Oleh: Mutiara Aini
Malu adalah sifat yang mulia sebagaimana telah banyak disampaikan oleh ajaran agama, namun ada juga malu yang harus dibuang dalam kehidupan ini yaitu malu bertanya atas apa yang tidak atau belum diketahui.
Banyak orang karena merasa malu untuk bertanya, maka akibatnya melakukan beberapa hal baik. Namun tidak sesuai aturan, bahkan merusak nilai kebaikan tersebut.
Berkembangnya terorisme dalam beragama adalah salah satu bentuk nyata dari sikap malu bertanya kepada ulama, hingga pada akhirnya mengambil dalil-dalil agama sesuai kemauan mereka, memaknai ayat dengan sepotong-potong, dan berijtihad tanpa keakuratan yang layak, bahkan terkadang merasa dia sendiri yang beriman dan yang lain di kafir-kafirkan.
Sementara Rasulullah ﷺ sendiri berharap agar umat Islam tidak menuduh orang lain terutama sesama muslim sebagai orang kafir, musyrik dan munafik.
Karena bahwasanya, barang siapa mengatakan saudaranya kafir, musyrik dan munafik. Namun ternyata yang dituduh tidak kafir, maka penuduhnyalah yang kafir.
Sebagaimana pesan nabi:
"Barangsiapa berkata kepada saudaranya, 'Hai kafir, maka sesungguhnya kalimat ini akan kembali kepada salah seorang di antara mereka." (Muttafaq 'Alaih dari Ibn Umar,al-Lu'lu' wa al-Marjan, hal 39)
- Bertanya adalah Kuncinya Ilmu. Bertanya dapat menghapus kebodohan bahkan dapat memperbaiki pemahaman dari hal yang belum diketahui.
- Jika kita belum paham atau belum mengetahui sesuatu, maka kita dituntut untuk bertanya. Bahkan, bertanya hukumnya menjadi wajib ketika dalam urusan agama.
- Kuncinya ilmu adalah bertanya. Orang yang sering bertanya tentang ilmu, maka ia akan lebih banyak mendapatkan ilmu dibandingkan dengan orang yang jarang bertanya, atau bahkan tidak mau bertanya sama sekali. Imam
Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata:
والسؤال مفتاح يتوصل به إلى ما في الصدور من معاني العلوم وأسرار الغيوب
“Bertanya adalah sebuah kunci yang bisa menyampaikan terhadap apa yang ada di dalam hati dari makna ilmu dan rahasia yang tersimpan”.
- Seorang yang berilmu, akan menyampaikan ilmu-ilmu yang tersimpan di dalam hatinya ketika ada orang yang menanyakan tentang perkara yang berkaitan dengan ilmu tersebut. Sehingga apabila tidak ada orang yang bertanya kepadanya, maka rahasia ilmu dan intisari ilmu tersebut tidak akan keluar dari sarangnya, yaitu hatinya para Ulama’.
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS, An- Nahl:43)
Arti dari ayat diatas telah mengingatkan kita bahwasannya janganlah merasa tahu segalanya dan jangan pula merasa malu untuk bertanya jika kita tidak mengetahuinya.
Selain ayat diatas, dalil yang menunjukkan tuntutan untuk bertanya adalah hadits Rasulullah ﷺ yang memerintahkan para sahabat untuk bertanya kepada beliau terhadap suatu hal yang belum mereka ketahui atau belum dapat dipahami.
Kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa yang senang untuk bertanya, maka bertanyalah. Tidaklah kalian bertanya kepadaku, melainkan akan aku jelaskan jawabannya kepada kalian, selama aku masih menyanggupinya". (Shohih Bukhori, no 540)
Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata:
إعلم : أن السؤال في موضع الحاجة وفي مواطن إشكال، ولطلب المزيد من العلم والإستبصار، مما جرت عليه عادة الأخيار
“Ketahuilah, sesungguhnya bertanya dalam keadaan butuh, di waktu bingung, dan karena tujuan menambah pengetahuan dan pencerahan, adalah kebiasaan orang-orang yang baik”.
Semoga kita tidak malu bertanya, agar tidak sesat di jalan akidah, dan tidak menyesatkan orang lain, sekaligus menjaga kesucian dan keabsahan ibadah kita, juga ibadah orang lain. Dengan menempatkan sesuatu sesuai fungsi dan mafaatnya demi menyempurnakan syarat-syarat keabsahan amal ibadah kita semua.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”