Oleh: Mutiara Aini
Pemimpin merupakan abdi atau pelayan bagi anggota kelompoknya (rakyatnya), baik pemimpin perusahaan, masyarakat, keluarga, maupun negara.
Rasulullah SAW mengatakan, setiap orang adalah pemimpin dan mereka akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu.
Dalam hadis lain, disebutkan, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (Diriwayatkan dari Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam).
Menjadi seorang pemimpin tentu banyak ujiannya. Tidak mudah bagi seseorang untuk bisa memimpin tanpa dibekali moral, akhlak, dan kemampuan yang mumpuni.
Seorang pemimpin harus bisa bersikap adil, jujur, dan tidak semena-mena. Pemimpin tidak boleh mencelakai rakyat dan bangsanya apalagi mendzaliminya.
Begitu juga mereka yang senantiasa melakukan sogok (suap-menyuap) dan korupsi. "Allah melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya dalam memutuskan (suatu perkara)." (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Apabila ia mengkhianati amanah yang telah diberikan (rakyat) itu, dosa besar dan azab yang pedih akan ditimpakan kepadanya.
Allah SWT telah mengancam orang-orang zalim dengan mendahulukan hukuman mereka di dunia sebelum kembali ke akhirat, karena hinanya kezaliman, dan banyaknya efek buruk bagi masyarakat.
Apabila dalam suatu negeri masih ada orang-orang baik, maka Allah Swt tidak akan membinasakan negeri itu dengan aniaya, tanpa ada sebab.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا كَا نَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ
"Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud 11: Ayat 117)
Pada ayat ini Allah swt menjelaskan bahwa Dia tidak akan membinasakan suatu negeri, jika penduduk negeri itu, masih berbuat kebaikan, tidak berbuat zalim seperti mengurangi timbangan sebagaimana halnya kaum Nabi Syuaib a.s., tidak melakukan perbuatan liwath (homoseks, sodomi) seperti halnya kaum Nabi Lut a.s., tidak patuh kepada pimpinannya yang kejam dan bengis, seperti halnya Firaun, dan kejahatan lain, karena yang demikian, adalah suatu kezaliman. Allah tidak akan meridhoi melakukan yang demikian itu.
Adzab turun disebabkan perbuatan zalim manusia, maka berbuat baiklah untuk menghindarinya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”