Oleh: Nursih Ummu Sayyid
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗ وَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa'[4]:32)
Hmmm, rumput tetangga itu di mana-mana pasti terlihat lebih hijau ya. Eits, tunggu dulu. Itu jika kita nilai pakai kacamata manusia.
Manusia yang mana dulu nih? Tentunya, mereka yang tidak bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan untuknya.
So, setiap manusia sudah diberikan rezekinya masing-masing. Mau laki-laki ataupun perempuan, porsinya semuanya adil sesuai kebutuhan mereka. Allah Maha Mengetahui dan Maha Pemberi apa yang diperlukan. Bukan diinginkan hamba-Nya ya, Mak.
Kadang, manusia kurang bersyukur karena keinginannya tidak terpenuhi. Padahal, kebutuhannya sudah tercukupi. Rasa inilah yang menjadikan mereka iri hati kepada orang lain. Tetangga yang beli kulkas, lah dia yang panas. Astagfirullah.
Ini fakta, padahal kulkas ga butuh-butuh amat sih. Toh warung sayur dekat, setiap makan tak ada sisa. Tapi, kenapa panas lihat tetangga beli barang? Jadi, maksa deh ke paksu untuk ambil cicilan. Padahal, utang kreditan numpuk dan belum dibayar lunas. Eh, udah ambil produk baru demi memuaskan keinginan. Hadeuh.
Fakta lain, banyak juga nih yang kaya begini. Seorang istri jenuh tak punya penghasilan. Padahal, kalau mau bersyukur. Apa yang suami kasih ke dirinya adalah rezeki dari Allah. Tapi, ya zaman sekarang hidup di sistem yang dibuat manusia. Menjadikan materi di atas segalanya. Merasa semua serba kekurangan.
Istri pun merasa tak cukup dengan mengandalkan gaji suami yang pas-pasan. Hanya bisa memenuhi keperluan dapur agar selalu ngebul. Sedangkan kebutuhannya banyak. Terus, gimana dengan kondisi umat yang tak punya penghasilan tetap? Ya, sudah pasti kesulitan, hidup di zaman sistem kapitalis. Aturan manusia yang hanya mendukung para pemilik modal, sedangkan rakyat dibiarkan terlantar dan diabaikan mencari jalan rezekinya masing-masing.
Akhirnya, tidak banyak istri pun mencari penghasilan sendiri. Selain, bisa membantu ekonomi keluarga. Juga, mampu memenuhi kebutuhannya yang tertunda. Kalau punya sendiri kan bebas dipakai apa juga. Benarkan?
Tak jarang saat pendapatan istri lebih besar, atau jabatan pekerjaannya tinggi. Ada penyakit hati yang menguasai. Suami iri sebab tak bisa menandingi penghasilan istri, seolah merasa terinjak-injak harga diri. Sedangkan, istri muncul sifat sombong dan tak mau melayani suami. Karena lelah atau ego bisa hidup sendiri. Astagfirullah.
Tapi, tak semua seperti itu ya, Mak. Ini hanya salah satu contoh realita yang ada dalam kehidupan manusia. Akibat penyakit hati dalam persoalan rezeki, belum permasalahan yang lain. Perkara sensitif yang mampu menggoyangkan bahkan merobohkan rumah tangga. Padahal, pernikahan saat akad, ditandai sebagai mitsaqon ghalizon. Ya, perjanjian yang berat kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Swt sudah menetapkan masing-masing rezeki dari pasangan suami-istri. Semua sama sesuai porsinya. Jikalau suami lebih banyak, tak perlu iri. Karena, suami seorang laki-laki, tanggung jawabnya lebih besar dari istri. Tak hanya menafkahi istri dan anak-anaknya. Tapi juga, wajib menafkahi ibunya, saudara perempuannya, yang menjadi tanggungannya jika tak mampu.
Mohon diingat ya, para istri, para ibu, dan calon menantu. Allah itu Maha Adil dalam perkara apapun. Apalagi hanya rezeki yang diberikan kepada kita. Kewajiban kita saat hal itu datang, baik banyak ataupun sedikit tetaplah bersyukur. Jika belum terlihat hilalnya maka bersabarlah.
Ingat Arrizku minallah. Rezeki itu dari Allah. Tugas kita sebagai manusia hanya berusaha untuk menjemputnya. Biarkanlah Allah yang bekerja bagaimana rezeki itu sampai kepada kita. Bersyukurlah banyak sedikitnya harta yang Allah berikan, akan mendapatkan keberkahan bagi kita yang menerimanya dengan qanaah. InsyaAllah.
So, stop insecure dari orang lain. Lets bersyukur ilallah! Semangat.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”