Oleh: Riza Mulyani
Seringkali manusia tertipu dalam memandang arti kebahagiaan. Ada dua hal yang menyilaukan yaitu kekayaan dan kekuasaan. Kebahagian atau keberuntungan identik kalau seseorang itu memiliki harta dan kekuasaan. Seolah kekayaan adalah kebahagiaan.
Adanya orang kaya itu perlu, namun menilai kekayaan sebagai sumber keberuntungan adalah hal yang keliru. Pada dasarnya, keberuntungan hidup seorang Muslim bukan pada apa yang ada atau apa yang Allah titipkan kepadanya, melainkan apa yang ia kerjakan dalam kehidupan fana ini.
Seperti kita lihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah kaum muslim saat ini sudah tergerus pemikiran yang bukan dari Islam. Sudah terperdaya dan terpalingkan dari aturan Islam, padahal Allah sudah memperingatkan dalam Surat Ali Imron ayat 196:
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ , مَتَاعٌ قَلِيلٌ
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri, Itu hanyalah kesenangan sementara”.
Maksud ayat ini sangat jelas, bahwa Allah melarang kita mengikuti langkah orang-orang kafir. Karena hal itu akan memperdaya kita terjebak kedalam kebahagiaan yang semu. Tanpa disadari pula akhirnya berdamai dengan sistem sekuler, liberal tanpa merasa bersalah sama sekali. Apalah artinya harta melimpah, jabatan mentereng kalau Allah tidak ridha. Karena semuanya itu akan binasa dengan segera dan mereka akan tergadai dengan amal keburukan mereka.
Lihatlah Qorun, bagaimana tragis akhir hayatnya ditimbun oleh harta kekayaannya sendiri yang sungguh sangat luar biasa melimpah ruah. Na'udzibillahi.
Sungguh kekayaan mereka tidak akan bertahan lama, amat sangat sedikit hal itu di sisi Allah, dan mereka akan mendapat siksaan yang jauh lebih panjang masanya. Dan tempat kembali mereka di akhirat adalah:
ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
“kemudian tempat kembali mereka pada hari kiamat menuju neraka. Dan itu adalah seburuk-buruk tempat yang ditinggal”
Berbanding terbalik ketika seorang muslim hidup dalam aturan syariatNya. Kebahagian, kenikmatan dan keberkahan hidup akan diraih.
Ibn Abbas ra menyatakan, "berkah adalah keberlimpahan dalam setiap kebaikan". Tentu saja yang didasari iman dan takwa. Banyak contoh-contoh para sahabat yang memiliki harta namun hidup dalam keberkahan. Diantaranya:
Khadijah ra, Abu Bakar ra, Utsman bin Affan ra, dan Abdurrahman bin Auf ra, insya Allah kekayaan yang sangatlah baik bahkan berkah.
Sudahlah di dunia meraih kehidupan yang berkah di akhiratpun mendapat surganya Allah Swt.
لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ
“Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti”
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”