Setiap bulan September kaum Muslim di negeri ini selalu diingatkan dengan tragedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965. Saat itu PKI, dengan menggunakan Pasukan Pengawal Presiden Tjakrabhirawa, melakukan kudeta dengan menculik dan membunuh 7 perwira tinggi TNI.
Peristiwa yang terjadi pada bulan itu hanyalah rangkaian dari gerakan makar kelompok komunis di Tanah Air. Secara bertahap para pengikut komunis/PKI melakukan berbagai intimidasi, pelecehan agama bahkan kekerasan dan pembunuhan yang menentang ideologi komunisme, terutama yang berasal dari umat Muslim. Ribuan Muslim, khususnya santri dan kiai, diculik dan dibunuh secara keji.
Karena itu kaum Muslim harus selalu mewaspadai penyebaran ideologi sesat ini. Apalagi belakangan muncul keinginan segelintir orang yang ingin menghidupkan lagi paham tersebut.
Komunisme Tidak Mati
Sebuah ideologi tidaklah punah dari muka bumi selama masih ada penganutnya. Begitu pula dengan Komunisme. PKI memang telah dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Komunisme, sebagai ideologinya, juga sudah dilarang. Namun, simbol-simbolnya sering dijumpai di masyarakat. Berbagai pertemuan dan kajian seputar komunisme juga terus berlangsung. Malah ada seorang anggota DPR yang orangtuanya anggota PKI secara terbuka membuat buku berjudul Aku Bangga Jadi Anak PKI.
Mereka juga melakukan sejumlah langkah agar komunisme dan PKI bisa kembali eksis di Tanah Air. Pertama, memutarbalikkan sejarah. Para pendukung komunisme paham bahwa umat Muslim di Tanah Air trauma dengan kekejaman PKI. Untuk itulah mereka melakukan upaya memutarbalikkan sejarah. Sering mereka menyatakan bahwa mereka justru korban, bukan pelaku pemberontakan. Mereka juga mengklaim banyak anggota dan simpatisan PKI yang dibunuh oleh aparat maupun oleh umat Muslim.
Pada 2016, di Jakarta diselenggarakan Simposium Kerukunan Nasional yang diselenggarakan Lemhanas. Dihadiri sebagian besar eks PKI dan para pendukungnya. Mereka menyuarakan bahwa PKI tidak bersalah. Mereka menuntut Pemerintah RI untuk meminta maaf, melakukan rehabilitasi dan memberikan kompensasi kepada anggota PKI yang menjadi korban pada tahun 1965.
Tindakan ini menutupi fakta kalau PKI telah melakukan pembunuhan secara sistematis terhadap siapa saja yang dianggap musuh, terutama umat Islam. Pada tahun 1948, di bawah pimpinan Muso, Amir Sjarifuddin dan DN Aidit, PKI melancarkan serangan terhadap umat Muslim. Pondok-pondok pesantren seperti Pesantren Takeran dan Gontor diserang dan dirusak. Kitab al-Quran dirobek atau diinjak. Kitab-kitab kuning juga turut dimusnahkan. Ribuan warga, terutama kiai dan santri, aparat keamanan dan aparat Pemerintah, dieksekusi dengan cara keji. Jasad mereka dibuang ke berbagai tempat, termasuk ke dalam sumur-sumur dalam keadaan sudah dirusak.
Kedua, berupaya mencabut TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 yang melarang keberadaan PKI dan paham komunisme. Berkali-kali sejumlah kalangan mendesak pencabutan tersebut dengan alasan rekonsiliasi nasional, maka negara harus mengayomi semua pihak termasuk para penganut ideologi komunisme.
Ketiga, menyerang Islam dan para ulama lurus. Sejak ideologi komunisme berdiri, permusuhan dan kebencian diarahkan pada Islam dan kaum Muslim. Tokoh-tokoh pendiri komunis seperti Lenin ataupun Stalin menampakkan permusuhan terhadap agama. Usai Revolusi Bolshevik, Lenin dan Stalin membunuh jutaan Muslim, termasuk imam masjid dan ulama di seluruh wilayah kekuasaan mereka. Masjid-masjid dan madrasah ditutup. Ada juga yang dijadikan kandang babi oleh pemerintah komunis. Pengajaran agama Islam sudah jelas dilarang.
Di Tanah Air, pada masa Orde Lama (Orla), kebencian PKI dan para pendukungnya terhadap umat Islam dan ormas-ormasnya ditampakkan dengan menghina ajaran Islam seperti membuat pentas seni dengan judul Matine Gusti Allah dan Gusti Allah Mantu. Tokoh-tokoh PKI juga menghasut Pemerintah Orla untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dan menangkapi tokoh-tokohnya. Sejumlah ulama dan tokoh Islam seperti Buya Hamka, M Natsir dan KH Sholeh Iskandar dipenjara tanpa pengadilan. Selain mengalami penyiksaan di dalam penjara, keluarga mereka juga dimiskinkan atas perintah rezim Orde Lama.
