Oleh: Lilik Yani
Ketika persiapan terhadap Muhammad ﷺ untuk diserahi kepemimpinan sudah sempurna, maka diserahkanlah kepemimpinan (kenabian) kepada beliau. Yang menyiapkan dan yang akan menyerahkan kepemimpinan kepadanya adalah Allah ﷻ.
Allah ﷻ adalah Dzat yang Maha Tahu akan manusia dan kemampuan yang dimilikinya.
...اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ ۗ...
"Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan." (TQS Al-An'aam: 124)
Muhammad ﷺ menerima kepemimpinan (diberikan wahyu) tidak di tengah-tengah kerumunan manusia, tetapi ketika beliau sendirian berada di puncak gunung, tepatnya di dalam gua yang sangat sunyi (gua Hira')
Kepemimpinan yang di amanahkan, beliau laksanakan dengan penuh usaha dan do'a dan beliau tidak menginginkan pangkat di dunia. Yang diinginkan hanyalah Ridlo Allah ﷻ.
Kepemimpinan yang diemban tidak memerlukan kedaulatan atas manusia, karena yang diperlukan hanyalah pengabdian kepada Allah ﷻ.
Kepemimpinan yang akan beliau jalankan, tidak membutuhkan kesaksian. Karena yang dibutuhkan hanyalah keikhlasan semata.
Detik-detik Turunnya Wahyu
Ketika Muhammad ﷺ dalam keadaan antara tidur dan bangun di gua Hira', tiba-tiba datang seseorang kepadanya dengan membawa kitab yang dilipat dengan sepotong kain sutra. Lalu dia membukanya dan berkata kepada Muhammad, "Bacalah!"
Muhammad menjawab, "Aku tidak bisa membaca".
Hal yang sama diulang hingga tigakali. Jawaban Muhammad tetap sama, "Aku tidak bisa membaca."
Kemudian Muhammad ﷺ berkata, "Apa yang harus aku baca?"
Dia berkata yang artinya:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
(TQS al-'Alaq : 1-5)
Setelah Rasulullah ﷺ membacanya, maka orang tersebut meninggalkannya. Rasulullah ﷺ bangkit berdiri disertai perasaan seolah-olah hatinya runtuh, ada rasa takut, bingung, terkejut dengan semua kejadian yang baru saja dialaminya.
Kemudian Rasulullah ﷺ keluar dari gua. Beliau mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, kamu utusan Allah, sedang aku malaikat Jibril."
Rasulullah ﷺ melihat ke langit. Malaikat Jibril dalam wujud seorang laki-laki.
Dalam keadaan takut dan hati yang masih bingung dengan kejadian luar biasa mengejutkan ini, maka Rasulullah ﷺ pulang menemui keluarganya.
Melihat kondisi Rasulullah ﷺ yang tidak seperti biasanya, ada perubahan pada wajah beliau. Maka sebagai istri, Khadijah berusaha untuk menenangkan dan menyuruh suami tercinta untuk istirahat dulu agar hatinya tenang.
Ketika Rasulullah ﷺ sudah tenang, Khadijah menanyakan apa yang terjadi dengan Rasulullah ﷺ? Lalu beliau menceritakan apa yang dialaminya.
Khadijah berkata. "Bergembiralah dan tegarlah, wahai putra paman. Demi Dzat yang menguasai diri Khadijah, sungguh aku benar-benar berharap bahwa engkaulah Nabi yang ditunggu-tunggu umat ini."
Khadijah berani berkata demikian itu berdasarkan kabar gembira yang disampaikan oleh sepupunya, Waraqah bin Naufal. Juga atas dasar cerita-cerita yang disampaikan oleh pembantunya, Maisarah yang melihat kejadian-kejadian aneh dalam perjalanannya dengan Rasulullah ﷺ. Yaitu perjalanan ketika Maisarah mendampingi Rasulullah ﷺ memperdagangkan barang-barang dagangan Khadijah ke negeri Syam.
Sungguh, menjadi kebanggan sendiri bagi Khadijah. Beliau yang mulia ditakdirkan Allah ﷻ menjadi pendamping hamba termulia, utusan Allah ﷻ. Yang akan membawa risalah agung untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Risalah agung yang akan menerangi dunia yang sebelumnya gelap gulita karena kondisi umatnya yang jahiliyah. Umat menunggu kehadiran insan mulia itu, Muhammad Rasulullah ﷺ sebagai Nabi yang akan membawa ke jalan keselamatan. In syaa Allah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”