Oleh: Riza Mulyani
Manusia diciptakan Allah ﷻ komplit satu set akal plus naluri-naluri yang melengkapinya sehingga mampu berpikir serta mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau berbuat buruk, Allah ﷻ pun memberikan hak penuh kepadanya untuk memilih. Pilihan inilah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah ﷻ.
Akal, plus naluri (nafsu) yang ada di setiap manusia itulah yang membedakan dirinya dengan malaikat, mahluk yang patuh kepada Allah ﷻ. Dengan akal, manusia bisa berfikir apakah ia mau menjadikan "halal haram" sebagai tolok ukur aktifitasnya. Apabila dia ta'at kepada Allah ﷻ, maka dia akan lebih mulia dari malaikat, surga tempat kembalinya dan sebaliknya jika dia mengingkari Allah ﷻ maka dipastikan masuk kedalam kehinaan. Nau'dzubillah~
Allah ﷻ memberikan kebebasan kepada manusia atas apa yang akan dia perbuat. Tatkala dia taat kepada Allah ﷻ, maka dia akan menjauhkan aktifitasnya dari kemaksiatan kepada Allah ﷻ dan melakukan aktifitas yang Allah ﷻ rida, karna dia takut akan hari penghisapan yang sangat dahsyat. Dikabarkan pada hari itu manusia tidak bisa berbohong atau berdalih atas apa yang sudah dia lakukan selama di dunia, karena yang akan berbicara bukan mulutnya, tetapi alat indra yang lain yang tidak bisa bohong. Seperti dalam Surat Yasin Ayat 65 yang berbunyi:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan "
MasyaAllah~ surat tersebut sebenarnya sangat familiar bagi kaum muslim, karna Surat Yasin sering dibaca bahkan mungkin sebagian dari kita sudah hapal. Namun sayangnya sekedar hapal, dan dibaca tidak dipahami artinya, sehingga tidak meninggalkan getaran apapun atau menumbuhkan rasa takut.
Astaghfirullah~
Sehingga tidak mengherankan kalau banyak kaum muslimin menjadi lalai. Berlomba mengejar kemegahan harta dunia, jabatan dan kekuasaan. Mereka seolah melupakan kampung akhirat yang abadi, tempat persinggahan akhir kehidupan yang sebenarnya.
Pengadilan akhirat bukanlah pengadilan dunia yang bisa direkayasa, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Karena kebijaksanaan dan keadilan yang diterapkan di pengadilan di dunia terkadang dapat dibayang-bayangi oleh kekuasaan dan kekayaan. Seperti yang kita rasakan dan praktikan di kehidupan kita saat ini yang kental dengan demokrasi kapitalisme.
Namun, tidak di hari kiamat kelak. Satupun tidak ada yang dapat membantah putusan Zat Maha Bijaksana yaitu Allah ﷻ. Sogok-menyogok tidak berlaku lagi di akhirat. Kekuasaan dan kekayaan tidak lagi berpangaruh pada putusan Allah ﷻ.
حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushilaat: 20-22)
Didunia kita bisa mengelak dan membantah atas tuduhan maupun tuntutan yang ditujukan pada kita. Namun di akhirat kelak mulut yang terbiasa bicara akan dikunci oleh Allah ﷻ, lalu anggota tubuh yang lain yang akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan malaikat. Baik dari golongan orang kafir, orang munafik, atau dari mereka yang dimurkai (ahli maksiat) oleh Allah ﷻ.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”