Oleh: Mutiara Aini
Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan tidak ada yang bisa lari darinya.
Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati, maka pasti akan mati meski tanpa sebab.
Siapapun yang dikehendaki tetap hidup. Maka, pasti akan hidup. Walau dengan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Teringat kejadian yang menimpa paman saya beberapa waktu lalu. Beliau mengalami kecelakaan yang sangat fatal bahkan berkali kali. Beliau pernah ditembak maling di dada dan pahanya. Lalu tidak berapa lama, ketika sedang mengendarai sepeda motor, beliau terseret mobil hingga beberapa meter, hingga hilang ingatan dan kepalanya dibedah. Keluarga pun sudah mengikhlaskan seandainya beliau dipanggil saat itu.
Jika menurut pemikiran manusia kecelakaan seperti itu pasti akan berujung kematian. Namun Allah ﷻ masih berkehendak memberikan kesempatan hidup kepada paman saya, dan Alhamdulillah kami sangat bersyukur, sampai saat ini beliau sehat walafiat. Bahkan ada hikmah dibalik kejadian itu, beliau jadi rajin kemesjid bahkan sering menjadi imam mesjid.
Dengan melihat kejadian itu, menyadarkan kita bahwa siapapun yang ditakdirkan mati, pasti akan mati meski tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup. Walau dengan sebab apapun yang datang menghampirinya, tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba. Karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
وَمَا كَا نَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ َ
wa maa kaana linafsin ang tamuuta illaa bi`iznillaahi kitaabam mu`ajjalaa,
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 145)
Dengan mengingat kematian, maka akan menimbulkan rasa khawatir di dunia yang fana ini, karena kita akan menuju negeri akhirat yang abadi. Kematian tidak mengenal usia, tempat ataupun penyakit tertentu, karenanya agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Manusia tidak pernah luput dari kondisi lapang dan sempit, karenanya dengan mengingat kematian maka manusia tidak akan terlena ataupun berputus asa dari takdir.
Manusia yang mengingat kematian akan dimuliakan dalam 3 (tiga) hal, yaitu: segera bertaubat, hati qanaah dan giat ibadah.
Lantas bagaimana dengan manusia yang mengharapkan kematian datang dengan segera?
“Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena marabahaya yang menimpa, kalaupun harus mengharap (mati), hendaklah berdoa : Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku jika kematian lebih baik bagiku.” (HR. Al-Bukhari : 567 dan HR. Muslim : 2680).
“Janganlah salah seorang kalian mengharapkan dan berdoa (memohon) kematian sebelum waktunya tiba, sungguh bila salah seorang dari kalian meninggal dunia, amalnya terputus, sungguh umur orang mukmin itu menambahkan kebaikan.” (HR. Muslim : 2686).
Hendaknya kita sebagai manusia senantiasa bersabar dengan ketetapan dari Allah Ta’ala dan senantiasa istiqomah dijalan-Nya. Janganlah berputus asa, karena sesungguhnya putus asa itu memberikan peluang kepada setan untuk melemahkan hati manusia.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”