Oleh: Mutiara Aini
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَا لُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
yaaa ayyuhallaziina aamanuu laa tul-hikum amwaalukum wa laaa aulaadukum 'ang zikrillaah, wa may yaf'al zaalika fa ulaaa`ika humul-khoosiruun
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 9)
Adalah hal yang wajar jika manusia condong pada keindahan dunia, termasuk wanita, anak, harta, kendaraan, sawah ladang dan sebagainya. Karena kecintaan terhadap beberapa hal tersebut pada dasarnya adalah sah, karena fitrah manusia memang diciptakan demikian.
Kemudian akan menjadi tidak wajar jika kecintaan yang timbul menjadi berlebihan, apalagi menjadikan kesemuanya itu hanya sebagai tujuan hidup tanpa memperhatikan urusan akhirat.
Dalam ayat di atas, Allah ﷻ mengingatkan orang-orang beriman agar kesibukan mengurus harta dan memperhatikan urusan anak tidak dijadikan penghalangi untuk beribadah kepada Allah ﷻ, yakni salat lima waktu dan aturan-aturan Allah ﷻ tentang bekerja, bermasyarakat, dan bernegara. Dan barang siapa yang melalaikan ibadah dan aturan Allah ﷻ, maka mereka itulah orang-orang yang rugi, karena kebutuhan ruhaninya tidak terpenuhi sehingga hidupnya tidak seimbang.
Sejatinya, dunia memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Mungkin kita pernah mendengar atau membaca kisah viral seseorang yang memiliki kekayaan yang tiada bandingannya di muka bumi ini, dia adalah Qarun. Dikisahkan bahwa pada awalnya Qarun adalah seseorang yang miskin. Lalu dia meminta Nabi Musa as. untuk mendoakannya agar diberikan kekayaan kepadanya. Lantas doa itu akhirnya dikabulkan dan Qarun menjadi orang yang kaya. Al-Qur'an menggambarkan betapa kekayaan tersebut sangat melimpah. Saking kayanya, bahkan kunci-kunci gudang hartanya sangat berat dan harus diangkat oleh beberapa orang kuat. Namun, kecintaannya yang berlebihan terhadap harta kekayaan memunculkan perasaan sombong yang pada akhirnya mengantarkan pada kebinasaan.
Hidup ini ibarat bentangan kanvas putih yang setiap saat kita goreskan beragam warna. Namun perlu diingat, suatu saat nanti Allah ﷻ akan menilai kualitas lukisan kita.
Semoga kita bisa memperindah lukisan di sisa waktu yang singkat ini. Hidup ini hanya permainan. Ia hanya kefanaan, yang tak mampu membedakan akan tergoda dan terjerumus dalam kedustaan, tertipu bahkan tersesat. Betapa hidup ini terasa cepat, waktu terus berjalan tidak terkendali.
Islam menganjurkan keseimbangan dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Tidak berlebihan pada dunia, sebaliknya juga tidak berlebihan pada akhirat.
Ingatlah pesan Imam Syafi’i tentang betapa banyak manusia yang lalai, sementara kain kafannya sedang ditenun. Kita tidak bisa mengelak sedikit pun terhadap kematian, dalam sehat ataupun sakit, muda ataupun tua, senang ataupun susah. Dalam keadaan ibadah atau maksiat. Siap tidak siap, ketika ajal datang, maka kita tidak akan bisa menundanya, walaupun hanya sesaat. Astaghfirullah hal'adzim Ya ghaffur~
Berhati-hatilah, bukankah Allah ﷻ itu akan menguji di titik terlemah kita?
Karena itu ingatlah kematian! Karena melupakan kematian akan membawa pada ketenangan yang membahayakan.
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akhirat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani
Maka itu, perhatikanlah urusan akhirat, sesungguhnya siapa yang memperhatikan akhirat maka dia sedang mempersiapkan masa depannya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”