
Oleh: Surya Ummu Fahri
Begitu pelik permasalahan yang melanda kita hari ini. Seakan-akan menambah sulitnya hidup dalam kesempitan yang menghimpit. Mulai dari masalah pribadi yang tidak teratasi hingga masalah negeri serta dunia yang diselimuti pandemi. Tidak kunjung usai dan tidak mengubah kondisi dan situasi. Makin menyadarkan diri ini lemah tidak berdaya dibawah kuasa-Nya.
Teramat lalai diri kita dalam menjalani hari demi hari. Hingga terlampau jauh dari apa yang telah digariskan-Nya. Menyadari akan dunia yang fana dan penuh tipu daya hingga kita terhuyung-huyung di tengah kerusakan dan jutaan masalah yang mengharu biru. Terlalu sayang untuk dibiarkan. Terlalu berat untuk diperbaiki dengan tangan kecil tanpa kuasa. Papa dan tak bertenaga.
Dunia indah bagai permata. Menghiasi mata penuh pesona. Wangi semerbak menggoda jiwa. Menyembulkan hasrat hingga terlupa. Kini rusak sudah dunia. Di tangan para punggawa haus tahta. Rakyat jelata kian menderita. Tertutupi gegap gempita yang tidak sesuai realita.
Sungguh kian memusingkan kepala jika hanya sekedar menjadi berita. Tidak ada solusi yang mampu menyelesaikan secara paripurna. Lalu mengapa tak coba kembali pada aturan sang pencipta? Coba saja lihat dalam Surat Al Maidah ayat 48 di bawah ini.
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan, (QS Al Maidah 48)
Sungguh MasyaAllah komplitnya hukum Islam. Maka layaklah ia disebut-sebut sebagai ideologi. Karena ia tidak hanya sebagai agama yang mengatur hubungan dengan sang pencipta sebagaimana agama lain yang ada dimuka bumi. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat diatas, membenarkan kitab kitab yang diturunkan sebelumnya. Jadi Islam sebagai penyempurna dari kebenaran sebelumnya.
Kemudian dilanjutkan dengan memutuskan perkara dengan apa yang Allah turunkan dan janganlah mengikuti keinginan mereka. Ini menunjukkan sebuah perintah menjadi wajibnya penerapan hukum Islam dalam segala lini. Bukan hukum buatan manusia seperti saat ini. Yang saat pandemi ini tampak bobrok dan boroknya terhadap para rakyat yang terlunta-lunta ditengah pandemi. Betapa teganya para punggawa mengambil keuntungan dari derita dan tangis korban terdampak pandemi.
Dinyatakan pula dalam surat ini bahwa telah diberikan aturan dan jalan terang bagi kita dalam mengatasi permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini. Tinggal bagaimana kita mau mengambilnya atau tidak. Sebaik apapun aturan dan jalan terang ini hanya akan menjadi sebuah wacana jika tidak menjadi pilihan yang terbaik bagi kita. Tetap ada dalam hidup tapi tidak diterapkannya menjadikan yang ada makin sulit dan menghimpit. Meskipun diambil secara pilih-pilih layaknya prasmanan di meja kondangan. Hasilnya nihil.
Dilanjutkan dengan kondisi yang ada. Bahwa Allah menciptakan umat Islam beraneka macam pemikirannya tidak menjadi satu saja. Tidak lain adalah agar kita mampu berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling bersinergi meningkatkan ukhuwah Islamiyyah bukan saling terpecah ataupun saling memusuhi sesama muslim. Perbedaan itu tetap indah dan wajar selama masih sesuai dengan syari'ah. Jika memang menyimpang ini adalah ladang dakwah bagi umat Islam untuk diluruskan.
Jika dahulu 2/3 dunia ada dibawah naungan Islam, negara gemah Ripah loh jinawi. Mengapa saat ini kita takut memperjuangkan kembali Islam hadir menaungi bumi agar Islam menjadi rahmatan Lil 'alamin? Jika umat Islam adalah khoyru ummah seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, lalu mengapa kita takut melihat bendera Liwa Roya ada di gedung KPK?
Jangan terlena dunia hingga kita tidak mengenal bendera tauhid dan mengira bendera organisasi Islam tertentu atau kelompok tertentu. Karena Bendera tauhid adalah milik kaum muslimin. Jangan mengira permasalahan dan pandemi ini tidak ada ujungnya. Karena aturan dan jalan terang itu ada. Tinggal bagaimana kita memperjuangkannya. Bukan sekedar tahu dan tetap menjadikan sebuah pengetahuan saja. Perjuangkan dan berjuanglah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”