Oleh: Titin
Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 30 menyebutkan:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sesungguhnya kedudukan manusia di bumi adalah untuk menjalankan perintah-perintahnya dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya.
Diberitakan di dalam Al-Qur'an, pada dialog Allah ﷻ dengan malaikat, malaikat mempertanyakan Mengapa Allah ﷻ menurunkan manusia ke bumi? Bukankah yang lebih pantas menjadi pemangku jabatan di bumi dibanding manusia adalah mereka? Sebab mereka adalah makhluk yang selalu Bertasbih, memuji, mensucikan nama Allah ﷻ, dan taat. Sedangkan manusia kelak akan merusak bumi dan menumpahkan darah di sana. "Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat". Allah ﷻ menjawabnya.
Benar, ternyata apa yang dipertanyakan malaikat itu. Kerusakan di bumi terjadi oleh perbuatan manusia. Jabatan khalifah di bumi menjadi sewenang-wenang. Dengan mentang-mentang disilahkan menggunakan apa yang ada di bumi.
Mereka lupa bumi itu milik siapa. Mereka lupa meminta izin untuk mempergunakannya kepada Pemiliknya Sehingga terjadilah kerakusan, pengerukan eksploitasi terhadap sumber daya alam besar-besaran. Penguasaan alam terserah para kapitalis, dari negara mana yang merasa adidaya. Kapitalisme tidak akan pernah memandang sumber daya alam mana, di negara mana berasal. Sing penting untung baginya tanpa memandang peri kemanusiaan.
Bila ia menjadi pemimpin Jadilah pemimpin yang zalim terhadap rakyatnya. Tidak mau peduli apalagi menerapkan aturan Allah ﷻ sebagai pemilik bumi tempat mereka berpijak. Hukum-hukum Allah ﷻ dicampakkan akibat mereka merasa menjadi pemimpin di dunia.
Sehingga tumbuh subur di muka bumi beberapa pemimpin, dalam sekat-sekat negara. Hukum yang harusnya hanya satu Khalifah sebagai satu pemimpin manusia di bumi, terpecah menjadi beberapa golongan pemimpin dengan aturan masing-masing.
Akibatnya, manusia tidak merasa satu tubuh dan tidak merasa bahwa mereka saudara satu muslim lagi. Mudah terpecah sampai mengakibatkan pertumpahan darah akibat pengaruh nafsu berebut kekuasaannya. Masya Allah sifat tamak dan rakusnya menutup kesadarannya. Bahwa jika aturan Islam ditegakkan dan seluruh manusia bisa tawadhu' menundukan diri dari hawa nafsunya, pasti kemungkaran dan kezaliman dapat dikendalikan dengan baik.
Permasalahan besar dunia yang menggurita ini, bisa dicek dengan perbandingan antara sistem kejayaan Islam yang pernah Jaya 13 abad yang lalu dibanding dengan 100 tahun kepemimpinan yang bukan memakai aturan Islam sampai titik saat ini. Enak mana, tentram mana?
"Jangan pernah mengaburkan sejarah kejayaan Islam". Dan jikalau manusia bisa mendengar langsung dialog tersebut, apakah masih berkeras hati dan tetap mengingkari "lebih enak menjadi manusia zalim, rakus bin bengis?"
Innalillahi wa inna illaihi roji'un.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”