Oleh: Riza Mulyani
Allah menciptakan semua makhluk-Nya bersama khasiatnya (potensi) masing-masing begitupun manusia. Khasiat yang yang ada dalam diri manusia berupa tiga naluri yaitu:
- Naluri al-baqa: pola reaksi kemanusiaan terhadap rangsangan untuk mempertahankan diri dan sesuatu, seperti keinginan untuk mempertahankan atas rasa aman sehingga perlu mengupayakan sebuah kepemilikan tertentu misal rumah, kendaraan melalui cara kerja untuk mendapatkan harta dan sebagainya.
- Naluri kasih sayang, gharizah an nau', yaitu reaksi manusia untuk mencintai dan menanggapi rangsangan jiwa lembut dalam merespon rasa kasih sayang seperti mencintai orang lain, keindahan, kepedulian dan sebagainya.
- Naluri beragama, gharizah tadayyun. Yaitu reaksi kemanusiaan untuk mengagungkan sesuatu yang melampaui dari dirinya dan alam semesta, pengagungan yang mengarahkan diri seseorang untuk menquduskan (taqdis) dan penghambaan.
Untuk memenuhi naluri-naluri tersebut, manusia diberi hak memilih dan membuat keputusan secara penuh tanpa paksaan. Karena memang Allah sudah memberikan pilihan kepadanya seperti dalam surat Asy-Syams:
(8). فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya",
(9). قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
"sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu",
(10). وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
"dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya".
Seperti kisah Nabi Yusuf as. yang ketika digoda oleh Zulaikha istri Al-Azis, nyaris tergoda. Namun seketika diingatkan bahwa Allah Maha Melihat sehingga Nabi Yusuf tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut. Seperti firman Allah dibawah:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53)
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yusuf sebagai manusia mengakui bahwa setiap nafsu cenderung dan mudah mengarahkan untuk berbuat jahat kecuali jika diberi rahmat dan mendapat perlindungan dari Allah. Yusuf selamat dari godaan istri al-Aziz karena limpahan rahmat Allah dan perlindungan-Nya, sebagai manusia Yusuf yang punya ghorizah nau, juga tertarik pada istri al-Aziz sebagaimana perempuan itu tertarik kepadanya. Seperti diterangkan pada ayat 24:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ اَنْ رَّاٰى بُرْهَانَ رَبِّهٖ
Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (Yusuf [12]: 24).
Dalam ayat tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa kita sebagai manusia sangatlah wajar jika sering melakukan kekhilafan. Seperti kekhilafan yang nyaris dilakukan oleh Yusuf akibat dorongan gharizah an-nau, yang muncul dari luar dirinya, yaitu digoda oleh istri Al-Aziz.
Dalam memenuhi kebutuhan naluri kasih sayang, gharizah an nau', Islam mengarahkan agar memenuhinya dengan cara yang elegan, gentle dan mulia agar mampu menenangkan jiwa manusia, alih-alih menghapus naluri itu. Saat manusia memiliki rasa senang pada lawan jenis, Islam mengajarkan untuk mencintainya dengan cara yang mulia dan gentle yaitu melalui jalan pernikahan dan melarang tegas memenuhinya dengan cara-cara yang tidak gentle, tidak bertanggungjawab seperti zina ataupun selingkuh. Karena cara-cara tersebut tidak menentramkan. Islam hadir sebagai solusi yang menentramkan dan mendamaikan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”