Oleh: Ulfa Novitamala
Kajian SSCQ Literasi pertama yang aku ikuti, kajian tersebut diawali dengan motivasi menulis oleh bunda Lilik Yani, "Buatlah Jejak di Alam Semesta". Kemudian dilanjutkan dengan pemateri kedua oleh mba Choirin Fitri, menulis "Cerpen".
Kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Ketika lidah kelu tidak bisa bicara, ketika mulut dibungkam tak bisa menyampaikan kata, ketika pandemi tak dapat bertatap muka, ketika kita ingin membuat jejak di alam semesta, ketika kita ingin memiliki amal jariyah saat meninggal dunia, dan banyak alasan lainnya. Maka MENULIS menjadi wasilah untuk membuat jejak di alam semesta.
Sungguh menghujam tajam dan dalam motivasi yang disampaikan bunda Lilik. Jujur, aku ngerasa tertampar banget, aku yang sudah lama hibernasi menulis. Disaat ini pun, belum konsisten dan belum tertunai komitmen menulis panjang dari satu ayat yang berkesan, banyak bolong-bolong nulisnya. Astaghfirullahal'adziim~
Menulislah, hingga kita tidak bisa lagi menulis. Temukan strong-Why mu menulis. Tentukan alasan terkuat kenapa kita harus menulis?
Kemudian TAKE ACTION. Jangan suka menunda-nunda atau menyepelekan dalam hal menulis. Menulislah! PD aja menulis, meski menurutmu tulisanmu jelek, gak bagus, dsb. Selama tulisan tidak melanggar Syara', ya PD aja. MasyaAllah, motivasi yang sangat menohok jiwa.
Suntikan semangat motivasi yang WOW telah disampaikan. Kembali kepada diri sendiri, sebab hanya diri sendirilah yang bisa membangkitkan semangat menulis. Senantiasa diingatkan libatkan Allah dalam menulis, semoga Allah mudahkan dan tulisan kita menjadi pencerahan bagi yang membacanya.
Jangan banyak berangan-angan, ngehalu mau nulis, tapi harus segera take action! Tulislah apapun yang ingin ditulis. Menohok banget kan!
Kemudian dilanjut dengan materi kedua, tentang cerpen. Definisi cerpen, ciri-ciri cerpen, apa itu cerpen ideologis. Disampaikan oleh pemateri, bahwa menulis cerpen pun ada kaidah amal yang harus diperhatikan. Agar apa yang ditulis tidak menjadi amal yang sia-sia dan tidak bernilai dihadapan Allah.
Menulis cerpen ideologis, tentu hanya memakai sudut pandangnya ideologi islam. Misal, pacaran diharamkan dalam islam, meski cerpen bersifat fiksi tentu tidak akan ditulis untuk mendukung aktivitas tsb. Jika Islam halalkan jihad, maka cerpen ditulis untuk mengobarkan gelora jihad.
Meski cerpen itu fiksi, maka tetap harus terikat dengan aturan Allah. Seorang penulis cerpan ideologis akan menjadikan halal dan haram sebagai standar dalam pembuatan cerpennya.
Apa bedanya cerpen islami dan ideologis?
Cerpen Islami ditulis dengan anggapan bahwa Islam hanya sebagai sebuah agama yang mengatur urusan ibadah. Jadi, dalam cerpen hanya tampak hal ini.
Cerpen ideologis ditulis oleh seseorang yang memahami bahwa Islam adalah sebuah ideologi yang memancarkan aturan dan mampu menyelesaikan seluruh permasalahan manusia. Sehingga, sudut pandang kepenulisan lebih luas dan tampak dari ceritanya yang beragam dan ngena sisi-sisi ideologis Islam.
Lubis banget materinya, ya kan?!
Seluruh peserta dapat tugas membuat cerpen ideologis yang nantinya akan dibuat antologi.
Moga aku bisa nulis cerpen ideologis, yassarallah.
Resepnya hanya satu, take action! Menulislah!