Oleh: Riza Mulyani
Semua orang tua pasti mencintai anaknya sepenuh jiwa dan raga, seperti peribahasa "cinta ibu sepanjang masa". Pribahasa tersebut memiliki arti, kasih sayang seorang ibu yang diberikan kepada anaknya itu selamanya seumur hidupnya akan selalu menyayangi mereka. MasyaAllah~
Sebagai orang tua, harus mempunyai peran strategis melakukan pembinaan, berupa proses pendidikan, pengajaran, serta tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Agar tidak salah melangkah dalam kehidupannya.
Tidak cukup dengan pendidikan formal, tetapi harus mampu menumbuhkan rasa cinta kepada Allah ﷻ dalam diri anak-anak mereka, dan selalu memupuknya hingga kuat bersemayam dihati mereka.
Sosok ayah teladan dapat dijumpai dalam pribadi Luqman al-Hakim. Kisah fenomenal yang diabadikan Allah ﷻ dalam Al-Qur'an, yang bisa dijadikan model para orangtua dalam mendidik buah hatinya, tersurat dalam surat Luqman ayat 13 berikut :
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Ayat diatas, Luqman menekankan pada dua hal pokok, yaitu pendidikan akidah dan akhlak.
Pertama, Luqman menasihati anaknya supaya menjauhi syirik. Ia menegaskan, seorang ayah berperan penting menumbuhkan tauhid dalam jiwa anak.
Untaian nasihat Luqman al-Hakim berikutnya, terangkai manis dalam surah Luqman ayat 16, 17, 18, dan 19. Wasiat itu dapat menjadi cermin bagi orang tua masa kini dalam mendidik anak. Ayat itu dilanjutkan dengan ajaran berbakti kepada kedua orang tua, kecuali jika orang tua memerintahkan berbuat syirik.
Luqman juga mendidik anak-anaknya bertanggung jawab atas segala tindak tanduk dan perbuatan mereka. Setiap Muslim harus meyakini bahwa Allah ﷻ Maha mengetahui, Maha teliti. Setiap kebaikan atau keburukan, walau seberat biji sawi, akan mendapat balasan di hari kiamat kelak.
Nasihat berikutnya adalah mendirikan shalat, beramar makruf nahi mungkar, dan bersabar menghadapi setiap cobaan. Asy-Syaukani dalam Fath al-Qadir menjelaskan, tiga ibadah ini diwasiatkan oleh Luqman kepada anak-anaknya bukan tanpa alasan. Pasalnya, tiga ibadah inilah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. Apalagi, sekarang banyak orang tua tenggelam dalam kesibukan hingga lupa mengajarkan shalat pada anak-anaknya.
Terakhir, Luqman menanamkan adab yang baik kepada anak-anaknya. Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda, "tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik. Ia menekankan supaya tidak sombong".
Diuraikan bagaimana adab seorang Muslim ketika berbicara, tidak memalingkan muka, dan tidak pula berjalan di muka bumi dengan angkuh. Di sini, Luqman membiasakan anak-anaknya untuk rendah hati (tawadhu) dan menjaga adab kepada sesama manusia.
Begitu besar peranan orangtua dalam mendidik dan membina anak, karena anak bukan hanya asset bagi orangtuanya saja. Namun dia juga merupakan asset dan ujung tombak satu peradaban. Sehingga tidak bisa dimungkiri dalam membina dan mencetak generasi tangguh harus ada peran negara.
Bisa kita saksikan saat ini seperti apa generasi Indonesia? Sungguh sangat miris generasi bangsa kita hari ini.
Tontonan yang harusnya menjadi tuntunan sekaligus teladan, tidak mampu dihadirkan dihadapan generasi kita. Justru yang mendominasi konten tayangan yang cenderung memicu rasa penasaran generasi hari ini, untuk ikut melakukan hal serupa. Itu terjadi karena standar baik dan buruk, sukses atau tidak bersandar pada orang-orang tenar seperti aktor dan aktris.
Semua itu berdampak pada merebaknya kenakalan remaja yang semakin menjadi. Faktanya, hari ini generasi kita banyak yang terjerumus pada hal-hal semisal narkoba, tawuran, seks pra nikah, aborsi dan masih banyak lagi perilaku menyimpang lainnya. Sungguh sangat kasihan dan menyedihkan melihat kehidupan generasi saat ini, tidak jelas arah dan tujuan hidupnya.
Inilah gambaran generasi yang hidup di alam demokrasi liberal, yang melahirkan kebebasan. Mulai dari kebebasan berakidah, bertingkah laku, berpendapat dan bersuara. Sehingga mereka tidak mau lagi mengambil hukum-hukum Allah ﷻ sebagai pedoman hidupnya, yang pada akhirnya menghantarkan kepada kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Hanya Isamlah yang mampu membina generasi menjadi tangguh bahkan sebagai agen perubahan. Mereka dibalut oleh keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan yang mumpuni dalam membangun negara. Tidak hanya itu, generasi muda muslim juga memiliki kepribadian yang unik dan bermartabat, serta mampu membawa kegemilangan peradaban Islam di bawah Panji Rasulullah ﷺ.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”