Oleh: Iha Bunda Khansa
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ لَّوْ كَا نَ الْبَحْرُ مِدَا دًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 109)
Di awal surat Al Kahfi banyak menjelaskan informasi yang Allah sampaikan, seperti kisah ashabul kahfi, khidir, dan zulkarnain. Kemudian, pada bagian akhir surah ini Allah menjelaskan betapa ilmu Allah sangat luas.
Sahabat, jika sampai hari ini ada manusia yang masih sombong, takabur, kikir, angkuh, dan sebutan bagi mereka yang mengabaikan aturan Allah meskipun manusia berpendidikan setinggi langit, gelar mereka S1 sampai Profesor sekalipun, manusia tidak pantas sombong! Coba bandingkan dengan ilmu Allah yang tiada tandingannya.
Ayat di atas, mengajak manusia berfikir, bahwa ilmu Allah sangan luas bahkan jika lautan yang ada di bumi adalah tinta, maka habislah seluruhnya sebelum menulis ilmu Allah. Berarti Allah hanya memberi kepada manusia ilmu sangat sedikit sekali.
Dalam hadis dijelaskan:
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Hasan Bashri rahimahullah mengatakan, Andaikata pepohonan yang ada di bumi ini dijadikan sebagai pena dan lautan dijadikan sebagai tinta dan Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya termasuk urusanku ini dan itu” maka tinta yang ada di lautan tersebut akan habis dan pena-penanya pun akan rusak (karena terlalu banyak yang ditulis)”.
Qatâdah rahimahullah juga mengatakan, “Andaikata pepohonan yang ada di bumi ini sebagai pena beserta tujuh lautan sebagai tinta, maka tidak akan habis keajaiban, hikmah, penciptaan dan ilmu Rabbku”.
Wahai manusia yang takabur!
Sadarlah, Ilmu Allah begitu luas, manusia lemah, terbatas harusnya tinggalkan kemaksiatan, berlaku zalim, ingin menandingi dan menantang Allah dengan menjadikan aturan buatan manusia sebagai acuan dalam berbuat dan berprilaku.
Sesungguhnya segala perbuatan apapun harus terikat dengan hukum Allah. Dalam segala hal, tidak ada satupun permasalahan tidak diatur Oleh-Nya.
Perbanyaklah beristighfar, sebelum Allah mengazab kalian dengan cara Allah, yang sungguh azab Allah SWT sangat pedih.
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam," (QS An-Nisa: 140).
Na'udzubillah, itulah balasan untuk manusia yang kafir dan munafik.
Oleh karena itu, ketika menyadari bahwa munculnya berbagai kemaksiatan, kezaliman, tindak kriminalisasi ulama, dan phobia pada aturan Islam, dan hal ini mengakibatkan tidak diterapkan Islam dalam kehidupan, karena masih bercokolnya sistem kapitalis yang pada dasarnya hanya mementingkan para pemodal. Apakah kita hanya berdiam diri? Cuek, berpangku tangan menunggu kemenangan akan datang?
Sebagai muslim yang mengharapkan SurgaNya Allah, Pantaskah berdiam diri? Tentu tidak! Kita diharuskan bersegera pada ampunan Allah (QS. Al Imran :133). rapatkan barisan demi kembalinya peradaban Islam yang gemilang dan diterapkannya Islam secara kaffah dalam sebuah Institusi Daulah Khilafah Islamiyah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”