Oleh: Mutiara Aini
Didunia ini segala sesuatu yang kita perbuat akan kembali pada diri kita sendiri. Maka, alangkah baiknya apabila kita membiasakan melatih pemikiran kita untuk senantiasa berfikir positif dan mampu mengolah perasaan dengan baik, bahkan menghilangkan segala prasangka buruk untuk mendapatkan hidup yang tenang dan bahagia.
Saat ini banyak orang menyampaikan persepsi dan ekspresi mereka secara terbuka lewat media sosial. Bahkan tidak jarang penilaian dan prasangka terhadap orang lain menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan di era milenial saat ini.
Serangan sindiran melalui caption atau pun story dilakukan secara terang-terangan. Lantas banyak orang yang menyimpulkan sekehendak hati, berasumsi atas apa yang orang lain sedang jalani hanya dari sepotong informasi yang tampil di media sosial.
Prasangka ada banyak jenisnya, tidak semua tercela, sehingga tidak semuanya dilarang. Bahkan ada juga beberapa prasangka yang dipuji dalam syariat dan prasangka yang hukumnya wajib.
Prasangka dalam Islam secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua bagian penting yakni prasangka baik (huznudzon) dan prasangka buruk (suudzon).
Prasangka baik
Prasangka baik ini harus kita lakukan kepada siapa saja termasuk diri kita sendiri. Kita diciptakan sebagai makhluk sempurna oleh Allah dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan, memiliki kelebihan dan kebaikan yang dapat terus kita tingkatkan. Sehingga kebaikan tersebut menular dan bermanfaat bagi orang lain dan menjadi amalan kita. Hal yang paling utama prasangka baik kepada Allah.
Saat kita mendapatkan ujian dari-Nya, kita harusnya meyakini setiap kesulitan yang kita hadapi sebagai bentuk kasih sayang Allah dan diberikan-Nya jalan keluar selama kita berikhtiar dan diiringi dengan doa. Ketetapan-Nya sudah pasti yang terbaik. Hanya saja sering kali kita lambat menemukan maknanya.
Prasangka Buruk
Terkadang hal ini hanya bermodalkan ikut-ikutan tanpa ingin mencari tahu kebenarannya, membenarkan kalimat orang yang berpengaruh, prasangka itu tumbuh subur dan menjadi biasa untuk dilakukan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَذٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِيْ ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ اَرْدٰٮكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ
wa zaalikum zhonnukumullazii zhonangtum birobbikum ardaakum fa ashbahtum minal-khoosiriin
"Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi." (QS. Fussilat 41: Ayat 23)
Dalam sebuah hadist mengungkapkan: "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563)
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال النبي - صلى الله عليه وسلم - : يقول الله تعالى : أنا عند ظن عبدي بي ، وأنا معه إذا ذكرني
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berkata: "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" (HR Muslim)
Adapun cara terbaik agar kita mampu berprasangka baik kepada Allah Subhanahu Wata’ala adalah dengan selalu istiqomah dalam berdoa dan berdzikir atau mengingat-Nya dalam keadaan apapun, sehingga kita mendapatkan kemuliaan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan keberpihakan dari-Nya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”