basah karena pipis atau kotor karena pup.
Tanpa mengeluh seorang ibu akan melakukan dengan bahagia dan penuh kasih sayang, meski ia baru saja memejamkan mata sedang sang putra menjerit menangis sebagai pertanda ia sedang tidak nyaman. Ketidak nyamanan ini bia disebabkan bayinya lapar, haus, risih, habis pup ataupun kencing.
Demikian ia lakukan hampir setiap malam sampai hampir dua tahun. Saat sang anak berusia dua tahun barulah sang ibu menyapihnya. Apakah ibu sudah bisa tidur nyenyak sampai pagi sesudah sang anak berusia dua tahun dan disapih? Ternyata tidak. Ibu mendidik anaknya toilet training. Bagaimana sang anak bisa BAB dan BAK di toilet. Terkadang ibu harus bangun untuk mengganti celana yang basah. Meski usia anak sudah tiga tahun, misalnya.
Allah memerintahkan agar anak bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtuanya. Anak harus berlemah lembut kepada kedua orang tuanya. Wajar demikian mengingat orang tuanya sudah bersusah payah di masa kecilnya. Seorang anak tidak layak berkeberatan merawat orang tuanya saat mereka renta. Bagaimanapun keadaannya.
Aku pernah mendengar curhatan seorang nenek yang ditinggalkan oleh anaknya di pinggir jalan. Hingga ia dibawa oleh pengurus panti jompo. Sang anak meminta menunggu di pinggir jalan karena ia sedang ada kesibukan tertentu. Hingga matahari condong ke barat sang anak tidak kunjung datang. Seorang pengurus panti jompo datang mengajak agar mengikutinya. Pengurus panti telah ditelepon oleh sang anak agar merawat ibunya. Astaghfirullah. Padahal sang ibu masih bisa mandiri.
Betapa sedih hatinya dibuang oleh anak kandung sendiri. Walaupun tanpa isakan, air matanya tidak henti mengalir saat menceritakan kepiluan hatinya. Ia berpesan bahwa seorang anak itu tidaklah terlahir dari batu. Masya Allah.
Semoga kita mampu menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Sebab itulah pintu surga yang utama.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Mojokerto, 4 September 2021