Oleh: Emmy Emmalya
Kewajiban dakwah yang ditaklifkan pada setiap muslim bukan berarti secara otomatis bisa memberikan hidayah kepada orang yang didakwahi.
Karena hidayah adalah hak prerogatif Allah, manusia hanya ditugaskan untuk ikhtiar mendakwahkan Islam. Berubah atau tidaknya orang yang diseru kepada Allah itu adalah wilayah yang manusia tidak memiliki kekuasaan.
Karena hanya Allah-lah yang mengetahui siapa yang akan mendapatkan petunjuk dan siapa yang sesat, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qalam Ayat 7, berikut :
اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِا لْمُهْتَدِيْنَ
"Sungguh, Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk."
Maka teruslah menyeru kepada agama Allah, jangan berpikir hasil tapi lakukanlah ikhtiar terbaik dan persembahan terbaik bagi Allah. Hingga ketika di yaumul akhir nanti kita bisa berhujah bahwa kita sudah menjadi bagian dari pejuang syari'at-Nya.
Tidak ada kata menyerah hingga Allah memenangkan perkara dakwah ini atau binasa karenanya. Itulah ucapan Rasulullah ketika beliau ditawari keindahan dunia oleh orang-orang kafir quraisy.
Itu yang seharusnya diteladani oleh umatnya saat ini, jangan berputus asa ketika dakwah kita belum menyentuh rasa, karena Allah tidak pernah meminta hasil.
Kecewa ketika menyeru pada jalan Allah itu merupakan jalan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah. Penderitaan para pengemban dakwah saat ini belum sebanding dengan perjuangan Rasulullah ketika menghadapi orang-orang kafir quraisy.
Maka tetaplah menyeru kepada jalan Allah hingga Allah hadirkan kemenangan kepada para pengemban risalah-Nya dan yakinlah kemenangan itu sudah semakin dekat.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”