Oleh: Riza mulyani
Betapa baiknya Allah kepada kita, menciptakan makhluknya berpasangan, sehingga kehidupan dunia dinamis. Ada siang, ada malam, ada gelap ada terang dan seterusnya. Andai Allah hanya menciptakan siang sepanjang hari, atau malam sepanjang malam, bisa dibayangkan betapa menderitanya manusia, bahkan akan menghantarkan kepada kebinasaan.
Dengan memperhatikan keteraturan, silih bergantinya siang dan malam. DiciptakanNya langit dimana didalamnya ada zat yang bersifat cair dan padat, guruh, petir, angin. Serta Allah juga menciptakan bumi yang darinya keluar bermacam tumbuh-tumbuhan, mulai dari beragam jenis sayur mayur, aneka macam buah-buahan yang tidak terhitung. Allah juga menciptakan beragam hewan yang juga tidak terhitung jumlah dan jenisnya.
Semuanya itu merupakan bukti, tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Ta'ala bagi orang-orang yang berpikir dan bertaqwa kepada-Nya. Seperti dalam firman-Nya;
اِنَّ فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْن
"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Yunus ayat 6)
Orang bertaqwa adalah dia yang sudah mampu mempotensikan akalnya dengan baik. Dia mampu berfikir bahwa dibalik silih bergantinya siang dan malam sudah cukup membuktikan bahwa keteraturan itu "tidak" datang dengan sendirinya. Melainkan datang dari Sang Mudabbir sekaligus Sang Pencipta jagad raya, manusia, dan kehidupan. Dialah Allah Subhana wa ta'ala, dari Dialah semua makhluk berasal dan kepada Dia juga kelak semua makhluk kembali.
Proses berfikir seperti itu dapat menghantarkan kepada iman yang muntijan (iman yang produktif). Iman yang kokoh yang hanya mau terikat dengan aturan Allah ﷻ semata dalam seluruh aspek kehidupan di kondisi apapun.
Begitu sempurna kasih sayang-Nya kepada manusia, apa yang diciptakan-Nya sejatinya untuk manusia. Kalau orang sunda bilang "Allah teh nyugmakan manusa". Manusia difasilitasi sedemikian rupa, agar bisa hidup sesuai dengan fitrahnya, teratur, tenang dan bahagia. Dan istimewanya manusia juga diberi kasab ikhtiary (hak memilih).
Namun sayangnya manusia banyak yang tidak bersyukur, memilih aturan dari selain-Nya untuk menjalani kehidupan. Yah seperti yang kita lihat dan rasakan saat ini, syariat Allah dicampakkan dan mengambil demokrasi sebagai aturan hidupnya, yang sudah jelas akan menghantarkan manusia kepada kefasadan. seperti yang Allah firmankan:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik (TQS al-An’am [6]: 57)
Demokrasi adalah doktrin sekularisme yaitu paham yang memisahkan agama dengan kehidupan. Agama dilarang untuk mengatur urusan publik. Agama hanya digunakan untuk mengatur urusan individu terkait akidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian dan akhlak saja. Adapun interaksi antara sesama manusia seperti sistem ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, politik dalam dan luar negeri, peradilan dan lainnya, diatur oleh manusia, bukan aturan yang bersumber dari wahyu Allah yaitu Al-qur'an dan Sunah.
Aturan selain aturan Allah ﷻ inilah yang menyebabkan biang pangkal kerusakan tatanan kehidupan dan peradaban manusia.
Karena akal manusia terbatas, dan adanya kecenderungan untuk menuruti hawa nafsu serta asas manfaat, hal itu tentu tidak menghadirkan rasa keadilan, dan tidak bisa menyelesaikan masalah, justru menimbulkan banyak masalah.
Demokrasi sistem rusak yang memproduksi banyak kerusakan, termasuk rusaknya iman seseorang.
Hanya khilafah yang bisa mewujudkan individu-individu yang bertakwa, serta mampu menghentikan dan mengubur semua kerusakan dan kedzaliman diatas dunia.
Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang diridhai Allah. Khilafah yang mempersatukan umat Islam sedunia, dengan menerapkan Islam kaffah dan mengemban dakwah keseluruh penjuru dunia.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”