Kini, berbagai serangan dan hinaan terhadap ajaran Islam kembali marak. Penghinaan terhadap bendera tauhid. Cacian terhadap para santri penghapal al-Quran. Tuduhan terhadap Islam sebagai agama kearab-araban. Sebutan ‘kadrun’ atau kadal gurun. Menentang penerapan syariah Islam. Memusuhi hukum jihad dan kewajiban khilafah. Tragisnya, tak sedikit kaum Muslim yang ikut-ikutan menyerang agama mereka sendiri. Dalihnya adalah membela Tanah Air dari ajaran asing, yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.
Kecemasan umat juga bertambah dengan berkali-kali terjadi serangan terhadap para mubaligh dan ustadz di Tanah Air. Serangan terhadap ulama, mubaligh dan tokoh Islam kini berulang terjadi. Semua pelakunya dinyatakan sakit jiwa. Apakah serangan ini adalah kebetulan belaka? Sementara seorang tokoh intelijen, Soeripto, mengatakan bila orang gila bisa digerakkan untuk melakukan operasi penyerangan.
Kembali pada Islam
Dengan menelusuri sejarah kita akan melihat bahwa menguatnya komunisme di Tanah Air disebabkan oleh dua hal: Pertama, adanya pembiaran terhadap ideologi komunisme hingga terus berkembang. Termasuk membiarkan berbagai sikap anti ulama lurus, anti syariah, anti Tuhan, juga adu domba antar kelompok masyarakat.
Kedua, komunisme berkembang karena kelemahan pemahaman Islam di tengah umat dan kurangnya kesadaran politik Islam. Tidak sedikit muslim yang menganut ideologi komunisme dan memperjuangkannya tanpa tahu kebatilan dan kesesatannya.
Komunisme adalah ideologi batil, sesat dan bertentangan dengan ajaran Islam baik dengan akidah maupun syariatnya. Begitupula haram hukumnya bergabung dengan kelompok yang menganut dan memperjuangkan komunisme. Dasar dari paham komunisme adalah materialisme, yakni meyakini materi sebagai asal kehidupan, dan menolak Allah sebagai al-Khaliq. Bahkan komunisme mengajarkan kebencian pada agama dan pada umat beragama. Ideologi ini menghalalkan kekerasan untuk perubahan masyarakat, terutama menyerang dan membunuhi para ulama.
Sementara itu Islam adalah agama dan sistem kehidupan yang sempurna. Mengatur seluruh aspek kehidupan. Seorang muslim juga wajib mengimani tidak ada agama, aturan dan ideologi yang diterima Allah kecuali Islam. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sungguh agama (yang diterima dan diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (TQS Ali Imran [3]: 19).
Imam Ibnu Katsir menerangkan: Ayat ini merupakan kabar dari Allah SWT bahwa tidak ada agama seseorang yang diterima di sisi-Nya selain Islam (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 2/25).
Dengan demikian haram seorang Muslim yang mengaku beriman, mengerjakan shalat dan shaum, tetapi meyakini komunisme sebagai sistem kehidupannya, atau aturan politik dan ekonominya. Sebab, Allah SWT telah memerintahkan setiap Muslim untuk mengamalkan seluruh syariah Islam secara totalitas. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Demikian pula haram hukumnya bagi umat membela ideologi selain Islam seperti komunisme dan kapitalisme, haram pula menyebarkannya, memfasilitasi ide-ide mereka, apalagi ikut-ikutan memusuhi agama Islam. Allah SWT. mengingatkan:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka (TQS. Al Mujadilah : 22)
Selain komunisme, sesungguhnya umat juga sedang terancam oleh ideologi kapitalisme yang sudah mencengkeram negeri ini. Kapitalisme-liberalisme, melalui para pengusungnya, menyebabkan berbagai kekayaan alam dikuasai asing. Negeri ini juga dijajah lewat utang luar negeri. Pada saat yang sama, kehidupan sosial umat dihancurkan dengan budaya liberalisme semisal perzinaan dan LGBT, dll.
Wahai kaum muslimin! Sadarlah, bahwa berbagai keburukan yang menimpa umat pada hari ini disebabkan umat telah menjauh dari Islam, merasa cukup dengan ibadah dan akhlak semata, tapi enggan berislam secara kaffah. Inilah pangkal kerusakan umat yang sebenarnya. Padahal Allah berfirman:
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِه ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِه لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa (TQS. al-An’am: 153)
Karenanya, bila umat ingin selamat dari ancaman komunisme, juga kapitalisme-liberalisme, kembalilah pada Islam kaffah. Islam harus kembali diterapkan dan dijadikan sistem kehidupan. Hanya Islamlah satu-satunya sistem kehidupan yang mulia dan diterima Allah SWT.
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dialah (Allah SWT) Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia menangkan atas seluruh agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi. (TQS al-Fath [48]: 28).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Kaffah - Edisi 212